Bab 10.

Dariel berlari tergesa-gesa memasuki Lotte World yang dimana banyak pengunjung di sana.

Sesekali Dariel menabrak bahu seseorang namun dengan segera ia meminta maaf dan kembali mengedarkan pandangan nya.

"Kamu dimana Dara?" Gumam Dariel dengan wajah pasrah nya.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih yang arti nya ia telah terlambat satu jam lebih.

Dan pesan yang tadi pagi ia kirimkan pun belum di baca, ah lebih tepat nya karena nomor itu kembali tidak aktif.

"Siall!" Erang tertahan Dariel.

Luas nya Lotte World itu sudah Dariel kelilingi, namun hingga saat ini ia belum menemukan sosok itu.

Mengacak-acak kesal dan frustasi rambut rapih nya hingga berantakan, Dariel pun berjalan menuju salah satu bangku.

"Maaf.. Maafkan aku yang lagi-lagi terlambat.." Gumam Dariel mengusap wajah nya dengan kepala menunduk sedih.

Mata nya yang semula terpejam penuh penyesalan kini kembali terbuka, dan di sana ia langsung menangkap sepasang kaki mungil yang di balut sepatu.

Menegakkan tubuh nya kemudian Dariel menatap wajah bocah laki-laki yang entah kapan berdiri di hadapan nya.

"Kamu--"

"Papa!!"

Ucapan Dariel yang hendak bertanya langsung terpotong saat mendengar seruan bocah laki-laki itu.

Ia terkejut apalagi saat bocah berpipi gembul dengan bibir tipis dan hidung mancung itu memeluk pinggang nya.

"Papa hikss.. Niel rindu Papa"

Daniel, benar bocah itu adalah Daniel putra dari pria yang saat ini tengah kebingungan seraya memperhatikan sekitar.

Bocah itu menangis membuat beberapa orang memperhatikan ke arah mereka.

"Heii tenang lah, aku bukan Papa mu" Ujar pelan Dariel mencoba melepaskan pelukan bocah itu.

Tetapi Daniel yang mengenali sosok sang Papa dari foto-foto yang di tunjukkan oleh Grandma nya yang tak lain adalah Anastasya enggan melepaskan pelukan nya.

Daniel mendongak menatap wajah bingung sang Papa. "Niel merindukan Papa huaaa.."

Dariel semakin panik dan bingung apalagi saat semakin banyak orang yang memperhatikan seraya berbisik.

"Baiklah-baiklah, tenang oke" Dariel melepaskan paksa pelukan bocah itu kemudian menggendong nya seraya berdiri.

"Tenang lah.." Gumam pelan Dariel menimang Daniel yang terus menangis di gendongan nya.

Selayaknya anak kecil pada umum nya, tangis bocah itu begitu menggelegar dan tangan nya memeluk erat leher Dariel.

"Dimana orang tua mu?" Tanya Dariel pelan masih terus memperhatikan sekitar.

"Papa hikss.."

"I-iya, dimana Papa mu?"

Mendengar pertanyaan itu sontak kepala Daniel yang semula bersembunyi di leher Dariel pun menegak.

Dengan mata berair dan hidung memerah, bocah itu menatap sedih Dariel.

"Papa tidak kenal dengan Niel?" Tanya nya sedih.

Sungguh Dariel semakin bingung di buat nya. Namun begitu ia memperhatikan wajah bocah itu tiba-tiba saja ada rasa lain.

Terlebih lagi detak jantung nya terasa melambat saat melihat wajah yang sangat mirip dengan nya waktu kecil.

"Si-siapa nama mu?" Tanya terbata Dariel.

Tiba-tiba saja kaki nya melemas seperti jelly dan tubuh nya terasa bergetar.

"Daniel Al Bejos" Jawab sesegukan Daniel.

Tiba-tiba saja tubuh Dariel kembali terduduk di bangku yang sebelumnya ia duduki saat mendengar penuturan bocah di dalam gendongan nya.

"Papa kenapa?" Tanya Daniel memegang wajah Dariel yang tiba-tiba saja memucat.

"Daniel Al Bezos?" Ulang Dariel mengkoreksi kata J dan Z nya.

Daniel mengangguk lugu. "Mama yang memberikan nama itu" Jawab nya masih sesegukan.

