Adik ku Farhan kemudian makan, Aku pun langsung menyiapkan adonan kue untuk pesanan kemarin dari si Bapak yang sedang membangun rumah itu, Farhan lalu bertanya sambil dia makan.
"Kak, itu gimana ceritanya kok bisa ada yang mesan kue ke Kakak?
"Iya Dek, kan Kakak pas lagi jalan trus di panggil sama Bapak Bapak, kebetulan di sana banyak orang juga, tukang rumahnya, Kue kita akhirnya di beli si Bapak itu dua puluh biji, terus kan Kakak di suruh setiap hari mulai besok kasih Kue dua puluh ke tukangnya itu"
"Oh... Bersyukur bangat ya Kak, Bapak itu baik bangat"
"Iya Dek"
Adonan kue pun sudah selesai ku kerjakan, karna memang hanya sedikit yang ku buat, hanya untuk pesanan si Bapak itu saja, besok tinggal mengukusnya saja.
Jam pun terus berputar, Adik Adik ku pun belajar, Aku pun menemani mereka walau sebenarnya Aku sudah sangat ngantuk dan kecapekan, sambil ku pijit pijit kaki ku yang memang sangat pegal karna berjalan berkilo kilo meter tadi dari pagi sampai sore hari. Kemudian ku katakan ke Adik ku Dita.
"Dek, Kakak kan besok ke pasar habis ngantar kue pesanan, belanja kebutuhan untuk bahan bahan Kue, besok sekalian Kakak beli ya Kaos Kutangnya"
"Benaran Kak? Beli dua ya Kak, kalau ada yang warna merah muda dan putih"
"Iya Kakak cari besok kalau ada yang warna begitu"
Tiba tiba Adik ku si Farhan pun ikut bicara dan mengatakan hal yang tak seharusnya dia katakan.
"Ngapain sih beli beli gituan? Susu mu kan belum ada Dit, masih rata gitu, ngabisin uang saja"
"Farhan! Ngomong kok ga sopan bangat sih?
"Emang masih rata Kok, Kalau Kakak tuh baru sudah ada"
Aku pun menatap sekitar tubuh ku, menatap memang sudah ada yang menonjol di tubuh ku, lalu ku tatap tajam Adik ku Farhan dan mengatakan kalau apa yang dia katakan tak sopan!
Kemudian ku alihkan pembicaraan ke Adik ku Bagas.
"Dek Bagas, besok mau di beliin apa Dek?
"Hem... Apa aja Kak"
"Bagas mau Cendol gak?
"Mau mau, yeee... Minum cendol besok"
Aku pun tersenyum melihat kegembiraan Asik ku yang bungsu itu, Adik ku yang manja.
"Ya udah, besok Kakak beliin kalian bertiga Satu satu ya"
"Iya Kak" (Ucap mereka)
Memang sih setiap alm Ibu ku kepasar selalu akan membeli makanan buat kami, entah itu Gorengan, atau Cendol, atau yang lainnya. Aku juga ingin seperti Ibu ku, Agar Adik Adik ku tak merasa kehilangan akan alm Ibu kami, Sekarang ini memang Aku lah yang harus bertanggung jawab terhadap mereka karna Aku yang paling besar. Seperti Nasehat nasehat yang ku terima waktu tahlilan tujuh harian di rumah kami ini, Nasihat dari Bapak Bapak dan juga Ibu Ibu tetangga dan warga Dusun ku ini, Kalau Aku harus bisa menjaga Adik Adik ku. Di usia ku yang Empat belas tahun ini, Aku adalah Ibu bagi mereka, terutama Adik Ku Bagas, Adik ku yang memang sangat manja terhadap kami semua.
Malam pun semakin larut, mereka juga sudah selesai belajarnya dan mengerjakan PR sekolahnya, Kami pun akhirnya pergi tidur ke kamar.
Ku peluk tubuh Adik ku Bagas sambil ku usap usap kepalanya, karna masih ada rasa penyesalan yang amat dalam di hati ku akan apa yang ku lakukan tadi kepadanya. Aku membentaknya dan menjewer kupingnya dengan kuat serta menarik rambutnya saat amarah ku tadi tak terkontrol, mungkin karna Aku juga sangat kelelahan sehingga bisa sampai seperti itu ke Adik ku yang paling kecil ini, yang sama sekali tak pernah menerima bentakan dari alm Ibu ku, tapi Aku sekarang sudah melakukannya.
Air mata ku pun menetes dengan sendirinya karna sangat menyesali perbuatan ku, apalagi jika ku ingat apa yang tadi di katakan oleh Adik ku itu. Dia mengatakan ingin bersama alm Ibu kami dan juga alm Ayah kami, dia mengatakan tak ada lagi yang menyayanginya. Perkataannya benar benar membuat hati ku hancur mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments