Deng deng deng
Bunyi irama dering ponsel bercampur getaran, mengalihkan perhatian Yura dari aktifitas menggulung surai hitamnya. Dan dengan lancang, Yura mencoba untuk mengetahui siapa sang pelaku yang menghubungi nomor suaminya.
MY LOVE
Menyesal, sungguh sangat menyesal. Yura merutuki ketidak sopanan nya. Kalau tau berhujung sakit, ia tentu tidak akan melakukan hal bodoh itu.
Cek klek
Suara daun kunci diputar, Yura bergegas kembali ketempatnya. Wanita itu berusaha bersikap acuh, saat raga sang suami muncul dari balik pintu berwarna cokelat, dengan gerakan tangan menggosok gosokan kain handuk kesurai basahnya.
Noah pun bersikap sama seperti Yura, acuh. Dilewati raga sang istri guna menuju kesebuah kotak kayu berpintu, dan mengambil benda pipih miliknya yang tergolek diatas sana. Diotak atik benda itu sesaat, lalu diletakkan disalah satu indra pendengarannya, sembari berlalu menuju keberanda vila.
Yura menghela nafas, saat melihat pintu kaca pembatas antara kamar dan teras digeser oleh Noah. Sebegitukah suaminya mencintai kekasihnya itu, sampai Yura tak boleh mencuri dengar pembicaraan mereka. Dan tak berarti kah dirinya bagi Noah walau barang sedikit saja, sampai suaminya itu dengan teganya menghubungi sang kekasih dihadapannya.
Hampir tiga puluh menit Noah melakukan panggilan suara, entah dengan siapa. Tapi jika ditelisik tiga puluh menit sebelumnya, Yura menebak dengan Clara lah suaminya itu bertukar kata.
Yura sangat tau nama nama yang berada didalam kontak telefon milik sang suami. Karena tanpa sengaja disaat mereka baru saja usai bertukar peluh, dan ia berada didekapan Noah, pria itu memainkan benda pipih miliknya dan menampakan deretan nama tertulis dengan huruf huruf kapital berukuran besar, tertangkap diindra pengelihatan Yura.
Noah menggeser pintu kaca, masuk kedalam kamar, dan menguliti penampilan Yura dengan wajah datarnya "kau mau makan malam dengan penampilan seperti itu..?" tanya Noah dan tak ketinggalan dengan tatapan nyalang.
Yura melihat kedirinya sendiri dari ujung kaki lalu ketubuhnya. Diputar badannya guna melihat bagian yang sulit terjangkau oleh netranya.
Ck
"Ganti bajumu..!" titah Noah seraya mengacak acak tatanan rambut Yura. Wanita itu pun berusaha menepis tangan yang berada dikepalanya. "Berhenti bergerak" ucap Noah dingin dan seketika saja membekukan tubuh Yura.
Setelah Noah selesai dengan surai hitam Yura, ia menuju kelemari, dan menarik baju hangat berbahan rajut milik istrinya. "Pakai ini, kalau kau tidak mau mengganti bajumu" seraya memakaikannya ketubuh sang istri.
Yura hanya bisa pasrah, dengan apa yang dilakukan oleh Noah akan penampilannya.
Mereka pun beranjak dari vila, untuk menuju kerestoran guna melakoni makan malam bersama dengan para sanak saudara.
"Noah..!" seru gadis yang tak lain sepupu dari pria itu "setelah ini kami akan jalan jalan keliling bali, kau dan Yura ikut ya..?" ajak gadis itu.
"Tidak..!" tegas Noah tanpa mau mengalihkan netranya dari menu makan malamnya. Sementara Yura hanya memberi lirikan kepada suaminya. Walau ia sangat ingin pergi, namun untuk membantah pria itu, tentu tidak lah sangat mungkin.
Steven berdecih "kalau kau tidak mau ikut, biar Yura saja yang ikut." ucap Steven dan dibalas tatapan tajam oleh Noah "kau pikir Yura datang kemari hanya untuk berada didalam vila dan melayanimu saja..?" sengit Steven, pria itu pun meraih telefon genggamnya lalu mengutak atik barang sesaat.
Noah yang tau apa yang akan dilakukan sepupunya itu langsung bereaksi "aku ikut"
Steven, Jacob dan Robert, tersenyum miring. Sementara Yura dan yang lain tersenyum senang. Sangat mudah ternyata untuk membuat pria angkuh itu menurut. Tapi hanya ketiga pemuda itu saja, yang bisa melakukannya.
Pukul delapan malam waktu Bali, sepuluh muda mudi mulai mengunjungi tempat tempat yang ramai akan wisatawan dan juga jajanan, serta berbagai macam pernak pernik hingga pakaian.
"Kau tidak belanja Yura...?" tanya Robert yang tidak melihat wanita itu menenteng bawaan ditangannya. Padahal mereka sedari tadi banyak keluar masuk tempat yang menjual barang barang bagus.
"Tidak..!" Yura menjawab "aku belum menemukan sesuatu yang membuat aku tertarik" kembali Yura membual.
Sementara Noah, tetap lah Noah. Bagai manusia tak bernyawa, berjalan disisi Yura namun tidak ada ekspresi. Sangat kaku, seperti bukan pasangan suami istri saja.
"Pakai ini kalau kau mau membeli sesuatu." ucap Jacob seraya menyerahkan sebuah kartu kecil berwarna hitam kepada Yura "mungkin kau malu meminta kepada kami, jadi beli lah sendiri" ucap pria itu sedikit menyindir.
Noah merampas kartu itu dari tangan Yura, dan menyerahkan kembali keJacob "aku masih sangat mampu membeli apa pun yang istriku inginkan" ucap tajam Noah setajam sinar mata yang ia pancarkan.
Jacob menaikkan kedua bahunya "bagus lah..!" ucapnya acuh, dan kembali melanjutkan langkah kakinya guna menikmati suasana malam Pulau Dewata Bali.
Yura dan Noah ikut menghampiri toko pernak pernik yang menjual aneka aksesoris yang didatangi oleh para sepupu mereka. Dengan mata berbinar kesemua pasang mata itu melihat aneka macam aksesoris yang nampak cantik dinetra mereka, tapi tidak dengan Noah.
"Ini sangat cocok untuk anda nona" ucap seorang pemuda pelayan ditoko tersebut kepada Yura, yang tengah memegang penjepit rambut dan gelang pasangan.
"Kalau kau suka, ambil lah.!" ucap Noah datar seraya menatap sang pemuda pelayan itu.
"Ah, kakak yang baik. Anda sangat beruntung memiliki kakak seperti dia nona."
Mata Noah mendelik seketika, dengan mulut menganga, mendengar ucapan pelayan itu. Sementara Yura hanya bisa menahan tawanya saja. Tapi tidak dengan kedelapan orang yang tak lain sepupu Noah. Mereka sudah terbahak bahak seraya memegangi perut mereka masing masing.
Pemuda pelayan itu pun bingung, sembari menatap kesemuanya secara bergantian.
"Kau benar, dia memang kakak yang baik" ucap Jacob disela sela tawanya, seraya menepuk bahu pelayan itu perlahan. Dan kembali gelak tawa dari Jacob dan yang lainnya terdengar.
"Kakak, tolong bayarkan ini sekalian ya..?" goda Steven membumbui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments