Sinar matahari belum nampak diperaduannya, embun pun masih tercetak didedaunan serta rerumputan, juga dijendela kaca rumah sakit dan meninggalkan tampias titik titik air disana. Namun netra lentik bermanik hitam sepekat arang itu sudah terjaga sejak dari dua jam yang lalu.
Digenggamnya dengan erat tangan sang ibu yang tidak dibubuhi oleh jarum infus, berulang kali ia beri kecupan dibagian punggungnya, dan mata yang nampak sembab itu, terus saja diarahkan kewajah pucat wanita yang sangat ia sayangi dengan sendunya. Didalam hati tiada henti ia berucap doa, memohon akan pertolongan Tuhan bagi dirinya dan bagi kesembuhan sang belahan jiwa.
"Yura..!" seru Keysa parau, dengan tangan yang ia gosokkan secara perlahan dikedua matanya yang baru saja terbuka.
"Iya..!" jawab sang punya nama yang diserukan dengan perlahan "tidur lagi, nanti aku bangunkan kalau sudah waktunya bekerja." titah gadis itu.
Keysa menggeleng perlahan "kau yang seharus tidur, nanti kau pasti akan sibuk mengurusi keperluan ibu."
"Aku sudah tidur." jawab Yura memberi tahu "nanti tolong kau sampaikan kepada pemilik toko, agar mencari penggantiku untuk beberapa waktu, sampai nanti ibu bisa kembali kerumah." titah Yura.
"Iya nanti aku sampaikan" jawab Keysa.
Pada akhirnya kedua gadis itu menanti terbitnya sang surya pagi dengan berbincang ringan. Sampai dimana Keysa berpamitan guna kembali kerumah untuk bersiap dan kemudian pergi ketoko bunga.
Hingga tengah hari, Yura hilir mudik mengurus keperluan sang ibu, dan bertepatan dengan waktunya untuk bersantap siang, Reyhan tiba disana seraya membawakan makanan bagi Yura dan Reyhan sendiri.
"Bersabar lah, Tuhan pasti akan memberikan pertolongannya. Ibu pasti akan baik baik saja." kata penenang sekaligus penyemangat terucap dari bibir Reyhan.
"Maaf aku tidak bisa bekerja untuk sementara waktu, semoga kau tidak memecatku." ucap Yura sedikit bergurau.
Reyhan terkekeh "walau kau tidak bekerja selama satu abad lamanya, aku tidak akan memecatmu." dan disambut oleh Yura dengan senyuman sendu kelakar pemuda tampan itu.
"Besok selama dua hari aku tidak bisa berkunjung, aku harus keBali karena kafe disana akan ada renovasi." Reyhan memberi tahu.
"Tidak apa apa, kau tidak perlu cemas" balas Yura "berhati hati lah selama disana" pesan gadis itu, terkhusus bagi pemuda yang sudah ia kenal selama empat belas tahun lamanya.
Hampir dua jam Reyhan menghabiskan waktu bersama Yura dalam menjaga sang ibu, untuk kemudian pemuda itu pamit undur diri, guna kembali kekafenya sebelum nanti ia menuju kebandara dan bertolak kepulau dewata bali.
Sementara dimana Yura tengah diselimuti kecemasan akan kondisi sang bunda, ditempat yang berbeda, dua anak manusia justru tengah diselimuti oleh emosi yang berujung dengan kemarahan dan pertengkaran.
"Lalu mau sampai kapan kita akan menjalani hubungan seperti ini..?" tanya Noah seraya berkancah pinggang menatap tajam kearah wanita yang sangat ia puja.
"Aku sudah pernah bilang bukan, tiga puluh tahun, disaat umurku tiga puluh tahun baru aku akan memikirkan tentang pernikahan." sahut Clara yang tak kalah tajamnya membalas tatapan Noah.
"Sebenarnya kau mencintai aku atau tidak..?" tanya Noah kembali.
"Kenapa kau mempertanyakan hal itu..? Kalau aku tidak mencintaimu untuk apa aku bertahan sampai saat ini."
