Bang Probo meletakan surat perjanjian di atas meja kerjanya bersamaan dengan Gita yang juga meletakan surat perjanjian.
Bang Probo hanya berdehem melihat banyaknya tumpukan kertas dengan berbagai banyak tulisan yang entah apa isinya sedangkan dirinya sendiri hanya menulis dua poin di atas kertas.
"Apa isinya?" Tanya Papa Taufan.
"Pertama.. Menurut apa kata suami. Kedua.. tidak banyak menuntut." Jawab Gita.
"Masih wajar." Kata Papa Taufan.
"Pa.. poin kedua berbahaya. Tidak banyak menuntut. Bagaimana kalau Om Probo berniat mencelakai Gita. Terjadi penculikan dan penyekapan lalu Gita di karungin, yang paling parah Pa.. apa Papa mau Gita di racun??"
Papa Taufan menepuk dahinya, kepalanya terasa mau pecah memikirkan Gita putri kecilnya.
"Itu kamu tau, lalu kenapa kamu membuat poin perjanjian sebanyak ini kalau kamu yakin saya akan menyekap dan meracuni mu." Kata Bang Probo.
"Wanita independen harus punya pertahanan diri yang kuat." Dengan lantang Gita bersuara.
"Uang saku mu darimana, Neng?"
"Dari Papa, sama Abang." Jawab Gita.
Sekarang Bang Probo yang menggeleng gemas. "Bukan main. Pecah kepalaku."
Ayah Dallas tertawa cekikikan melihat Gita, sungguh segala apapun dari Gita terasa begitu menghiburnya. "Kalau saja aku ini masih muda, pasti sudah kunikahi putrimu. Sayangnya aku cinta mati sama Beeya."
"Sudahlah, kau dengan Beeya saja. Biar Gita di tangani langsung sama putramu ini." Kata Papa Taufan.
Bang Probo memijat pangkal hidungnya, sungguh dirinya benar-benar tidak ingin menikah dengan Gita. Bukan karena Gita terlalu buruk, tapi kisah cintanya yang telah kandas membuatnya merasa gagal menjadi seorang suami dan juga laki-laki. Terlebih rasa kehilangan begitu membekas dan menyakitkan.
"Kapan lagi dapat gadis cantik sepertiku?" Gita duduk tak beraturan hingga ujung pahanya nampak jelas dalam pandang mata Bang Probo.
"Gitaaa..!!! Astagaaa..!!!"
plaaaaakk..
Papa Taufan menendang kaki Gita yang tidak sopan.
Bang Probo pun langsung menundukan kepala. Selama bertahun-tahun ia berusaha menahan diri dari hal berbau wanita. Terkadang rindu menyerang dan semua adalah hal yang wajar namun dirinya tidak ingin di perbudak oleh nafsu yang menyesatkan.
"Saya permisi sebentar, masih ada sedikit pekerjaan yang belum saya selesaikan. Silakan di lanjutkan.." Bang Probo memberi kilas senyum lalu meninggalkan tempat.
~
Dering ponsel berbunyi, Bang Probo melihat nama Abangnya disana. Ia pun mengangkatnya.
"Daddy....." Sapa di seberang sana.
"Hai sayang, anak Daddy sudah mandi sore?" Tanya Bang Probo, senyumnya selalu mengembang jika berhadapan dengan putri kecilnya.
"Sudah Dad. Oya Dad.. besok Dhea mau acara pelepasan di TK. Daddy bisa datang?" Tanya Dhea.
Bang Probo terdiam sejenak, sebenarnya ia ingin sekali datang, tapi hanya Bang Arok yang lebih pantas mendampingi acara tersebut.
"Bukankah Mama sama Papa bisa mendampingi Dhea. Daddy masih ada pekerjaan, sayang..!!" Kata Bang Probo beralasan pada putrinya.
