Bab 9.

Dara menggenggam erat handphone di tangan nya. Handphone yang selama tiga tahun ini ia non-aktif kan.

Mata nya menatap ke arah putra nya yang beberapa menit lalu baru terlelap kemudian kembali menatap layar handphone yang masih mati itu.

"Apa Papa sudah pulang?"

"Kapan Papa pulang?"

"Apa Papa menelpon?"

"Niel ingin bermain bersama Papa"

Semua pertanyaan itu terus terngiang di telinga Dara, pertanyaan yang berulang kali putra nya tanyakan.

"Kasihan sekali 'ya Daniel, pasti dia sedih karena tidak di temani Appa nya"

"Hm betul, aku jadi takut mental anak manis itu terganggu"

Lagi, bisikan para wanita yang juga mengantar anak-anak mereka mengikuti les menggambar membuat Dara menjambak rambutnya di sana.

"Apa Mama terlalu egois, Niel?" Tanya lirih Dara menghadap putra nya.

Air mata nya kembali berjatuhan.

"Mama tidak ingin bertemu Papa mu, Mama tidak ingin lagi bertemu pria yang masih terlibat dengan cinta pertama nya hiks.."

Untuk kesekian kali nya Dara menangis di hadapan Daniel yang terlelap, menahan isakan nya dengan membekap mulut nya hingga rasa sesak semakin menghantam nya.

"Mama harus apa sayang? Mama juga takut mimpi Mama malam itu menjadi kenyataan. Mama tidak bisa jauh dari mu dan Mama juga tidak mau satu rumah lagi dengan Papa mu"

Pilihan ada di tangan Dara saat ini, jika ia tetap egois maka kemungkinan mental anak nya akan terganggu.

Lalu bagaimana ia menghadapi Dariel jika bertemu nanti? Ia masih mengingat rasa sakit itu.

"Andai dari awal Mama kabur sendiri tanpa meminta bantuan Daddy lagi, mungkin sekarang Mama bisa berkata bahwa Papa mu sudah tidak ada.." Lirih nya.

Kepala nya nunduk, tangan nya masih menggenggam handphone lama nya.

Lama terisak, begitu isak kan nya mulai memudar Dara pun kembali menatap layar handphone nya.

**

Ting!

Notifikasi masuk di handphone Dariel, namun pria itu mengabaikan nya dan lebih memilih memfokuskan mata nya pada layar laptop nya.

Pria itu sibuk mengatur desain untuk kampanye game nya yang akan dilakukan seminggu ke depan.

Bahkan sejak sampai ke hotel Dariel terus menyibukkan diri nya dengan laptop.

Ting Nong..

"Layanan kamar, izin mengantar makan malam"

Bell pintu kamar hotel itu berbunyi bersamaan dengan suara seorang yang tak lain adalah petugas dari Layanan kamar tersebut.

Dariel pun menaruh laptop di pangkuan nya ke sofa kemudian beranjak menuju pintu.

Membuka pintu kemudian Dariel menatap sejenak petugas tersebut.

"Masuklah" Titah Dariel.

Petugas yang mengantarkan makan malam nya adalah seorang pria seperti yang ia minta.

"Maaf tuan, handphone nya" Ucap petugas tersebut saat melihat handphone Dariel berada di meja yang akan di susun oleh makanan itu.

Dariel pun mengambil handphone yang sejak tadi ia abaikan kemudian menaruh nya begitu saja di sofa.

"Ada yang ingin di tambah?" Tanya petugas tersebut.

"Tidak perlu" Jawab Dariel seraya menyodorkan beberapa lembar uang sebagai tip.

"Terima kasih tuan" Ucap petugas tersebut kemudian membungkuk sopan. "Saya permisi, jika ingin sesuatu hubungi saja nomor yang sudah pihak hotel sediakan"

Dariel mengangguk samar kemudian petugas tersebut kembali keluar mendorong troli nya.

Tanpa membuang waktu Dariel pun mulai memakan makanan nya, fokus pada makanan dan menunda pekerjaan nya.

"Hah.." Menghela panjang napas nya saat baru saja merebahkan tubuh nya saat jam sudah menujukkan pukul dua dini hari.

Dariel pun menyala kan handphone yang sejak siang ia abaikan, seketika mata nya langsung melebar bersamaan dengan tubuh nya yang terduduk menegang.