"Kalau kau mencintai aku, kau pasti akan merasa takut kehilangan diriku, tapi kenapa kau tidak mau menikah denganku..?" tanya Noah dengan suara yang meninggi "tiga bulan lagi, hanya tiga bulan waktu kita bersama Clara."
"Pasti ada cara lain untuk menyelamatkan hubungan kita, tapi bukan pernikahan." tegas Clara.
Noah menghela nafas dengan kasar "ya, memang ada satu jalan, tapi apa kau masih mau bersamaku, kalau aku mengambil jalan itu..?"
Clara mengernyitkan matanya "apa itu...?"
"Meninggalkan semua yang aku miliki sekarang, begitu juga dengan nama Mahendra dan Davis." jawab jujur Noah.
Seketika saja netra Clara membola seraya dengan kedua bibirnya yang menganga "apa kau sudah gila..?" umpat Clara "lalu kau mau hidup dengan apa...? Kau juga mau meberi kehidupan yang seperti apa untukku..?"
"Jadi kau tidak mau bersama denganku jika aku mengambil jalan itu..?" tanya Noah yang memberi tatapan ketidak percayaan akan pertanyaan yang tadi diajukan oleh kekasihnya.
"Tentu saja aku tidak mau..!" tegas Clara dengan sengitnya.
Noah tersenyum miring, ia mengejek dirinya sendiri yang merasa sangat bodoh kali ini. Digerakannya perlahan dan berulang kali kepalanya naik turun, dihirupnya sebanyak mungkin udara guna mengisi kekosongan paru parunya, dan kemudian ia hembuskan kembali dengan kasar "jadi benar apa kata ibuku." gumamnya perlahan namun masih bisa tertangkap oleh indra pendengaran Clara.
"Memangnya ibumu bicara apa tentang aku..?" selidik Clara yang semakin menajamkan tatapannya kearah lelaki yang ia cintai itu.
Elang menggelengkan kepalanya cepat "baik lah kalau memang kau tidak mau menikah denganku dan tidak mau bersamaku jika aku menjadi gelandangan, berarti aku memang harus menikah dengan wanita itu, dan----
Tatapan nyalang nan tajam menusuk, terhunus kembali kearah Clara dengan rahang yang nampak semakin mengeras, serta deretan gigi yang saling beradu hingga menimbulkan suara gemertak didalam sana "kita akhiri hubungan kita sekarang juga." ucap Noah.
"Aku tidak mau...!" ucap Clara dengan mata yang semakin ingin keluar dari cangkangnya.
"Lalu kau mau apa..? Menikah kau tidak mau, menerima keadaanku yang tidak memiliki apa apa kau juga tidak mau. Apa kau mau aku mati saja, BEGITU MAUMU...?" habis sudah kesabaran Noah.
Clara menggelengkan kepalanya dengan cepat, dan meraih kedua tangan Noah lalu menggenggamnya dengan sangat erat "pasti ada jalan lain sayang, percaya lah kepadaku. Aku mohon jangan akhiri hubungan kita, kita cari cara ya, pasti ada. Hem...!" hiba Clara pada Akhirnya.
Noah mencoba untuk meredam emosi yang sudah terlanjur menguasai dirinya. Untuk beberapa saat hanya ada keheningan dan suara isakan dari Clara. Dan sudah pasti itu adalah salah satu kelemahan Noah sang pemuda angkuh, dan juga terkesan bodoh jika sudah berhadapan dengan wanita yang sangat ia cintai.
Apa lagi jika sudah melihat wanita itu menangis dan memohon kepadanya, seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Noah akan langsung menurut saja.
"Iya, kita cari jalan lain. Kita pikirkan bersama." ucapnya perlahan seraya mendekap erat tubuh Clara yang nampak bergetar karena tangisnya yang semakin tergugu.
❤️ Rate vote like koment kritik serta saran juga kirimkan hadiah, jika kalian selesai membaca setiap bab cerita ini ya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
ahh mau aja dibodohi
2024-03-11
1