Bab 4.

Sabtu dan Minggu, di dua hari itu lah saat nya bocah kecil berusia tiga tahun bernama Daniel itu melakukan kegiatan Les Menggambarnya.

Dan kini ditemani sang Mama, Daniel tengah menggambar sesuatu dengan begitu serius.

Bukan hanya Daniel dan Dara tapi ada beberapa anak serta orang tua lain nya di dalam ruangan ini.

"Eomma apa lukisan ku bagus?"

"Sangat bagus nak, Eomma menyukainya!"

"Hei apa ini Appa?"

"Hum, ini Appa"

"Astaga kenapa jelek sekali"

"Appa memang jelek hahaha"

Obrolan keluarga kecil yang berada tepat di samping Dara dan putra nya, berhasil membuat gerakan bocah kecil itu terhenti pada kuas nya.

Daniel menatap ke arah mereka yang saling meledek dan bercanda, teman nya bernama Won Soo itu selalu di temani kedua orang tua nya.

"Kenapa sayang?" Tanya pelan Dara seraya mengusap kepala putra nya.

Sebenarnya tanpa bertanya pun Dara tahu bahwa putra nya sedang merasa sedih.

"Niel selalu menggambar Papa di sini, tapi Papa tidak pernah pulang" Gumam lirih Daniel.

Sudah jelas, seharusnya Dara tidak menanyakan itu dan kini ia hanya bisa mengangkat tubuh putra nya ke dalam gendongan kemudian berjalan menuju jendela ruangan.

"Papa Niel sedang sibuk, Papa akan pulang setelah pekerjaan nya selesai" Ucap Dara dengan nada semangat.

Tentu ia tidak begitu jahat untuk tidak mengakui bahwa pria jahat itu adalah Ayah Daniel.

Daniel tahu bahwa ia memiliki Ayah dari mulut Dara, hanya saja hingg saat ini ia tidak dapat melihat sosok itu.

"Apa Mama bohong?" Tanya Daniel dengan mata berbinar.

"Mama tidak pernah berbohong pada anak Mama yang tampan ini" Tegas Dara mengecup pipi Daniel.

Daniel pun kini mengangguk dan memeluk leher sang Mama.

"Bilang pada Papa untuk cepat pulang, Niel ingin bermain bersama Papa dan di temani kelas menggambar bersama Mama dan Papa"

Tentu hati Dara begitu sakit mendengar perkataan putra nya, ia terus menjanjikan hal yang mungkin tidak akan pernah ia kabulkan.

Entah sampai kapan yang pasti Dara tidak ingin bertemu pria bernama Dariel yang menghancurkan perasaan dan rasa cinta nya.

"Iya sayang" Jawab Dara pada akhirnya seraya mengecup rambut halus Daniel.

Sangat halus, sama seperti rambut Dariel yang dahulu sering bermanja pada nya.

"Kembali menggambar?" Tanya Dara menatap wajah menggemaskan putra nya.

Daniel menatap sekeliling nya kemudian menggelengkan kepala nya.

"Niel tidak mau menggambar lagi" Jawab bocah itu.

Dara menghela pelan kemudian pada akhirnya wanita itu mengangguk.

"Baiklah ayo izin dulu pada Seonsaengnim" Dara pun menurunkan Cio dan menuntun nya ke arah sang guru wanita yang tengah menuntun salah satu murid nya.

"Seonsaengnim" Panggil Daniel pada sang guru.

"Eoh, ada apa Daniel?"

"Niel izin pulang 'ya?" Ucap Daniel.

Sontak guru tersebut menatap Dara yang tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah, tapi Niel akan tetap datang ke les seonsaengnim 'kan?"

Daniel mengangguk lucu kemudian kembali menghadap sang Mama.

"Ayo Ma" Ajak nya.

"Baiklah, saya duluan 'ya" Pamit Dara pada sang guru dan beberapa wanita di kelas itu.

Ada yang telihat masih muda namun ada juga yang sudah menua.

"Kasihan sekali 'ya Daniel, pasti dia sedih karena tidak di temani Appa nya"

"Hm betul, aku jadi takut mental anak manis itu terganggu"

"Huh, untung saja suami ku selalu mau meluangkan waktu nya untuk putri kita"

Mendengar bisikan yang sudah tidak asing lagi di telinga nya, Dara hanya tersenyum kecut.

"Apa aku terlalu egois?" Batin Dara menatap putra nya yang berjalan sendiri.

