10

Tangisan, serta doa dan tatapan yang menyayat nurani, menjadi penghantar bagi Yura dari kedua sahabat untuk menuju ketempat dimana surga dan neraka itu berada.

Jika keputusan Yura benar, maka disana lah surganya. Tapi jika salah, sudah barang tentu disana lah nerakanya. Tempat yang akan menjadi pijakan, bagi pengadilan kehidupan yang sudah Tuhan gariskan.

Dengan bersama kendaraan mewah milik keluarga Davis lengkap dengan sang tuan supir, yang memang sengaja khusus untuk menjemput dirinya. Yura membelah jalanan ibukota dipagi hari menjelang siang ini. Berulang kali gadis itu meremas ujung kain pelapis tubuhnya, guna menghilangkan kegugupan.

Tak butuh waktu lama, bagi Yura untuk sampai dibangunan megah mansion Davis. Kegugupannya pun semakin bertambah, mana kala melihat penampakan mansion tersebut, serta deretan pelayan yang sudah berdiri untuk menyambutnya.

"Silahkan nona...!" ucap tuan supir setelah ia membuka pintu penumpang bagi Yura.

Dengan menghela nafas secara perlahan berulang kali, serta kumpulan doa yang ia rapalkan didalam hati. Yura memijakkan kakinya dilantai halaman mansion, dan melangkah menghampiri tuan dan nyonya Davis, yang sudah berdiri menunggu didepan pintu lebar mansion.

"Selamat datang nona...!" ucap barisan pelayan dengan seirama, dan juga dengan gerakan tubuh sedikit membungkuk yang berbarengan pula.

"Ah iya, terima kasih...!" balas Yura gugup dengan membukukan sedikit tubuhnya juga.

"Selamat datang nak...!" ucap nyonya Davis dengan merentangkan kedua tangannya dan menyematkan senyum terbaiknya.

"Selamat siang tuan, nyonya...!" sapa Yura sopan dan sudah pasti, aksi membungkukkan tubuh yang tak pernah ketinggalan.

"Ayah dan ibu, bukan tuan dan nyonya." koreksi tuan Davis. Seraya meletakkan tangan diatas pucuk kepala Yura, guna memberikan berkat serta doa untuk kebahagiaan calon menantunya itu.

Setelahnya nyonya Davis, memeluk erat tubuh langsing Yura, dan memberi kecupan dikedua sisi wajah gadis itu serta keningnya. "Ayo masuk, anak kurang ajar itu sudah menunggu didalam..!" ajaknya kemudian dengan tangan yang begitu posesif menggandeng tubuh calon menantunya.

Lamat lamat Yura menangkap siluet lelaki yang tengah terduduk dideretan sofa panjang yang membentuk huruf U, disalah satu ruangan dibagian tengah mansion, semakin lama semakin jelas bagaimana rupa wajah lelaki itu dan juga sedang apa ia disana.

Dan entah hilang kemana semua keberanian yang sudah Yura kumpulkan, kini tubuhnya nampak sudah bergetar, apa lagi kedua kakinya yang mulai terasa kebas kesemutan.

"Noah..!" seru nyonya Davis "ini calon istrimu"

Noah tak bergeming, dan tidak juga mengindahkan ucapan sang ibu. Kepala itu tetap saja tertunduk, menatap benda pipih yang berada ditangannya.

"Noah...!" tuan Davis pun bertindak

Ck

Dengan malas Noah pun akhirnya mengangkat kepalanya, ditatap sosok gadis yang berdiri didepannya, dengan diapit kedua orang tua. Dikulitinya penampilan Yura dari ujung kaki hingga rambut, pakaian yang nampak sedikit kebesaran, tanpa menampilkan lekukan tubuhnya, usang, lusuh dan terlihat sekali jika pakain itu memiliki harga yang sangat murah. Bahkan wajahnya pun tak ada polesan riasan.

Tunggu...!

Noah memicingkan kedua matanya, menatap wajah Yura yang sedikit menunduk itu, dengan penuh selidik. Gadis yang ia rasa pernah ia jumpai.

Dan benar Noah, dia adalah gadis penjaga toko bunga dan juga sang pianis kafe yang sering engkau datangi.

