Episode 15

Joon menjadi tameng untuk Seulbi saat wanita diganggu teman-temannya yang meminta dikenalkan. Berbeda dengan Rain yang bersikap masa bodo, walau aslinya terus mendengus dan bersungut, "Salah sendiri memakai pakaian seperti itu."

Sebenarnya dia lumayan kesal karena Joon jadi lebih mendominasi atas Seulbi, tapi kembali pikir, itu salahnya sendiri karena waktu itu tak mau mempertimbangkan perkataan Joon yang bunyinya: Semua bisa saja berubah dalam waktu satu tahun, termasuk perasaanmu.

Dan ini bahkan belum genap dua bulan, Rain sudah kebakaran jenggot, tidak suka Seulbi didekati orang.

Kembali ke saat ini.

Pertandingan berjalan sengit. Sorak-sorai penonton bergema membelah langit menyerukan nama-nama jagoan mereka.

Meskipun ini hanya pertandingan persahabatan, euforia-nya 'tak kalah dengan kompetisi internasional.

Rain menunjukkan skill luar biasa, lincah dengan porsi tubuh yang berjodoh dengan jenis olahraga ini. Pun dengan Joon, keduanya seperti pasangan bintang yang dipersatukan dewa atas nama team yang hebat.

"Ayo Rain! Semangat Joon!" Seulbi terus meneriakkan dukungannya dari tribune paling depan.

Di sampingnya, Young Dae fokus menonton. Sebotol minuman berwarna orange sesekali diteguknya. Dia sempat bermain tadi, tapi keluar dan digantikan pemain cadangan karena kaki kirinya tiba-tiba kram tak bisa digerakkan.

Saat pertandingan sampai di kuarter tiga, ekspresi Seulbi mendadak berubah. Wajahnya meringis seraya memegangi perut bagian bawah.

"Umm ... Dae, sepertinya aku harus ke toilet. Kandung kemihku sudah sangat penuh."

Dae langsung menoleh ke arahnya dan bertanya, "Kau ingin buang air?"

Seulbi mengangguk cepat. "Huum."

"Mau aku temani?"

"Tidak perlu. Cukup kau tunjukkan saja di mana letak toiletnya."

Dae mengangguk. "Kalau begitu kau pergi ke arah sana." Dia menunjuk dengan gerakan tangan. "Dari tiang berwarna kuning itu, kau belok ke arah kiri, setelah menemukan patung kakek sedang mengompol, di sana kau akan lihat pintu berjejer, itulah tempatnya."

Seulbi mengangguk. "Baiklah, terima kasih, aku segera kembali." Kemudian melanting cepat sebelum air kerannya membludak menembus celana yang dikenakan.

Dari lapangan pertandingan, Rain melihat istrinya meninggalkan tribune. "Mau kemana dia?" tanya hatinya. Mengabaikan fokus, bola yang dioper padanya membentur pundak hingga mengaduh, "AWW! SHIT!!"

"Fokus, Rain!" Teman satu team-nya meneriaki.

"Sorry!" katanya meminta maaf lalu kembali mengambil peran.

Di tempat Seulbi.

Tidak sulit menemukan toilet, arahan Dae cepat dipahaminya walau cukup berbelit. Sekarang dia sudah berada di dalam salah satu kubikel.

Setelah plong dan semua hajat terbuang, baru akan menaikkan celana, suara derap langkah dari luar memenuhi pendengaran Seulbi.

"Ah, rasanya meleleh melihat wajah tampan Rain!"

"Iya. Semakin tampan dengan rambut basah dan keringat bercucur." Suara lainnya menimpal.

Nada gemas mereka sahut bersahut, Seulbi sampai tersenyum-senyum. Dia menutup closet lalu menurunkan tubuh, duduk kembali di sana hanya untuk jadi pendengar celotehan para wanita yang datang secara rusuh, [mungkin] hanya untuk menebalkan bedak dan lipstik mereka.

"Kau benar, aku bahkan rela menjilati keringat di badannya asalkan dia jadi milikku."

"Hahaha! Aku juga rela jadi daki-nya asal bisa menempel terus."

"Haha! Kau gila!"

"Aku lebih suka Joon!" Satu suara baru mencetuskan diri. Dari suaranya, yang satu ini terdengar lebih santai, nilai Seulbi.

"Iya, Joon juga tampan, tapi Rain lebih luar biasa," suara yang pertama terdengar lagi. "Selain sangat tampan dan pintar dalam segala bidang olahraga, dia sangat kaya raya, Teman-Teman. Pewaris tunggal Guan San Group, siapa yang tidak mimisan melihat pria sesempurna itu?"

"Hh, mimisan saja kalian sendiri! Sampai mati pun dia itu hanya dongeng."

