Pagi itu tampak begitu cerah, langit biru yang terbentang luas tak terhalang oleh awan putih yang bergelayutan. Sinar matahari yang hangat menyinari seluruh penjuru, menciptakan aura yang segar dan penuh semangat. Pepohonan bergoyang perlahan oleh hembusan angin yang lembut, menambahkan nuansa harmonis pada pemandangan yang sudah indah. Beberapa burung berkicau riang sambil terbang berkelompok, mengejar satu sama lain di antara dahan-dahan yang hijau. Sungguh pagi yang damai dan juga indah.
Galih merasa bahwa setelah malam di mana Aisyah meminta maaf kepadanya, hubungan mereka akan semakin membaik. Namun, kenyataannya Aisyah justru semakin sering menghindari Galih.
Setiap pagi, Aisyah bangun lebih awal dan langsung berangkat ke kantor dengan alasan banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sedangkan Galih, dengan penuh tanggung jawab mengantar Reza dan Rezi, ke sekolah. Aisyah sengaja menghindari momen-momen bersama Galih, seolah-olah tidak ingin menghabiskan waktu bersamanya. Galih mencoba untuk memahami perubahan sikap Aisyah, tetapi hatinya semakin terluka melihat istrinya terus menghindar.
Hubungan keduanya berlangsung hampir sebulan, tetapi tak ada perubahan sama sekali dalam diri Aisyah untuk menerima Galih sebagai calon suami kedua.
Seperti hari ini. Galih memiliki tanggung jawab penuh untuk datang ke lapangan proyek sebagai site manager perusahaan. Tetapi, Galih harus mengantar sang keponakan terlebih dulu ke sekolah yang masuk di jam 09.00, pagi. Hal itu, membuat Galih terlambat datang ke lapangan proyek. Di mana para klien pemilik gedung yang saat ini sedang menunggunya dengan raut wajah penuh amarah.
Klien yang sudah lama menunggu di lapangan proyek mulai gelisah. Tak ada tanda-tanda Galih akan datang, padahal pembahasan penting sudah dijadwalkan hari ini. Semakin lama semakin jengkel, klien itu akhirnya mengambil handphone dan mencari nomor Aisyah, CEO perusahaan yang menangani proyek ini.
Aisyah yang sedang menghadiri rapat di perusahaan klien, kaget saat handphonenya berdering di tengah-tengah rapat, sehingga beberapa klien dan pemilik perusahaan yang Aisyah datangi menatapnya dengan raut wajah tak suka. Aisyah, melihat nama klien yang tertera di layar handphonenya. Dengan rasa cemas dia izin dan segera mengangkat panggilan itu.
"Halo Pak Yunxi, ada apa?" tanyanya Aisyah dengan suara yang pelan agar tak menganggu yang lain.
"Pak Galih belum datang juga, Bu, Aisyah!" teriak Pak Yunxi dengan nada kesal.
"Kami sudah menunggu hampir satu jam di sini, apa yang terjadi? Ini proyek penting dan kita harus segera membahas masalah yang ada!" Aisyah terkejut mendengar kekesalan Pak Yunxi, dia mencoba menenangkan diri sejenak sebelum menjawab.
"Maaf sekali, Pak Yunxi. Saya akan segera menghubungi Galih dan memastikan dia segera menuju ke lapangan proyek." Aisyah segera mengakhiri panggilan dan langsung meminta Charlie yang duduk di sebelahnya untuk menghubungi Galih. Tetapi, tetap tak ada jawaban.
Aisyah memperhatikan raut wajah cemas Charlie, dan Aisyah langsung bisa menebak jika Galih tak menjawab panggilan tersebut. Di dalam rapat yang penting ini, Aisyah dan Charlie datang untuk membahas proyek yang baru tetapi Galih malah menempatkan proyek lama Aisyah dalam masalah saat ini sehingga membuat Aisyah sedikit kesal dan raut wajahnya penuh kekecewaan.
