Jam menunjukkan pukul 17.00, Aisyah, sang CEO yang anggun dan berwibawa, melangkah keluar dari ruang kerjanya. Charlie, asisten setia yang selalu mendampingi Aisyah, sudah menunggu di depan pintu dengan tas kerja Aisyah di tangannya.
Aisyah tersenyum tipis, mengangguk sebagai tanda terima kasih, lalu berjalan bersama Charlie melewati koridor perusahaan yang sepi menjelang akhir hari kerja. Keduanya melintasi kaca-kaca ruang kerja karyawan yang berjejer rapi, beberapa di antaranya masih asyik bekerja dengan komputer mereka. Mereka menaiki lift menuju lantai dasar, siap meninggalkan gedung dan menjalani kehidupan di luar pekerjaan.
Di sisi lain, Galih, calon suami kedua Aisyah yang bekerja di perusahaan yang sama, baru saja keluar dari ruangannya. Kebetulan, dia melihat calon istrinya itu berjalan bersama Charlie yang tak asing baginya. Wajah Galih berubah tegang, dia segera menyembunyikan diri di balik dinding, mengintip mereka dari kejauhan.
Galih tahu betul bahwa Aisyah tidak ingin bertemu dengannya di kantor. Situasi rumit yang ada di antara mereka membuat Galih enggan menimbulkan kegaduhan di tempat kerja. Jantungnya berdebar kencang saat melihat Aisyah bersama Charlie, asisten yang selalu setia mendampingi istrinya. Ada rasa cemburu yang tak bisa disembunyikannya. Galih iri pada Charlie karena bisa berada di sisi Aisyah tanpa ada penolakan berbeda dengan dirinya.
Begitu keduanya masuk ke dalam lift, Galih menghela napas lega, hatinya berkecamuk antara rasa cemburu dan kesedihan yang mendalam. Meski begitu, dia tidak bisa menyalahkan Aisyah, karena dia paham betul bahwa hubungan mereka memang sudah tidak seindah dulu. Hubungan yang baru ini membuat Galih harus menjaga jarak dengan Aisyah sesuai dengan yang diinginkan oleh wanita itu.
Tiba Galih di lantai dasar dia melihat mobil Charlie yang meninggalkan perusahaan tersebut. Galih berdiri di pintu lobi. Beberapa karyawan yang memang sudah mengenal keluarga Hosea menyapa Galih dengan ramah. Galih terlihat melamun dan tak sengaja mengabaikan sapaan mereka yang membuat mereka berbisik dan heran dengan perubahan sikap Galih, yang dulu ramah dan murah senyum.
Di tengah perjalanan pulang dari kantor, Aisyah merasa gelisah. Mobil yang membawanya melaju perlahan, seolah mengikuti irama hatinya yang kacau. Aisyah masih belum sanggup jika harus bertemu dengan Galih di rumah. Terbayang wajah pria itu di benaknya, membuat dadanya semakin sesak.
Aisyah menghela napas panjang, mencoba menenangkan hati. Namun, semakin dia mencoba, semakin kuat perasaan menolak Galih. Aisyah tak tahu mengapa hatinya begitu keras, meskipun Galih telah berusaha menjadi sosok yang baik untuknya dan kedua anaknya. Dia bahkan telah berjanji akan menggantikan posisi Lucas, pria yang pernah Aisyah cintai, demi memenuhi wasiat Lucas.
Namun, di balik semua kebaikan yang ditunjukkan Galih, Aisyah tak bisa melepaskan bayangan Lucas yang selalu menghantui pikirannya. Entah apa yang diinginkannya dari Galih, seolah tak ada yang cukup untuk menggantikan sosok Lucas dalam hatinya.
"Bu, apa Anda baik-baik saja?"tanya Charlie yang terus memperhatikan Aisyah sejak mereka meninggalkan perusahaan. Kini keduanya sudah tiba di halaman rumah Aisyah.
"Emm, iya. Saya baik-baik saja. Charlie, terima kasih untuk hari ini."Aisyah berkata sembari membuka pintu mobil dan turun dari sana. Charlie hanya mengangguk sekilas dan berpamitan sama Aisyah.
