Jodoh Wasiat-05

Siang itu, matahari bersinar terik di atas halaman rumah Galih. Dia duduk di kursi taman, menatap kedua anak Aisyah yang asyik bermain. Tawa anak-anak itu menggetarkan hati Galih yang terasa berat. Teringat akan Nayra, wanita yang pernah menjadi kekasihnya dan dijanjikan akan dinikahi olehnya.

Namun, nasib berkata lain, Galih terpaksa berjanji harus menikah dengan kakak ipar atas permintaan kakaknya, Lucas yang baru saja meninggal. Rindu pada Nayra mendera hati Galih. Wajah dan senyumnya selalu menghantui benaknya. Tetapi kini, Galih sadar bahwa dirinya memiliki tanggung jawab penuh untuk menjaga Aisyah dan kedua anaknya. Tidak ada lagi tempat bagi Nayra dalam hidupnya, meski hatinya sering meronta ingin kembali padanya.

Galih menghela napas panjang, mencoba menerima kenyataan yang lebih pahit daripada mimpi indah bersama Nayra. Kehidupan ini memang tak selalu berjalan sesuai keinginan, tetapi dia harus kuat demi Aisyah dan anak-anak yang kini menjadi tanggung jawabnya. Matahari semakin tinggi, dan suara anak-anak Aisyah semakin riuh.

'Bukan aku tak cinta. Bukan pula aku tak menginginkanmu. Tetapi, tanggung jawab ini membuat cinta kita terpisah, Nayra. Di mana pun kamu berada aku hanya menginginkan kamu bahagia. Jika aku diberi kesempatan kelak bertemu denganmu aku ingin meminta maaf dan berlutut di kakimu bila perlu untuk mendapatkan maaf darimu, Nayra.'

Galih mengusap air mata yang tak terbendung, lalu bangkit dari kursinya, bergabung dengan anak-anak itu, mencoba melupakan rindu pada Nayra dan menghadapi kenyataan hidup yang telah menunggunya.

Siang hari di perusahaan Ford Otosan, perusahaan yang ditinggalkan oleh Lucas untuk Aisyah dan juga Galih, serta kedua anaknya.

Aisyah melangkah masuk ke dalam ruangan CEO yang kini menjadi tanggung jawabnya. Ia baru saja menginjakkan kaki di London sebagai warga baru, setelah mewarisi perusahaan Ford Otosan yang dikembangkan oleh almarhum suaminya, Lucas. Begitu pintu ruangan tertutup, hawa dingin dan kesepian seketika menyelimuti Aisyah.

Setiap sudut ruangan itu membawa kenangan indah bersama Lucas, yang kini telah tiada. Aisyah mencoba menahan air matanya yang kembali mengalir saat mengenang perjuangan dan cinta yang pernah mereka bangun bersama. Perpisahan yang menyakitkan adalah kematian, itulah yang kini dirasakan oleh Aisyah. Rasanya seperti duri yang menusuk hatinya, melihat kursi yang biasa diduduki Lucas kini kosong, tak ada lagi tawa dan senyum yang menghiasi ruangan itu.

Menghela napas panjang, Aisyah mencoba menguatkan diri. Dia merapikan dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja, berusaha menyibukkan diri agar tak terlarut dalam duka.

Namun, setiap benda yang dia sentuh seolah membisikkan kenangan manis bersama Lucas, membuat Aisyah semakin tak kuasa menahan tangisnya. Dinding ruangan bergema dengan isak tangis Aisyah. Dia merasa begitu rapuh, seakan tak ada lagi pegangan dalam hidupnya. Namun, di tengah kepedihan hati, Aisyah sadar bahwa dia harus melanjutkan perjuangan yang ditinggalkan Lucas.

Dia harus menjaga perusahaan ini demi mengenang perjuangan suaminya dan juga untuk masa depan yang lebih baik. Mengumpulkan keberanian, Aisyah berdiri tegak dan menghadap dinding kaca yang yang besar itu menatap ke arah luar. Dia menatap langit yang mulai berubah menjadi senja, merenungi segala kenangan yang pernah dia lalui bersama Lucas. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjalani hidup ini dengan semangat dan tekad yang tak pernah pudar, demi menghormati Lucas yang kini telah tiada. Tetapi, kenyataannya Aisyah tak sekuat itu, dia tertunduk dan meratapi nasibnya dia terduduk lemah di atas lantai keramik ruangan tersebut, sesekali dia terisak saat mengingat kenangan bersama sang suami dahulu.

Suara ketukan pintu dari luar mengejutkan Aisyah dan segera menyeka air mata serta bangkit dari duduknya. Aisyah merapikan pakaiannya dan berdiri tegak.

"Masuk!"terdengar suara parau Aisyah akibat menangis. Hal itu, juga disadari oleh asisten pribadinya, Charlie. Pria yang diutuskan oleh Galih untuk menjaga Aisyah di perusahaan sang kakak. Meskipun, Galih akan menjadi suaminya nanti, Aisyah tetap menganggap hubungan itu tidak akan pernah jadi nyata. Bagi dia Galih tetap adik ipar yang tak akan pernah jadi suami, hanya Lucas menurut Aisyah adalah suami satu-satunya bagi dia dan kedua anaknya.

