Dara melepas pelukan Dariel saat dering handphone itu tak lagi terdengar.
Menatap bergantian handphone di tangan pria itu kemudian menatap wajah nya dengan tangan yang menyeka air mata nya sendiri.
"Siapa? Kenapa tidak di angkat?" Tanya Dara.
"Jennita dan aku ingin menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu"
Deg..
Hati istri mana yang tidak sakit di saat sedang bertengkar dengan suami nya lalu wanita yang menjadi topik pertengkaran itu menelpon?
Bahkan dengan santai nya Dariel berkata seperti itu membuat kepala Dara menggeleng samar.
"Bahkan sampai saat ini kalian masih berhubungan?" Tanya tak menyangka Dara.
"Aku tidak menjalin hubungan dengan nya, Dara. Sejak dulu ataupun sekarang" Perjelas Dariel.
Dara hanya diam entah bagaimana harus menanggapi perkataan pria di hadapan nya.
"MAMA.."
Teriakan di iringi dengan tangis itu membuat Dara dan Dariel menatap kearah tangga.
Di anak tangga paling atas sana Daniel berdiri dengan tangis nya.
"Daniel!" Seru kaget kedua nya.
Dengan cepat Dariel berlari menaiki tangga di iringi dengan Dara di belakang nya.
Dariel langsung mengangkat tubuh Daniel begitu sampai dan memeluk nya erat.
"Astaga Daniel.." Hela lega Dariel.
Sungguh ia takut dan begitu panik saat melihat Daniel berdiri di ujung tangga itu.
Bayangan akan Daniel melangkah turun dan terpeleset sungguh membuat jantung nya berdebar tidak karuan.
"Mama hikss.." Isak Daniel mengamuk di gendongan Dariel.
Dara pun langsung mengambil putra nya dan menggendong nya di sana yang langsung di balas pelukan di leher nya.
"Maaf 'ya sayang, Mama sedang memasak omelette kesukaan mu tadi" Ucap lembut Dara.
Karena pertengkaran nya dengan Dariel, Dara sampai lupa untuk menjemput anak nya di kamar yang sudah di pastikan akan bangun.
"Apa setiap hari seperti ini?" Tanya Dariel dengan tatapan marah nya.
"Apa?" Dara bingung maksud dari pertanyaan pria itu.
"Apa selama tiga tahun ini selalu begini? Dariel berada di ujung tangga lalu kamu sibuk di bawah?!" Perjelas Dariel dengan nada sedikit meninggi.
Sungguh ia marah, kemarahan itu berasal dari rasa khawatir nya.
"Tidak, baru kali ini dan sebelumnya aku akan kembali ke kamar sebelum Daniel bangun" Jawab Dara dengan tatapan perih nya.
"Mulai hari ini jangan pernah meninggalkan Daniel di kamar sendiri!" Perintah Dariel mutlak.
"Baiklah terserah. Terserah apa katamu" Jawab muak Dara yang kemudian langsung melangkah memasuki kamar.
Dariel tidak diam di sana, ia mengikuti langkah Dara yang dimana wanita itu kembali menidurkan tubuh putra nya di atas kasur.
"Mau apa masih di sini?" Tanya Dara tanpa menatap Dariel.
"Kita harus menyelesai--"
"Tidak akan pernah selesai jika kakak masih berhubungan dengan wanita itu" Potong Dara.
"Aku tidak memiliki hubungan--"
"Aku bukan Dara yang dulu kak" Potong Dara yang kali ini menatap Dariel.
"Aku tidak bodoh seperti dulu yang percaya dengan ucapan kakak, aku belajar dari rasa sakit yang kakak berikan" Lanjut nya.
Daniel yang tidak mengerti hanya diam mendengarkan ucapan kedua orang tuanya, mata nya berbinar dengan pipi yang terdapat jejak air mata.
Mata Dariel yang tertuju pada putra nya pun, seketika pria itu menghela napas nya.
"Kita memang tidak bisa menyelesaikan nya jika ada Daniel"
Dara hanya diam dan kembali menatap wajah putra nya.
Tanpa berkata lagi Dariel pun keluar dari kamar, meninggalkan istri dan anak nya.
"Mama sama Papa bertengkar?" Tanya Daniel terisak pelan.
Dara menggeleng dan tersenyum. "Nggak kok, Mama sama Papa baik-baik aja"
"Mama bohong" Kelopak mata Danirl berkedip dan di sana bocah itu menitikkan air mata nya.
"Niel.." Dara mengusap lembut pipi putra nya itu. "Kamu tidak boleh memikirkan apapun oke!" Tegas nya.