Celotehan mereka terinterupsi seiring dengan terbukanya satu pintu kubikel closet. Seulbi keluar setelah puas jadi pendengar.

Pasang mata mereka mengarah satu ke wajah Seulbi, auto membelalak berjamaah.

Seulbi tersenyum pada para gadis berjumlah tiga itu seraya melangkah menghampiri salah satu cermin. Meraih sisir yang ada di sana lalu merapikan rambut.

Ternyata mereka masih anak-anak, mungkin masih sekolah kelas menengah. Kini terdengar tiga gadis itu saling berbisik, lalu memutuskan keluar bersama-sama karena malu. Pasalnya, mereka ingat, bahwa wanita itu adalah wanita yang datang bersama Rain, Joon dan juga Young Dae.

Jadi ... selamat bergosip ria!

Setelah trio anak ABG itu berlalu, Seulbi sudah selesai dan akan segera keluar, namun tepat di ambang pintu, langkahnya terjegal oleh dua orang pria.

"Hai, Nona Cantik, boleh kami kenalan denganmu?"

Seulbi melengak ke wajah-wajah itu. Dari tampangnya, mereka seperti bukan pria baik-baik.

"Maaf, aku sedang buru-buru!" tolak wanita itu.

Namun langkahnya dihalangi oleh dua tubuh yang sepertinya tak akan mudah untuk dilewati.

Seulbi mulai memasang wajah sedikit panik.

"Jangan sombong, Nona. Kami hanya ingin berkenalan saja."

"Tolong kalian minggir! Temanku sedang menunggu." Seulbi tak peduli, terus coba merangsek untuk bisa melewati mereka.

"Oh, tidak semudah itu."

Satu temannya terbahak, merasa perbuatan mereka begitu menyenangkan.

"Minggir!" ulang Seulbi lagi. "Toloong!" Namun suara teriakannya tersamarkan oleh teriakan penonton yang membahana di lapangan.

Kedua lelaki itu merasa menang dengan keadaan ini, mereka malah makin menjadi.

"Tolo--hmmp!" Seulbi ditarik menuju sebuah koridor, mulutnya dibekap paksa. Terus meronta ingin terlepas, namun kalah tenaga. Mereka terus mendorongnya semakin jauh hingga sampai di sebuah ruangan sepi yang tampangnya seperti gudang tempat menyimpan alat-alat kebersihan. Sapu dan lainnya berjejer di sana.

"Argh!" Seulbi di hempas ke lantai.

Satu dari pria itu menyeringai di hadapannya, sementara yang lain mengurus pintu. "Tidak akan ada yang mendengarmu, Nona cantik. Di sini sangat sepi."

"Tidak, jangan. Kumohon lepaskan aku!" Air mata Seulbi menyemarakkan ketakutannya.

"Hahaha!"

Mereka memulai tindakan tak senonohnya tanpa babibu. Mencoba menciumi wajah Seulbi dan menarik-narik bajunya agar terbuka.

"Toloooong!" Seulbi berteriak lagi sembari terus melawan dengan kekuatan yang dipunyanya.

Namun detik itu juga ....

BRAKK!

Pintu ditendang keras oleh seseorang dari luar.

"Siapa kau?!"

Kedua pria kurang ajar itu terkejut dan langsung bangkit berdiri.

"RAIN!" Seulbi menyeru namanya.

Dengan mata merah meradang amarah, Rain segera melayangkan tendangan keras ke perut salah satu pria. Lainnya maju melawan.

Perkelahian tidak bisa terhindar lagi. Rain sebisa mungkin melawan para begundal itu dengan tenaga sisa.

Satu keberuntungan, selain ahli di banyak bidang olah raga, dia juga seorang sabuk hitam taekwondo, tak sulit baginya menumbangkan dua orang yang hanya memiliki kemampuan melorotkan celana tanpa tahu cara berkelahi sesama pedang.

"Mati kau, Sialan!" Satu pukulan keras di dua wajah secara bergilir, menutup pertarungan. Kedua pria berandal itu terkapar di lantai dalam keadaan naas dan babak belur.

"Rain."

Suara Seulbi menarik pandangan Rain segera padanya. "Seulbi, kau tak apa?!" Cepat dia menyongsong wanita itu penuh cemas.

"Rain! Aku takut!" Tangis Seulbi pecah kembali. Tanpa peduli ego, dia menubrukkan diri ke pelukan suaminya.

Rain bisa merasakan ketakutan itu dari tubuh Seulbi yang masih gemetar. Gegas dipeluknya wanita itu untuk memberi tenang. "Sudah, tak apa. Kau akan baik-baik saja. Aku di sini."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!