Cantik, tanpa perlu ada riasan. Dan dibalik pakaian sederhana dan terkesan lusuh dimata Noah, nyatanya membuat lelaki itu tidak juga berkeinginan untuk mengalihkan perhatiannya pada objek yang cukup berbeda dari sang kekasih. Sampai dimana seruan nyonya Davis mampu mengembalikan kesadarannya.

"Noah...!"

"Iya ibu, aku tidak tuli." jawab Noah enggan.

"Yura, ini anak kurang ajar ibu, calon suamimu." ucap nyonya Davis memperkenalkan putra tunggalnya.

"Selamat siang tuan, saya Yura..!" ucap gadis itu dengan kembali membungkukkan tubuhnya.

"Kau sudah dengar kan, siapa namaku dari ayah dan ibu..?" balas ketus Noah, dengan masih memberi tatapan tajam yang menusuk, dan Yura pun mengangguk.

Tuan dan nyonya Davis hanya bisa mendengus kesal, akan apa yang dilakukan putranya itu. Sementara Yura yang sudah diberi tau akan perangai calon suaminya, tentu tidak lah mengambil hati, namun tetap tidak mengurangi kegugupan dan juga ketakutan akan tatapan tajam lelaki itu.

"Sebentar lagi Kelly akan datang, sebelum itu kita makan siang dulu." ucap nyonya Davis.

Kelly adalah salah satu desainer sekaligus pemilik butik khusus pakaian pengantin yang cukup akrab dikalangan para pengusaha dan juga pejabat serta artis papan atas Indonesia.

"Aku ingin berbicara berdua dengan Yura" sela Noah seraya bangkit dari duduknya "ikuti aku..!" ucap pemuda itu datar dan dingin. Saking dinginnya, tubuh Yura pun kini seakan membeku saja.

Dengan berlari kecil, Yura mengekori langkah lebar Noah yang membawanya ketaman dibagian samping mansion, setelah ia meminta izin kepada tuan dan nyonya Davis. Dan nampak disana, Noah tengah berdiri membelakanginya, dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.

Noah membalikkan tumbuhnya dengan masih memberikan tatapan tak bersahabat kepada Yura "apa maksudmu dengan menerima perjodohan ini..? Apa yang sedang kau rencanakan..?"

Yura masih menundukan kepalanya "saya tidak merencanakan apa apa." jawabnya lirih.

"Angkat kepalamu kalau aku sedang berbicara." titah Noah dengan menekan suaranya.

Secara perlahan Yura menuruti apa yang dimau calon suaminya itu, dan kini kembali wajah cantik dengan kulit putih bersih bak salju, terbingkai indah dinetra lentik bermanik hitam kecokelatan Noah.

"Aku memberikanmu kesepatan untuk mengatakan dengan jujur, ada apa dibalik perjodohan ini..?"

"Sungguh, saya tidak memiliki maksud apa apa." jawab Yura memberanikan diri, dan kini netranya dan calon suami pun bertemu.

"Baik lah, kalau kau tidak mau mengatakannya, aku akan mencari tau sendiri, dan..!" Noah mendekat kepada Yura, dicondongkan wajahnya kebagian sisi sebelah kiri wajah calon istrinya itu, seketika saja aroma parfum murahan beraromakan Jasmine, menyeruak masuk keindra penciuman lelaki itu. Bukannya merasa terganggu Noah justru ingin berlama lama menikmati wewangian tersebut.

"Kalau aku sampai menemukan sesuatu yang tidak benar dibalik perjodohan ini, kau akan rasakan akibatnya." ancam Noah setelah ia tersadar.

Terpaan deru nafas Noah ditelinga dan area leher jenjang Yura, membuat tubuh gadis itu meremang seketika, lalu membekukan seluruh panca indranya. Ancaman sang calon suami terdengar amat sangat menyeramkan, dan menciutkan nyalinya.

Noah berdehem guna menetralkan desiran aneh yang sudah dengan lancangnya menelusup masuk kedalam dada. "para manusia jadi jadian sudah datang, sekarang kita masuk" ucap Noah datar seraya berlalu melewati tubuh Yura yang masih berdiri kaku ditempanya, saat ia melihat pintu gerbang yang jauh disana terbuka.

"Manusia jadi jadian" gumam Yura dengan alis yang saling bertautan, sebelum akhirnya ia pun bergerak mengikuti kembali langkah lebar Noah memasuki area dalam mansion.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!