Seketika Dariel langsung memeluk erat tubuh bocah yang sempat ia anggap bocah linglung. Memeluk nya begitu erat bahkan meneteskan air mata nya di sana.

"Maaf son, maafkan Papa tidak mengenali mu" Ucap Dariel begitu panik.

Mengecupi kepala Daniel dan wajah nya yang kemudian kembali ia bekap begitu erat.

Papa macam apa yang tidak mengenali anak nya sendiri, sungguh bodoh!

"Emmhh Papa, Niel tidak bisa bernapas" Lenguh Daniel memberontak.

Pasalnya sudah beberapa menit berlalu namun Dariel masih memeluk nya begitu erat.

"Astaga maaf son, maafkan Papa" Dariel langsung mendirikan tubuh bocah itu.

Dimana kaki putra nya itu menginjak paha nya, terasa berat namun lebih berat lagi kerinduan dan penyesalan nya.

"Maaf ya, jangan menangis lagi" Ucap Dariel menyeka sisa air mata di pipi Daniel.

Kembali mengecup pipi gembul itu, Dariel tidak tahan untuk tidak kembali memeluk nya.

"Papa sangat-sangat merindukan mu, Daniel. Maafkan Papa baru datang sekarang" Ucap Dariel.

"Gapapa kok kata Mama, Papa sibuk bekerja jadi tidak pulang-pulang" Sahut lugu Dariel dengan cadel nya.

Teringat akan sosok Mama yang di sebut putra nya, Dariel pun kembali mendudukkan putra nya di pangkuan nya, kemudian menatap wajah menggemaskan itu.

"Lalu dimana Mama sekarang? Kenapa kamu di sini sendirian?" Tanya Dariel serius.

"Tadi Mama di situ" Tunjuk Daniel ke suatu arah.

Dariel pun langsung mengikuti arah tunjukkan putra nya, namun tidak mendapati siapapun.

"Dimana?" Tanya Dariel kembali menatap putra nya.

Tangan nya bergerak menyeka air mata nya sendiri yang terus menetes setiap melihat wajah putra nya.

Daniel menggeleng lugu. Ia pun tidak tahu dimana Mama nya sekarang.

Sedangkan di sisi lain..

Dara menatap gerbang Lotte World itu dengan senyum tipis, air mata nya yang menetes dengan cepat ia seka.

"Mama belum siap bertemu Papa mu, sayang. Mama yakin kamu anak pintar dan akan pulang ke rumah kita" Gumam Dara.

Ada rasa lega di hati nya saat melihat putra nya di gendong untuk pertama kali nya dengan Ayah nya sendiri.

Namun ada rasa sesak begitu melihat wajah pria itu, rasa sesak akan keputusan nya saat ini.

Dara mengeluarkan handphone lama nya kemudian kembali mengaktifkan nya.

Ternyata di sana Dariel mengirimi nya pesan berkali-kali dan meminta maaf atas keterlambatan nya.

Dara berbalik dan mulai berjalan dengan jemari yang mengetikkan sesuatu pada handphone nya.

"Aku harap kamu mengembalikan Daniel" Gumam Dara begitu sudah mengirim pesan tersebut.

Tidak banyak, ia hanya mengirim alamat agar Dariel mengantarkan Daniel ke alamat tersebut pukul lima sore nanti.

Kembali menonaktifkan handphone nya, Dara pun menghela napas nya.

"Bersenang-senang lah bersama Papa mu, Niel" Gumam nya seraya terus melangkah.

"Kami tidak akan bersenang-senang tanpa mu"

Deg!

Tubuh Dara mematung sesaat di sana begitu mendengar suara bariton khas pria yang sudah tiga tahun ia hindari.

"Ayo kita bermain bersama Mama!" Ajak Daniel bersemangat.

Perlahan Dara berbalik mata nya langsung menangkap wajah tanpa ekspresi milik Dariel.

Semua nya terasa melambat, mata Dara terkunci oleh tatapan pria itu. Tatapan yang mengisyaratkan kemarahan dan kerinduan yang berpadu menjadi satu.

...****************...

Terpopuler

Comments

s

s

memang benar

2024-11-22

0

s

s

katanya ga sabar ketemu anak istri

2024-11-22

1

Niee

Niee

kasian dara..masih membekas ternyata walaupun dah 3 thn

2024-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!