Charlie menggelengkan kepalanya saat Aisyah melihatnya. Aisyah menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk mempresentasikan hasil proposalnya di hadapan rapat. Masalah dengan Galih terparkir di sudut pikirannya sejenak, dan Aisyah fokus pada tugasnya saat ini. Dengan langkah pasti, dia berdiri di depan layar proyektor dan menghadap ke rekan-rekan yang duduk di sekeliling meja rapat.
"Ladies and gentlemen, terima kasih sudah memberikan kesempatan pada saya untuk mempresentasikan hasil proposal yang telah saya kerjakan," ujar Aisyah dengan percaya diri. Wajahnya tampak tenang, meskipun hatinya masih bergolak dengan perasaan yang bercampur aduk.
Aisyah menjelaskan poin demi poin dari hasil proposalnya dengan jelas dan lugas, sesekali menyertakan data dan ilustrasi untuk memperkuat argumennya. Dia menatap setiap rekan kerja yang hadir di ruangan itu satu per satu, berusaha untuk membaca reaksi mereka terhadap presentasinya. Sesekali, Aisyah menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan emosinya yang masih tersentuh oleh permasalahan dengan Galih.
Namun, dia berhasil menepis pikiran tersebut dan kembali fokus pada presentasinya. Seiring waktu berlalu, Aisyah merasa semakin nyaman dan percaya diri dalam menyampaikan presentasinya. Suara dan intonasi yang tepat, serta gerak tubuh yang ekspresif, membuat rekan-rekan di ruangan itu terpesona dengan kemampuan Aisyah dalam memaparkan proposalnya. Setelah selesai mempresentasikan, Aisyah menghela napas lega dan menunduk untuk mengucapkan terima kasih. Tepukan tangan yang meriah dari rekan-rekan di ruangan itu menjadi bukti bahwa Aisyah telah berhasil melupakan masalah dengan Galih dan melaksanakan tugasnya dengan baik.
Rapat selesai, terlihat Aisyah bersalaman dengan beberapa rekan kerja dan klien penting serta kolega dari luar perusahaan itu. Aisyah berhasil memenangkan proyek baru lagi dan itu membuat Charlie bangga pada Bu Bos nya itu.
Di luar perusahaan itu, Aisyah kembali menatap layar handphonenya. Di mana saat ini sudah menunjukkan pukul 10.00, pagi. Aisyah yakin jika Galih sudah tiba di lapangan proyek sehingga Pak Yunxi tak menghubungi Aisyah lagi.
Di tempat lain, Galih yang saat ini bersama dengan Pak Yunxi menjelaskan dengan detail tentang proyek tersebut dan itu membuat Pak Yunxi puas, meskipun sempat terkecoh dengan keterlambatan Galih. Pria itu langsung meminta maaf begitu sampai dan menjelaskan alasannya. Untung saja Pak Yunxi baik dan mau menerima alasan Galih, jika tidak maka sudah bisa dipastikan Galih akan kembali menerima serangan dan amukan Aisyah di perusahaan.
Sore hari, harusnya sudah waktunya pulang kantor. Galih menyempatkan diri untuk datang ke kantor setelah menjemput Reza dan Rezi di sekolah siang tadi. Lalu, bertemu dengan klien sebentar pada lapangan proyek kedua. Barulah dia tiba di perusahaan saat sore, saat beberapa karyawan sudah bersiap untuk pulang.
"Galih, kamu baru datang?"tanya Charlie dengan raut wajah cemas. Galih mengangguk.
"Bu, Aisyah menunggu kamu di ruangannya,"bisik Charlie sebelum pria itu kembali ke ruangannya. Galih kembali mengangguk dan pergi menemui Aisyah di ruangan CEO. Ini pertama kali, Galih di panggil ke ruangan dan Aisyah mau berbicara dengan Galih di perusahaan untuk pertama kalinya.
Sebelum masuk Galih mengetuk pintu lebih dulu, setelah di persilakan untuk masuk barulah Galih masuk. Melihat Galih, Aisyah menghentikan aktifitasnya yang sedang membereskan dokumen yang ada di atas meja.