'Datang lah ke Lotte World pukul sembilan besok'

Pesan yang di kirimkan oleh nomor yang selama tiga tahun ini tidak aktif membuat tubuh Dariel benar-benar menegang.

Dengan perlahan ia membuka ruang obrolan dengan nomor tersebut dan benar ternyata Dara mengirimi nya sebuah pesan pukul enam sore tadi.

Tanpa berlama-lama lagi Dariel pun langsung menelpon nomor tersebut dengan senyum bahagia.

Tetapi saat yang terdengar bukan suara yang ia nanti-nanti senyum nya langsung pudar.

"Tidak aktif lagi.." Lirih Dariel.

Sungguh menyesal karena ia tidak langsung mengecek setiap notifikasi yang muncul di handphone nya.

"Tunggu.." Dariel membaca kembali isi dari pesan singkat yang Dara kirimkan.

"Lotte World?" Gumam nya. "Dara meminta aku ke sana? Apa kira akan bertemu?"

Banyak pertanyaan di benak Dariel setelah membaca pesan tersebut tetapi pertanyaan itu mengalahkan rasa senang nya.

"Apa ini pertanda baik? Apa kamu sudah memaafkan ku?" Gumam bahagia Dariel.

Letupan rasa bahagia tak dapat pria itu bendung hingga tubuh nya melonjak-lonjak di atas kasur hotel tersebut.

"Kita memang di takdirkan bersama Dara, pada akhirnya kamu juga ingin bertemu kembali dengan ku!!" Teriaknya bahagia.

Tawa bahagia pun langsung menggelegar di dalam kamar itu, Dariel menghempaskan tubuh nya di kasur seraya berguling kesana-kemari.

"Akhirnya setelah tiga tahun, aku tidak sabar menunggu jam sembilan besok!"

**

Pukul setengah tujuh pagi Dariel sudah rapih dengan pakaian formal nya, mencerminkan ketegasan serta kewibawaan pria itu.

Bercermin dan membolak-balikkan tubuh nya di depan cermin full body, Dariel terus tersenyum bak seorang wanita yang akan bertemu kekasih nya.

Ting.. Nong..

Suara bell kamar menyadarkan pria itu dari tatapan nya pada cermin, berdehem pelan kemudian Dariel berjalan menuju pintu.

"Selamat pagi tuan" Sapa seorang pria setengah baya.

"Ada apa pak Cen?" Tanya Dariel dengan nada ramah pada asisten nya.

"Maaf tuan, saya pikir tuan belum bangun"

"Saya sudah bangun, bahkan sejak pukul lima tadi" Jawab ramah Dariel.

Pak Cen tersenyum. "Baiklah tuan, mari berangkat" Ajak nya.

"Tunggu!" Ekspresi Dariel langsung berubah, ia ingat bahwa ia tidak memberitahu asisten nya akan kepergian nya untuk menemui istri dan anak nya.

"Ada apa tuan?"

"Berangkat kemana?" Tanya balik Dariel.

"Tuan lupa?" Tanya pak Cen yang terlihat sedikit melonggo. "Kita sudah membuat janji dengan tuan Min pukul tujuh pagi ini"

Dariel membatu, ia baru mengingat akan janji nya itu dengan rekan bisnis nya.

"Sial!" Dariel mendesis geram, ia tidak bisa membatalkan begitu saja pertemuan nya.

Tetapi bagaimana dengan pesan yang di kirimkan oleh istri nya?

Dariel pun sontak melihat jam nya. "Jam sembilan.." Gumam nya.

"Masih ada waktu sekitar dua jam, aku harus menyelesaikan pembahasan ini sebelum jam sembilan!" Gumam nya lagi seraya menatap asisten nya.

"Baiklah ayo cepat!"

Dariel pun melangkah lebih dulu dengan langkah lebar nya, ia berharap semua nya berjalan baik pagi ini.

'Aku mohon tunggu aku jika belum sampai'

Pesan itu Dariel kirimkan pada nomor yang kembali tidak aktif itu. Ia hanya berharap Dara kembali mengaktifkan handphone nya dan membaca pesan nya.

...****************...

Terpopuler

Comments

s

s

cih ga segampang itu

2024-11-22

1

s

s

kita akan bertemu?

2024-11-22

0

Niee

Niee

deg2an..semoga dara dtg gak sendiri minimal dianter..bo jum siapa lah itu nmanya lupa anak pak min..wkwkkwkwkw

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!