"DARA!!"
Dariel langsung terduduk dengan napas memburu, mata nya menatap sekitar dan lagi-lagi yang ia dapatkan hanya keheningan.
Tok.. Tok.. Tok..
"Tuan anda baik-baik saja?" Panggil seorang pria di balik pintu kamar itu.
"Pergi lah" Sahut Dariel dingin.
"Baik tuan, maaf menganggu anda"
Tidak lagi terdengar suara kini Dariel yang sudah terbangun dari tidur nya itu langsung beranjak menuju kamar mandi.
Mengguyur tubuh nya dengan air dingin dan meneteskan air mata nya yang bercampur dengan tetesan air dari shower.
"Kamu dimana sayang? Apa kamu tidak merindukan ku? Lalu bagaimana kabar anak kita sekarang?"
Dariel menangis tanpa suara di sana, sudah tiga tahun Dara menghilang.
Lebih tepat nya setelah malam panas itu dan Dara pergi saat diri nya tertidur pulas.
Bugh..
Bughh..
Dariel membenturkan kepala nya ke dinding di depan nya. Mimpi malam itu menjadi mimpi buruk nya.
"Aku mohon kembali sayang, aku menyesal.." Isak nya menjambak rambut nya sendiri.
**
***
"Bagaimana skripsi mu?" Tanya Dariel pada adik nya, Echa.
Echa mengangguk. "Lancar"
"Lalu kapan sidang nya?" Tanya Dariel lagi.
"Masih empat bulan lagi"
Dariel mengangguk mengerti, pria itu kembali fokus pada jalanan di depan nya untuk mengantar sang adik ke depan gerbang universitas nya.
Meski pun sudah pisah rumah tetapi Dariel rutin mengantar-jemput adik perempuan nya dan tidak membiarkan Echa berkeliaran bebas.
Tentu semua itu karena kejadian yang Dariel lakukan dan Dariel tidak mau jika adik nya terkena karma dari nya.
"Nanti selesai kuliah kakak jangan jemput 'ya" Pinta Echa menatap sang kakak.
"Mau kemana kamu huh?" Dariel melirik sekilas Echa.
"Aku ingin pulang bersama Rio dan mampir sebentar ke toko buku" Jujur nya.
"Tidak" Tolak Dariel terang-terangan.
Echa mendengus mendengar penolakan tersebut. "Please kak, aku sudah dewasa dan lagi Daddy saja sudah mengizinkan ku dengan Rio"
Dariel terdiam, memang benar Daddy nya sudah memberi izin pada bocah yang mengencani adik nya sejak duduk di bangku sekolah.
Namun tetap saja ia merasa waspada, bukan pada bocah itu tetapi takut jika terjadi hal yang tidak-tidak.
"Please kak, sekali saja dan hari ini Rio ulang tahun setidaknya aku ingin meluangkan waktu bersama nya" Pinta memohon Echa.
Dariel menghela napas kemudian mengusap rambut adik nya seraya menatap nya sekilas.
"Baiklah, tetapi jam tujuh malam kamu harus sudah berada di rumah!"
"Yes! Terima kasih kakak ku yang baik!" Seru senang Echa mengecup pipi sang kakak.
Sungguh kesempatan seperti ini jarang ia dapatkan terlebih lagi sejak sahabat nya, Dara kembali pergi dari hidup sang kakak.
Dariel menghentikan mobil nya tepat di depan gerbang universitas terbaik di kota nya sekaligus di negara nya.
"Uang jajan bulanan kamu sudah kakak transfer semalam" Ucap Dariel menatap pergerakan adik nya.
Echa tersenyum lebar mendengar itu, kakak nya memang tidak telat memberikan uang jajan bulanan nya dalam jumlah yang tidak bisa di bilang kecil.
"Thank you very much my brother" Girang Echa kembali mengecup pipi Dariel.
"Dasar" Dariel mengacak-acak rambut adik nya, sungguh menyayangi nya.
"Aku duluan 'ya, kakak hati-hati" Pamit Echa seraya membuka pintu mobil.
"Belajar yang benar" Pesan Dariel.
"Siap pak boss!" Sahut semangat Echa sebelum menutup kembali pintu mobil.
Dariel pun tidak langsung menjalankan mobil nya, ia memperhatikan adik nya yang saat ini berlari kecil.
Di samping gerbang itu ada seorang pria yang sangat Dariel kenali menunggu adik nya lalu merangkul nya untuk masuk bersama.
"Huh.." Dariel bersandar sejenak dengan kelopak mata terpejam.
