14

Lampu taman yang temaram, serta suara jangkrik yang mulai terdengar, menjadi teman bagi Noah yang kini terduduk dibalkon kamar seraya menatap gelapnya langit malam, yang dipenuhi oleh gugusan bintang membentuk bermacam macam pola.

Sudah hampir dua jam lamanya pria itu berada disana, menikmati kesendirian dengan terpaan semilirnya angin yang lambat laun semakin dingin menusuk kulit hingga ketulang. Dan setelah mulai bosan, akhirnya ia pun beranjak memasuki kamar.

Diedarkannya mata kepenjuru ruangan yang malam ini menyeruakan wewangian berasal dari aneka bunga bunga segar. Karena tidak mendapati sosok yang ia cari, Noah pun menghempaskan bokongnya ditepian ranjang.

Sementara Yura, kini masih berkutat dengan kepanikan. Kala ia melihat isi bingkaian kotak yang petang tadi diberikan oleh ibu mertuanya.

"Kalau kau mau tidur, pakai lah ini"

Yura kembali melebarkan benda yang ada ditangannya, dan membayangkan jika ia memakai benda tersebut. Sungguh sangat menggelikan, itulah kata batinnya.

Tapi tak ada pilihan, Yura pun memakai benda itu walau penuh dengan rasa keterpaksaan.

Yura meraih daun pintu, membukanya perlahan lalu keluar dari ruangan yang hampir membekukan tubuhnya, karena sudah dua jam lamanya ia berada didalam sana.

Yura terjingkat saat melihat Noah yang berada ditepi ranjang, sementara pria itu memicingkan kedua matanya dan mengguratkan kerutan dikeningnya.

"Kenapa kau memakai itu..?" tanya Noah datar.

"Ah, itu..!" jawab Yura kikuk "baju bajuku masih berada dikamar bawah, dan pintunya terkunci." ucapnya gugup.

Ya, pakaian yang Yura bawa dari rumahnya masih berada dikamar lantai satu, tempat ia melewati malam kemarin sebelum menjadi istri dari Noah. Dan tadi saat ia ingin mengambilnya, pintu kamar itu sudah terkunci. Ketika Yura bertanya kepada pelayan, tidak ada yang tau perihal kunci ruangan itu. Yura pun bertanya kepada sang ibu mertua, tapi justru malah diberikan sebuah kotak berhiaskan pita merah.

"Kenapa tidak memintanya kepada pelayan..?" tanya Noah kembali, dan Yura pun memberi penjelasan.

"Lalu kau kemanakan baju yang ibu berikan..? Kenapa malah memakai jubah mandi itu..?" kembali Noah bertanya dengan ketusnya.

"Aku sudah memakainnya." jawab Yura dan Noah semakin menyipitkan matanya "disini, didalam sini." ucap Yura yang seolah mengerti akan raut wajah sang suami, sembari menunjuk tubuhnya sendiri.

"Kau jangan membuat aku kesal, lepas jubah itu dan cepat lah tidur." Noah berucap dengan menekan suaranya.

Yura tak bergeming, dan tetap berdiri mematung dengan kepala yang tertunduk. Al hasil Noah pun mulai geram.

"Yura...!"

"Iya, aku lepas..!" sahut cepat Yura akibat suara Noah yang sedikit meninggi. Kembali Yura memasuki ruangan yang digunakan untuk membersihkan diri, dan melepas jubah mandi yang ia gunakan untuk pelapis pakaian dari sang ibu mertua.

Sepuluh menit berlalu, dan ia masih berada didalam sana.

"YURA...!"

"Iya...!"

Noah menelan ludahnya dengan susah payah, kala melihat penampilan Yura, yang sudah berada dihadapannya. "Ibu...!" geram Noah lirih.

Yura yang mulai malu, dengan cepat mematikan lampu utama dan mengganti dengan lampu tidur. Tapi justru itu malah membuat Noah semakin hilang akan kendali hasratnya.

AAAAA

Seru Yura yang akan menyibak selimut untuk menutupi tubuhnya, tapi justru malah diterjang oleh sang suami.

