8. Kisruh poin penting.

Gita membuka pintu rumah dinas Bang Probo dengan kasar namun saat membukanya, aroma segar wangi bunga menyeruak di hidungnya. Ia melihat banyak foto cantiknya terpajang di rumah dinas tersebut. Persentase ngambeknya pun seketika turun drastis.

"Ayo masuk..!!" Bang Probo sedikit mendorong punggung Gita dengan lengannya karena dirinya sedang membawa dua koper berukuran sangat besar.

"Om Probo tinggal disini sendiri??"

"Iya lah, mau sama siapa?" Gumamnya ngedumel sendiri.

Berarti Gita bisa memastikan bahwa rumah dinas tersebut baru saja di renovasi karena dirinya sudah 'bertunangan' dengan Bang Probo dan yang pasti tidak ada jejak masa lalu Bang Probo karena pria tersebut baru pindah ke rumah dinas jabatan Danki.

~

"Kita satu kamar??"

"Memangnya kenapa? Kita sudah bersama." Kata Bang Probo.

"Pengajuan nikah, nikah kantor.. belum sah untuk tidur satu kamar. Kalau bukan karena nama baik Papa, nama baik Ayah dan tentunya nama Om Probo yang terpaksa indah.. kita tidak akan di ijinkan tinggal satu atap." Oceh Gita.

Bang Probo melangkah maju dan menyudutkan posisi Gita. Ia menghamburkan asap rokok di samping wajah gadis itu.

"Kamu itu ngelindur atau nggak paham. Saya tidak mungkin membawamu dalam status yang cacat. Kemana saja kamu sejak tadi??" Tanya Bang Probo.

"Kita sudah nikah?"

"Menurutmu????" Bang Probo kembali bertanya.

"Kalau begitu mana surat nikahnya?? Gita belum tanda tangan apapun." Jawab Gita menantang secara logis.

"Belum ada, segera di tangani. Yang penting kita sah dulu sebagai suami istri."

"Tidak ada bukti hukum berarti kita tidak sah. Jangan dekat-dekat..!!!" Gita mendorong lengan Bang Probo lalu masuk di kamar belakang dan menutup pintunya.

Tak berapa lama Gita kembali keluar dan masuk ke pintu kamar depan.

"Kenapa pindah di depan, itu kamar saya." Kata Bang Probo menahan tawa karena saat ini kamar belakang masih beralih fungsi sebagai gudang.

"Kalau Om mau di kamar belakang ya tidak masalah, Gita mau disini." Jawab Gita.

'Dasar perempuan, apa bisa kalah??? Kalau tidak cari ribut.. bukan perempuan namanya.'

:

Bang Probo masih sibuk menghubungi rekan kerjanya, kesibukannya sebagai seorang Danki memang sangat padat.

Ekor mata elang Bang Probo sesekali melirik Gita yang tengah merapikan kamar tidur dan mengganti sprei dengan warna pink.

Ornamen di kamarnya sudah turun dan berganti dengan barang serta pernak-pernik kesayangan Gita. Bang Probo hanya bisa mengurut kening dan menggeleng pening sendiri.

"Oke, besok di lanjut lagi. Saya masih ada urusan lain." Pamit Bang Probo lalu memutuskan sambungan telepon.

"Kenapa barang saya kamu singkirkan semua??" Kata Bang Probo.

"Ini kamarnya Gita. Terserah mau Gita apakan. Nanti Om tidur di sofa..!!" Perintah Gita.

"Ini nih.. ini yang di namakan Danki pangkat Kapten tapi istri Pangkat Mayor." Gumam Bang Probo. "Nggak.. saya tetap di sini. Jangan bertingkah, kalau kamu macam-macam..........."

"Cckk.. Gita lapor Bang Yusril..!!" Ancam Gita karena merasa Abangnya akan membantunya dengan hati penuh percaya diri.

"Mau Abang hubungi kedua Abangmu itu??" Kata Bang Probo menawarkan bantuan.

"Oke."

:

"Ijin.. tidak ada masalah, Danki." Kata Bang Yusril.

"Kamu.. bagaimana Ghana?"

"Ijin Danki, silakan saja..!!"

Bang Probo tersenyum licik, kini Gita yang merasa panik karena kedua Abang yang ia harapkan sama sekali tidak mendukungnya.

"Gita ini adiknya Abang. Masa Abang rela adiknya tidur satu kamar dengan nyambik??" Protes Gita.

"Hsstt.. ya ampun, mulutmu itu nggak bisa di rem ya. Kalian sudah nikah. Nggak apa-apa tidur dalam satu kamar." Bisik Bang Yusril merasa tidak enak.

"Mana bukti surat nikahnya????" Tantang Gita.

"Nggak ada dek, tapi Abang punya fotonya." Bang Ghana mengeluarkan ponselnya lalu menunjukan pada Gita. Foto saat Bang Probo menyerahkan uang mahar dengan senyum tampannya.

"Ini bukan menyerahkan uang mahar, pasti Om Probo menyogok penjahat bayaran untuk menyekap Gita disini. Ayo ngaku kalian semua...!!!!!" Tuduh Gita.

"Mulai sekarang, saya hentikan WiFi, kuota, TV dan segala hal yang membuat pikiranmu tidak jelas..!!" Ancam Bang Probo.

"Gita mau telepon Papa. Semua ini pasti kejahatan..!!" Gita pun menghubungi Papa Taufan.

:

Papa Taufan dan Ayah Dallas saling menatap. Gita menjabarkan ketakutan dan analisanya secara panjang lebar. Bahkan Bang Ray dan Bang Arok pun ikut hadir disana sebagai saksi yang di anggap bisa menguatkan kebenaran.

"Papa tidak akan bohong dalam masalah seperti ini, Gita. Kamu memang sudah menikah dengan Kapten Prabayudha. Mau kamu berontak pun, tetap Probo adalah suamimu." Jawab Papa Taufan.

"Ko' Gita nggak tau????" Protes Gita.

"Kamu sibuk dandan." Sambar Bang Yusril.

"Oke.. okeeee.. intinya kalian semua menyalahkan Gita. Gita punya satu syarat..!!!!!"

"Apalagi???????" Jawab seluruh pria yang ada di rumah dinas Bang Probo.

"Bang Ghana tidur satu kamar dan satu ranjang sama Gita dan Om Probo..!!!!!" Ucap tegas Gita.

"Nggak.. enak saja kamu buat aturan."

"Eiittss.. Om Probo nggak baca poin nomer dua ratus lima puluh??? Kalau Gita tidak mau satu ranjang berarti Bang Ghana harus bertindak sebagai pemisah." Gita menyerahkan setumpuk kertas dalam map agar Bang Probo bisa membacanya. "Seluruh keluarga bisa baca. Gita sudah foto kopi sebanyak dua puluh map."

"Allahu Akbar." Bang Ray menepuk dahinya dan Bang Arok memilih duduk tanpa kata karena kepalanya seketika ikut pusing.

"Abang pula kau bawa-bawa, Git. Mana ada ceritanya Abang nyelip di ranjang pengantin baru. Kau mau Abangmu ini tinggal cerita karena di tikam Danki???" Omel Letda Ghana karena Bang Probo sudah menatapnya dengan tatapan tajam membunuh.

.

.

.

.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***