Kembali duduk tegak Dariel pun menghubungi seseorang seraya kembali menjalankan mobil nya.
"Halo, selamat pagi tuan" Sapa seseorang di sebrang sana.
"Hm, bagaimana apa kau sudah menemukan nya?"
"Saat ini saya sedang mengecek di rumah sakit yang berada di Korea Selatan tuan, yang melahirkan di tanggal dua puluh ke atas sungguh banyak di negara ini" Jelas seseorang itu.
"Lanjutkan sampai ketemu!" Titah Dariel meremat setir nya dengan rahang mengetat.
"Laksanakan tuan"
Panggilan pun berakhir dan di sana Dariel semakin menambah kecepatan nya mengingat istri dan anak nya belum juga di temukan.
Memang sejak tiga tahun lalu ia menyuruh seseorang untuk mencari istri dan anak nya. Mencari melalui tanggal persalinan yang ada di setiap rumah sakit dan bukan hanya di satu negara melainkan sudah sembilan negara.
Kini Korea Selatan lah menjadi negara ke sepuluh yang menjadi harapan di tahun terakhir nya sebelum kembali berganti tahun.
"Sebesar itu kah kesalahan ku sampai kamu bersembunyi begitu jauh? Menyembunyikan anak kita?" Gumam Dariel dengan mata berair.
Sungguh ia lelah, harapan nya selalu pupus setiap kali mendengar orang suruhan nya belum menemukan istri dan anak nya.
****
"Sayang.."
Luca yang hendak marah saat pintu ruangan nya di buka tanpa di ketuk terlebih dahulu sontak langsung tersenyum saat mendapati sang istri yang masuk.
"Kok ke sini tidak bilang dulu?" Tanya Luca seraya menghampiri istri nya.
Merangkul pinggang nya kemudian mengecup bibir wanita itu sebelum akhirnya menuntun untuk duduk di sofa.
Anastasya mendengus lirih kemudian memeluk suami nya. "Aku merindukan cucu kita" Adu nya manja.
Mendengar itu Luca menghela napas. "Aku pun merindukan bocah menggemaskan itu, sayang" Jawab nya.
Anastasya pun langsung menatap wajah Luca. "Ayo kita ke Korea, aku merindukan si gemoy!" Ajak nya semangat.
Gemoy, panggilan yang Anastasya berikan untuk cucu laki-laki nya yang memiliki pipi seperti bakpao dan sangat mirip seperti Dariel saat kecil mengingat bahwa si gemoy itu anak dari putra nya.
"Tidak bisa sekarang sayang, pekerjaan ku masih banyak dan lagi akhir-akhir ini seperti nya Dariel semakin gencar mencari Dara" Tolak lembut Luca.
Kedua kali nya ia membantu menyembunyikan Dara dari Dariel putra nya sendiri.
Dan itu semua terjadi karena kebodohan dari putra nya yang benar-benar tidak bisa di toleransi.
"Sudah selama ini, apa lebih baik kita pertemukan saja mereka?" Tanya Anastasya merasa kasihan pada putra nya.
Luca menggeleng. "Ini hukuman untuk Dariel yang menj*lat janji nya sendiri"
Anastasya menghela napas mendengar itu, kemudian wanita itu bersandar pada dada suami nya.
"Andai Dara yang menjadi cinta pertama Dariel mungkin hal ini tidak akan terjadi" Hela nya sedih.
"Jangan salahkan cinta, tapi salahkan Dariel yang belum bisa melepaskan wanita itu sepenuhnya dan salahkan juga wanita itu yang terus menganggu putra kita" Jawab panjang Luca dengan nada kesal.
...****************...
Jangan lupa dukungan nya supaya aku semangat up😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Eleianoore
Dariel ga kapok sepertinya udah pernah ditinggal dara dan ga dikasih tau kehamilannya eeh masih aja nanggepin di jennita ganjen yaa sukurin di tinggalin dara lagi mana ga tau anaknya lagi, udah di ultimatum daddy masih ga ditanggapin
2024-03-10
4
Niee
berarti bnr2 selingkuh ya?bkn krn jenita yg nempelin trus..bukan salah paham tp mrk bner2 menjalin hub?rasain lu dariel..makan tuh obesi cinta pertama lu
2024-03-10
1
Niee
berarti gemoy usianya udah mau 3 thn ya..karna dara pergi 1 bulan sblm lahiran..kasian deh km dariel gak bs nemenin istri melahir kan dan melihat perkembangan anak km selama 3 thn ini
2024-03-10
1