"Besok hari ulang tahun mu, dan kita akan merayakan nya bersama Papa"
"Mama tidak berbohong 'kan?" Tanya Daniel dengan bibir bergetar.
Dara menggeleng dengan wajah semangat. "Kamu tau, Papa sudah menyiapkan pesta untuk mu" Ucap nya seperti berbisik.
"Benarkah?!" Wajah sedih dari anak kecil itu langsung berganti ceria.
"Hum, tapi kamu harus pura-pura tidak tau kalau Papa menyiapkan pesta ini oke!"
Daniel mengangguk cepat dan memeluk tubuh sang Mama dengan tangan mungil nya.
"Niel sangat senang!!" Seru nya.
Dara tersenyum dan mengusap kepala putra nya itu.
Sedangkan di balik pintu sana, Dariel belum benar-benar pergi dan mendengar segala ucapan Dara pada putra nya.
"Kamu benar-benar perempuan hebat, Dara.." Gumam nya tersenyum tipis.
Melihat jam di tangan nya Dariel pun lantas kembali melanjutkan langkah nya, pergi dari rumah itu menuju suatu tempat.
**
"Hahaha sudah Mama hahaha" Tawa bahagia itu berasa dari Daniel yang saat ini tengah bermain dengan sang Mama.
Saling menembakkan air lewat pistol mainan, kedua nya bermain begitu riang di halaman rumah pagi menjelang siang ini.
"Yah.. Baju Mama basah nih" Keluh Dara sedih.
Daniel mendekat kemudian menepuk-nepuk bahu sang Mama yang saat ini tengah berjongkok.
"Tenang saja masih ban-- Yakk Mama!!"
"Hahaha kena kamu!!" Dengan licik nya Dara mengiring putra nya untuk keluar dari persembunyian lalu menembakkan air tersebut.
"Mama curang!!" Daniel membalas tak mau kalah.
Hingga tanpa sadar kedua nya tengah menjadi tontonan dari empat orang lima orang yang saat ini berdiri tak jauh dari sana.
"Seperti ini lah hari-hari mereka setiap hari nya" Ujar Rose yang mampu menimbulkan senyum semakin lebar di wajah Daniel.
"Ingat kita sudah sepakat kalau Dara tidak mau, kamu tidak boleh memaksa" Peringat Luca yang langsung membuat senyum Dariel luntur.
"Akan aku pastikan Dara mau" Jawab angkuh Dariel.
"Gemoy!!" Panggil Anastasya seraya berlari menghampiri ibu dan anak itu.
Dara dan Daniel yang kaget pun sontak langsung menoleh, di sana mata Dara langsung membola sempurna begitu pun dengan Daniel.
"Grandma!!" Seru bahagia Daniel yang langsung berlari menghampiri Anastasya.
Hap!
Anastasya menangkap tubuh basah Daniel dengan cekatan dan langsung mencium pipi chubby nya tanpa bisa di tahan.
"Huh" Luca mendengus, begini lah jika istri nya bertemu cucu nya.
"Ingat umur Dad" Peringat Echa yang berjalan menghampiri sahabat sekaligus kakak ipar nya.
"Halo Mama Bear" Sapa Echa cekikikan.
"Ka-kalian.."
"Kaget ya?" Echa tertawa senang di sana kemudian memeluk tubuh basah Dara.
"Aku kangen banget sama kamu, Kakak ipar" Ucap Echa menggoyangkan pelukan nya.
Dara mendengus, sesungguhnya ia kesal jika sahabatnya ini menyebutnya dengan kata kakak ipar.
"Aku juga merindukan mu, adik ipar" Balas Dara berniat meledek.
Tetapi siapa sangka bahwa Echa langsung melepaskan pelukan nya dan menatap terkejut wajah nya.
"Akhirnya kamu mengakui aku, Kakak ipar!!" Pekik Echa.
Dara melotot dan langsung membekap mulut wanita itu dengan mata yang menatap lirih keluarga nya.
Terutama Dariel yang saat ini berjalan mendekat.
"Ganti baju dulu, nanti masuk angin" Ucap Dariel seraya menyampirkan jas ke punggung Dara.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
+86
kasi yang berat2 buat dariel ya ka riri
2024-03-18
1
Niee
km egois sih dariel kl msh ttp peduli dgn jenita..byk yg jadi korbannya terutama perasaan istri dan anak2mu..kasian luca, ana dan rose yang masa tua nya jadi hrs jauh dr cucu mrk..udahlah..terbukaa perjelas smuanya biar dara dan aku gak bingunk..hahahhahahaha
2024-03-18
1
Niee
aiiisss makin gak jelas lagi ini..
2024-03-18
1