"Bu, saya membawa beberapa berkas yang perlu Anda periksa dan tanda tangan. Jika ada yang tidak pahami Anda bisa bertanya kepada Saya,"Charlie meletakkan beberapa dokumen di atas meja kerja Aisyah. Wanita ini sudah banyak pengalaman bekerja di perusahaan lama. Tetapi, bekerja di perusahaan asing membuat Aisyah harus banyak belajar lagi.

"Aku butuh bimbinganmu, Charlie. Mohon bantuannya,"ucap Aisyah dengan lembut dan pekan. Pria itu tertegun dan tersenyum.

"Tuan Lucas banyak bercerita tentang Anda. Tuan mengatakan jika Anda wanita yang lembut dan penyayang. Beliau juga berkata jika Anda pernah memarahinya hanya karena Tuan telat makan. Padahal, seumur hidup belum ada yang memarahi, Tuan Lucas. Sungguh, aku sangat kagum dengan kisah cinta Tuan Lucas dan Nyonya Aisyah...."

"Semoga kelak kamu mendapatkan cinta yang tulus juga Charlie,"Aisyah langsung menyela ucapan Charlie karena Aisyah tak sanggup lagi mendengar Charlie menyebut nama suaminya berulang kali. Tak terasa Aisyah sudah menggenggam erat pulpen yang ada di tangannya. Bahkan, netranya memerah dan berkaca-kaca seakan ingin sekali menumpahkan tangisan itu di atas meja kerjanya.

"Kamu boleh pergi! Nanti, akan saya panggilkan jika saya membutuhkannya,"Aisyah berkata dengan pelan dan menahan isak tangis yang tak terbendung lagi. Charlie mengangguk dan menunduk sekilas sebelum melenggang pergi meninggalkan ruangan Aisyah.

Aisyah menatap pintu yang baru saja tertutup. Charlie, asisten yang selama ini setia membantu Lucas, pergi meninggalkan Aisyah di dalam ruangan CEO yang sunyi. Aisyah merasa sepi, kehilangan dan hampa.

Tak sanggup menahan pilu di hatinya, Aisyah pun kembali menangis. Air mata yang sempat dia tahan ketika berbicara dengan Charlie kini mengalir deras membasahi pipinya yang pucat. Aisyah terisak-isak mengingat kenangan indah bersama Lucas, suaminya yang telah tiada. Suara tangisannya terdengar sayup-sayup, hanya dinding-dinding ruangan CEO yang menjadi saksi kesedihan Aisyah.

Aisyah meraih foto yang berada di atas meja kerjanya, foto yang menampilkan senyuman bahagia mereka berdua. Aisyah merasa seolah-olah Lucas masih ada di sampingnya, memeluknya dengan erat dan memberinya semangat untuk menjalani hidup.

Namun, kenyataan yang pahit harus dia hadapi, Lucas telah pergi selamanya. Dalam kesedihan yang tak tertahankan, Aisyah mencoba mencari kekuatan untuk menerima kenyataan.

Dia berbicara pada dirinya sendiri, "Aku harus tetap kuat. Aku harus menjalani hidup ini demi anak-anak kita, Lucas. Aku harus menjadi ibu yang baik bagi mereka."

Namun, setiap kali Aisyah mencoba bangkit, kenangan tentang Lucas yang penuh cinta selalu datang menyerang hatinya. Aisyah merasa kehilangan yang begitu dalam dan tak tahu bagaimana cara untuk melanjutkan hidup tanpa sosok Lucas yang selalu ada di sampingnya. Hingga akhirnya, Aisyah menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Setelah menangis sesenggukan, Aisyah perlahan mengusap air mata yang masih mengalir, berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan bangkit dan melanjutkan hidup demi anak-anak yang mereka cintai bersama.

Handphone Aisyah yang berada di atas meja berdering. Panggilan itu berasal dari Galih. Tetapi, Aisyah mengabaikannya. Aisyah tak ingin mendengar ataupun berbicara pada lelaki yang berjanji akan menikahinya itu. Aisyah membalikkan handphone agar tak menatap layar yang menampilkan nama Galih di layar handphone tersebut.

Galih Calling....

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

Aisyah yg tersakiti dgn keadaan bukan hanya kamu galih juga sampai mengorbankan masa depannya dgn nayra jadi ketika galih memberikan perhatian dan kepeduliannya tdk juga hrs diabaikan karena di sini sama merasakan sakit karena kehilangan

2024-05-02

1

Yatinah

Yatinah

jadi ikut mewekkk kak authorr😭😭😭

2024-04-17

0

Bu ning Wae

Bu ning Wae

nunggu baby lahir dulu lah Mas Galih. biarkan luka sedikit mengering

2024-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!