Jika saat berangkat Daniel begitu bersemangat namun berbeda dengan saat ini.

Bocah itu terlihat lemas dan tidak bersemangat.

Dara menghentikan langkah nya dan berjongkok di hadapan putra nya dengan senyum manis.

"Mau beli es krim?" Tawar Dara.

Mendengar kata es krim tatapan Daniel langsung berbinar.

"Boleh?" Tanya ragu Daniel.

"Memang nya kapan Mama melarang mu, hmm?" Gemas Dara mencubit hidung mancung putra nya.

"Saat itu Mama mengomeli ku karena memakan tiga es krim" Polos nya dengan bibir mengerucut.

"Itu karena tiga, jika satu saja Mama tidak akan marah sayang" Gemas Dara.

***

****

"Sebelumnya anda mengajukan pembubaran divisi-sembilan karena belum ada juga perkembangan selama tujuh bulan" Ujar Dariel dengan tatapan tajam mendominasi.

"Memang benar tuan, tetapi saat ini saya sudah menemukan dan memilih dengan hati-hati bahwa Jino lah yang tepat untuk memimpin divisi ini" Sahut seorang wanita.

Dariel pun menatap pada sosok baru yang penuh akan kepercayaan diri nya.

"Pengembangan desain ini memakan waktu sekiranya tiga sampai empat tahun, apa seorang baru seperti dia sanggup?" Tanya seorang pria yang berada di ruang rapat itu.

"Sebelumnya saya sudah meneliti perkembangan ini, saya pikir dapat menyelesaikan nya dalam kurun waktu satu tahun saja"

Dariel berdecih pelan dengan senyum miring nya.

"Baiklah kita lihat, di pembahasan bulan depan saya ingin melihat rincian konsep yang akan anda gunakan"

Pria bernama Jino itu mengangguk menyetujui perkataan Dariel.

Sedangkan Dariel sendiri kini berdiri membuat orang di sekitar nya ikut berdiri.

"Sampai di sini saja, silahkan kembali pada pekerjaan masing-masing" Ucap Dariel yang langsung berlalu pergi.

"Ada lagi jadwalku setelah ini, Pak Cen?" Tanya Daniel menatap pria seumuran dengan Daddy nya yang menjadi asisten nya.

"Tidak ada tuan"

"Baiklah Pak Cen bisa kembali keruangan"

Pria setengah baya itu mengangguk kemudian menunduk hormat sejenak.

"Saya permisi tuan"

Setelah kepergian sang asisten dari ruangan nya Dariel pun mulai mengutak-atik handphone nya.

Hingga tak lama suara panggilan yang terhubung pun terdengar dengan sapaan seseorang di sebrang sana.

"Bagaimana apa sudah di temukan?" Tanya langsung Dariel.

"Sudah enam puluh persen angka kelahiran di tanggal itu kami selidiki tetapi kami belum menemukan nya tuan"

Lagi dan lagi, kekecewaan yang Dariel dapatkan saat menghubungi orang yang mencari keberadaan istri dan anak nya.

"Baiklah lanjutkan"

Panggilan pun berakhir, Dariel menghempaskan punggung nya pada sandaran kursi kebesaran nya itu.

"Masih ada empat puluh persen kemungkinan Dara dan anak ku berada di sana" Gumam nya mencoba berpikir positif.

Di saat diri nya tengah menenangkan diri dari kekecewaan yang ia dapat. Suara getaran dari handphone nya yang berada di atas meja terdengar.

Dengan malas Dariel pun mengambil handphone nya dan melihat siapa yang menghubungi nya.

Tiba-tiba saja tubuh nya langsung terduduk tegak dengan rahang mengetat sebelum akhirnya Dariel mengangkat panggilan tersebut.

"Apa apa?"

"...."

"Tidak urus saja sendiri!"

"....."

"Haishh siall! Baiklah aku akan ke sana!"

Tut!

Panggilan langsung Dariel akhiri sepihak dengan kesal dan marah.

Kemudian pria itu beranjak mengambil jas serta kunci mobil nya lalu keluar dari ruangan nya.

...****************...

Terpopuler

Comments

s

s

menurunkan daniel

2024-11-22

0

Niee

Niee

urusan dgn jennita kayaknya nih...

2024-03-10

1

Eleianoore

Eleianoore

Pasti si ganjen jennita, hmmm kok segitu teganya buat nyelingkuhin dara n ngorbanin dara sama anak buat bisa sama si ganjen yg belum tentu masih ori

2024-03-10

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!