"Tuan...!" ucap Yura terbata. Kini raganya telah berada dibawah kungkungan sang suami.

"Noah, panggil aku Noah..!" koreksi lelaki itu seraya mengikis jarak wajahnya dengan sang istri, dan mulai bergerilya diatas tubuh yang sudah ia lucuti kain penutupnya.

Dua insan tanpa adanya cinta, hanya saling mengenal nama dan wajah, tanpa tau kisah masa lalu dan perjalanan hidup masing masing, namun dipersatukan oleh Tuhan dalam janji pernikahan, dan malam ini dipersatukan oleh nafsu yang berujung kenikmatan, dan gilanya bukan hanya sekali rajutan gelora hasrat itu mereka arungi.

Noah bukan lah lelaki brengsek, walau ia sangat lah angkuh dan bisa dibilang tidak lah baik dalam bersikap, tapi untuk urusan menyentuh wanita, ini kali pertama baginya.

Noah sangat berpegang pada prinsip, walau dulu ia lama tinggal diBenua Metah dan menjalani pergaulan yang bebas, tapi ia sangat menjaga untuk urusan cinta dan juga dalam urusan nafsu.

Maka tak heran, disaat ia kini sudah berstatuskan suami dan melihat penampilan sang istri yang begitu menggoda, Noah bisa seliar ini.

Tak ada keinginan untuk berhenti, dan entah mengapa, Noah merasa tak rela untuk melepaskan rengkuhan ditubuh sang istri. Noah lupa jika ada sang kekasih Clara, yang biasanya akan membuat dirinya seperti orang gila, bila sehari saja tidak bertukar kabar.

Waktu pun berlalu, dan pagi pun tiba. Noah yang merasa ada yang hilang, dengan perlahan membuka matanya. Kemana sang istri yang semalam terlelap didalam dekapan dengan berbantalkan lengannya.

Noah pun beranjak, menyingkap kain tebal yang menutupi tubuh polosnya. Bibir itu tersenyum, saat tanpa sengaja menatap noda bercak kemerahan dikain pelapis ranjang. Dan ini lah kali pertama Noah tersenyum bukan karena Clara dan juga bukan untuk kekasihnya itu.

Pintu terbuka dan muncul lah sang istri dari baliknya "Sejak kapan tuan bangun..?" tanya Yura dengan membawa nampan berisikan cairan bening yang akan ia berikan kepada sang suami.

"Noah..!" koreksi pria itu "kau mau ibu marah kepadaku..?" kembali tatapan dingin Noah berikan.

Yura tersenyum simpul "minum lah..!" tawarnya seraya memberikan gelas kaca berisikan cairan bening.

Noah pun tanpa protes menerima dan meneguk isinya hingga tandas. Setelah itu ia memilih untuk berlalu meninggalkan Yura dan memasuki kamar mandi guna membersihkan diri. Sementara Yura ia kembali menuju kelantai dasar mansion, karena ada sesuatu yang ia butuhkan.

"Nona membutuhkan sesuatu lagi...?" tanya salah satu pelayan, setelah Yura berada kembali didapur.

"Apa aku bisa meminta kain pelapis tempat tidur bibi..?" ucap Yura malu malu.

Pelayan yang mengerti jika nona mudanya itu akan membersihkan ruangan tidurnya bersama sang suami, tentu saja menolak memberikan benda yang Yura mau. Perdebatan kecil pun terjadi, hingga mengundang perhatian tuan dan nyonya Davis.

"Ada apa sayang...?" tanya nyonya Davis dan sang pelayan pun memberi penjelasan.

"Biarkan nanti pelayan yang membersihkannya, itu bukan tugasmu." nyonya Davis melarang.

"Tapi bu, itu...!" Yura tergagap dan lambat laun menampilkan rona wajah yang malu.

Seketika saja tuan dan nyonya Davis pun paham, mereka tersenyum gemas melihat bagaimana mimik waja malu sang menantu. Lagi, ucapan syukur terucap didalam hati mereka, karena memiliki menantu yang mampu menjaga kehormatannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!