Aisyah berdiri di halaman rumah peninggalan suaminya, Lucas. Rumah yang memiliki kenangan indah honeymoon mereka kini tampak sepi dan sunyi. Dinding-dinding rumah yang dulunya penuh tawa dan canda kini hanya tinggal kenangan semu. Setiap jengkal ruangan itu menyimpan memori yang tak mungkin terlupakan oleh Aisyah.
Aisyah menghela napas berat, Aisyah merasakan perasaan yang bercampur aduk. Rasa rindu yang teramat sangat pada sosok suami tercinta, Lucas. Namun, juga rasa sedih dan kecewa karena kenyataan yang dia jalani saat ini tak sesuai dengan mimpinya.
Aisyah berjalan perlahan memasuki rumah tersebut. Pelayan rumah menyambut Aisyah dengan ramah dan itu diabaikan oleh Aisyah. Langkah kakinya terasa berat, seakan ada beban yang menahannya untuk melangkah lebih jauh. Namun, Aisyah tahu bahwa dia harus tetap melanjutkan hidupnya, meskipun tanpa kehadiran sang suami.
Sambil menatap setiap sudut ruangan yang telah mereka hiasi bersama, air mata Aisyah tak terbendung lagi. Dia merasa seakan-akan Lucas masih ada di sana, tersenyum padanya dan menggenggam tangannya erat. Namun, kenyataan pahit harus dia terima bahwa suaminya kini telah tiada.
Aisyah mencoba menguatkan hatinya, berbicara dalam hati pada Lucas yang telah pergi, "Aku akan terus menjaga kenangan kita, Lucas. Aku akan melanjutkan hidup ini demi dirimu dan demi masa depan kita yang telah kita rencanakan bersama. Aku berjanji padamu takkan ada orang lain yang bisa menggantikan dirimu di dalam hati dan hidupku. Semoga kita bertemu kembali di kehidupan yang lain." Aisyah menatap sebuah foto yang terpajang di ruang keluarga. Foto yang sengaja tak di pindahkan oleh Galih. Karena, bagaimanapun dan di mana Lucas berada, Lucas masih memiliki tempat di hati semua orang.
"Bunda,"panggil Rezi. Aisyah tersentak dan segera menyeka air matanya. Setiap kembali ke rumah Aisyah selalu merasakan perasaan yang sedih. Bahkan, Aisyah terpaksa menghindari anak-anaknya hanya untuk membuang rasa rindunya kepada suaminya, Lucas.
"Bunda sudah pulang?" kini giliran Reza yang bertanya. Wajah Reza sangat mirip dengan Lucas, bisa dikatakan jika Reza adalah Lucas versi kecil. Melihat Reza yang tersenyum kepadanya, hati Aisyah kembali terenyuh dan dia merasakan sesak yang tak tertahankan. Aisyah langsung pergi meninggalkan kedua anaknya begitu saja, di dalam ruang keluarga yang membuat Reza dan Rezi tercengang dengan sikap Aisyah.
"Apa yang terjadi?"tanya Rezi bingung. Raut wajah Reza berubah menjadi masam atas sikap Aisyah barusan.Tetapi, Reza mencoba menyembunyikan raut wajahnya yang kecewa dari Rezi.
"Mungkin Bunda kecapean. Tadi, katamu kamu mau makan? Ayo, aku temani!"Reza memegang lengan Rezi dan membantu sang adik menuju ruang makan. Di mana pelayan sudah menunggu mereka sembari menyiapkan makan malam untuk semua orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Maryam Renhoran
kamu egois aisyah, bukan cuman km yg kehilangan suamimu, ank2 juga kehilangan ayah mereka, gelang jg kehilangan kk nyaa....
2024-10-05
0
Neulis Saja
ah kamu Aisyah hrsnya lebih tahu bgmn hrs bersikap ketika menghadapi cobaan karena kamu jebolan pesantren
2024-05-02
1
Yatinah
kegois aisyah jd gregetan atas sikap aisyah
2024-04-17
0