"Kamu baru datang? Kamu tahu, hari ini kamu hampir saja membuat perusahaan rugi atas kelalaian kamu. Ini bukan sekali, Galih. Tetapi, dua kali kamu melakukan kesalahan dalam bulan ini,"Aisyah masih berbicara dengan suara yang pelan. Galih berdiri yang tak jauh dari meja kerja Aisyah dan terus memperhatikan wanita itu yang sibuk menyimpan dokumen di dalam laci meja kerjanya.
"Proyek miliaran yang saat ini kita ambil alih hampir saja lepas begitu saja setelah perjuangan banyak tim melakukan yang terbaik untuk proyek itu. Tetapi, kamu malah membuatnya terbang begitu saja karena kecerobohanmu!"lanjut Aisyah, kali ini dengan suara yang tegas dan lantang. Menatap Galih dengan tajam.
"Jika kamu belum bisa bekerja dengan tanggung jawab yang penuh. Kamu tak perlu ke kantor lagi besok. Kamu di rumah saja,"lanjut Aisyah. Galih mengepalkan tangannya, ternyata Aisyah belum bisa menghargai perjuangan Galih selama ini. Padahal, Galih sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membagikan waktunya dengan keponakannya. Tetapi, masih saja usahanya tak dihargai oleh Aisyah.
"Sampai kapan kamu akan terus menghina dan merendahkan aku begini, Aisyah? Apa kamu sadar dengan ucapanmu?"tanya Galih pelan menahan sesak di dada, sangat sulit menghadapi ibu hamil seperti Aisyah yang emosi dan sikapnya berubah-ubah itu.
"Sampai kapan pun kamu tidak akan bisa menjadi dua orang sekaligus. Kamu tidak akan bisa menjadi dirimu sendiri yang bertanggung jawab dalam perkejaan. Dan menjadi sosok yang baik yang bertanggung jawab kepada Reza dan Rezi, karena kamu bukan Daddy-nya! Kamu bukan Lucas yang bisa melakukan semua hal tanpa membuang waktu banyak,"
Mendengar ucapan Aisyah yang tajam itu, Galih syok dan kembali merasakan sakit.
"Lucas lagi Lucas lagi! Kenapa sih kamu harus membandingkan aku dengan Kak Lucas?! Kami adalah orang yang berbeda, sampai kapan pun tidak akan bisa membuat aku seperti Kak Lucas. Aku sadar itu, Aisyah! Kamu tak perlu mengingatkan aku lagi,"Galih menunjuk Aisyah di akhir ucapannya dengan jari tangannya yang membuat Aisyah tersentak. Galih berbalik dan berlalu pergi, bahkan Galih membanting pintu ruangan Aisyah dengan begitu keras yang membuat Aisyah memejamkan matanya.
"Galih,"seru Charlie saat melihat Galih keluar dari ruangan itu dalam keadaan menahan sesak dan Galih pergi begitu saja. Charlie, menghela napas sebelum dia menemui Aisyah di dalam ruangannya.
"Masuk!"
Aisyah menyuruhnya masuk saat mendengar suara ketukan pintu. Charlie datang untuk memberitahu Aisyah jika nanti malam ada perjamuan antar perusahaan, dan perusahaan mereka juga di undang, Aisyah mengatakan pada Charlie dia akan datang dan meminta Charlie untuk menemaninya nanti malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Neulis Saja
Aisyah coba kamu jam 09.00 mengantar dulu anakmu ke sekolah kemudian baru ke kantor apakah kamu msh bisa mengatakan itu alasan yg dibuat2 ? kalau anakmu masuk sekolah jam 07.00 masih bisa diakalin dgn berangkat lebih awal sehingga sampai di sekolah msh pagi sehingga ke kantor tdk akan terlambat. jadi sebelum marahmu meledak coba amat dilapangan seperti apa
2024-05-02
1
Yatinah
hiiih jadi gregetan lihat sikap aisyah kod galih semoga setok sabarmu luas yaa galih
2024-04-17
0
kalea rizuky
nama aisyah kelakuan astagfirullah menjijikan jd cwek mulutnya
2024-04-04
0