"Papa tidak bisa datang, Daddy juga. Seperti biasa, kalau Mama tidak bisa jemput Dhea sekolah.. hanya Daddy yang bisa datang, tapi pasti sendiri.. tanpa Mommy."
Sungguh di hati Bang Probo terasa pedih mendengar keluh kesah putrinya. "Dhea sayang. Ingat yang selalu Daddy katakan?"
"Ingat."
"Apa, sayang??"
"Dhea harus bersyukur dan harus tetap bahagia. Ada Papa dan Daddy yang selalu sayang sama Dhea, juga Mama yang luar biasa yang tidak akan putus do'a untuk Dhea." Jawab Dhea lembut.
"Anak pintar. Sekarang dimana Papa. Daddy mau bicara."
"Ini.. di samping Dhea. Oya Dad, kalau kesini bawakan adik bayi ya..!!"
"Owalah ndhuk.. minta sama Papa. Jangan sama Daddy..!! Sekarang cepat serahkan ponselnya sama Papa..!!"
Terlihat Dhea menyerahkan ponselnya pada Bang Arok.
"Tolonglah Bang, Abang saja yang berangkat dalam acara itu..!!" Pinta Bang Probo dengan wajah memelas.
"Gadis kecilmu sudah semakin besar. Sejak Dhea PAUD, kamu tidak pernah mau datang dalam acara pentingnya. Seberapapun aku ingin hadir, Dhea ingin Daddy-nya ada disana. Sesekali senangkan hatinya. Bukankah Ayah dan Om Taufan kesana bawa misi perdamaian. Ajak saja Gita..!!" Saran Bang Arok.
"Jadi Abang sudah tau?? Kau kan tau aku tidak mau di jodohkan. Di jodohkan saja tidak mau apalagi menikah, Bang." Jawab Bang Probo.
"Ada tagihan adik tuh." Kata Bang Arok.
"Jangan cari masalah lah, Bang..!! Kau buatkan saja sama Annya. Untuk satu itu aku nggak sanggup." Tolak Bang Probo.
"Eehh.. kamu nggak mode main Paijo, kan???" Tanya Bang Arok.
"Nggak usah ngawur Bang..!! Sudah.. aku sibuk. Nggak urus Paijo..!!" Bang Probo memutuskan panggilan telepon nya. Kepalanya semakin berat dan berdenyut memikirkan banyak hal. "Nikah.. nikah.. nikah saja yang ada di pikiran mereka. Ini lagi si Dhea minta adik, mau nyolok sama siapa dah?? Masa iya Daddy-nya di suruh tarung sama botol." Gerutunya.
"Ijin Danki.. ini botol mau di bawa kemana?" Tanya Prada Faizal.
"Singkirkan itu botol. Saya nggak mau dekat sama botol dengan alasan apapun." Perintah Bang Probo kemudian berjalan menjauh.
"Duuhh.. bagaimana sih Danki. Katanya minta botol untuk di jadikan pot estetik. Kenapa sekarang jadi marah." Gumam Prada Faizal hanya bisa pasrah mendengar omelan Kapten Prabayudha. "Danki PMS kali ya? Sebentar tenang, sebentar marah. Hwuuuww.. duda kurang setrum."
Bang Probo menyambar speaker di meja samping lapangan barak bujangan.
"Untuk seluruh bujangan.. guling botol di lapangan sekarang juga..!! Untuk kamu.. Prada Faizal. Sikap tobat..!! Biar kepalamu yang kurang setrum itu segera tersambung." Perintah Bang Probo.
"Ampun Danki.. siap salah..!!" Kata Prada Faizal gelagapan. Ternyata sejak tadi Kapten Prabayudha mendengar gerutunya dan kini seluruh mata menatap padanya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
rosita
seru ceritanya
2024-08-01
0
siti muhlihah
😂😂😂😂
2024-07-22
0
Yuli Purwa
🤣🤣🤣 duda kurang setrum,,, bw ke tiang SUTET aja 🤭
2024-03-04
0