Episode 4

Setelah memarkirkan motor gedenya di tempat biasa, dengan langkah lebar, Joon memasuki halaman sebuah rumah. Wajahnya seceria biasa.

Kediaman Shin, kedekatannya dengan Rain menjadikannya bukan orang asing lagi di rumah itu.

Baru telapak tangannya akan mendorong, pintu raksasa di depan wajah sudah terbuka, seseorang menariknya lebih dulu dari dalam.

Seraut wajah menguasai penglihatan Joon, sekaligus merenggut alam sadarnya menjadi seperti batu.

"Maaf, Anda siapa, ya?" Itu Seulbi. Mengamati sosok jangkung di hadapannya dengan tatapan menelisik. Dia muncul dengan setelan santai, sehelai kaos oblong dengan hotpants sebatas pertengahan paha, dan rambut dibuat cepol sembarang.

Joon menelan ludah setelah bengongnya terpecahkan oleh suara lembut wanita itu. Sesegera mungkin menetralkan ekspresi, kembali se-cool biasa. "Umm, kau sendiri siapa?" Bukan menjawab, malah balik bertanya.

Seulbi mengernyitkan wajah semakin dalam, ada kegiatan mengamati dari matanya yang bening atas sosok 183 sentimeter itu.

Berpikir apakah dia pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya? Visualnya sedikit tak asing menurut penglihatan.

Sampai akhirnya Seulbi memilih tak peduli, mengalah pada ingatan yang mendadak buruk. "Aku---"

"Dia Seulbi, istrinya Tuan Muda Rain." Bibi Ma, pembantu di rumah itu tiba-tiba muncul di belakang Joon, memperkenalkan Seulbi lebih dulu dari yang punya nama. Sekeranjang sayuran tertenteng berat di tangan kanan. Dia tak memanggil dengan sebutan nyonya muda seperti seharusnya, Seulbi tak suka sapaan itu.

Joon baru saja dibuat terkejut. Bukan karena kemunculan Bibi Ma yang tiba-tiba, melainkan pemberitahuan yang barusan dilontarkan wanita tua lima puluh tahunan itu.

Perhatiannya langsung fokus pada Seulbi yang masih berada dalam kernyitan.

"Jadi kamu ... kodok jeleknya Rain?!"

Kali ini Seulbi yang balik dibuat terkejut. Sepasang matanya menyipit menanggapi, "Kodok jelek?"

"Uh, ma-maksudku, Seulbi, iya Seulbi, Lee Seulbi." Joon gelagapan, menegaskan sampai berulang.

"Rain mungkin harus memakai kacamata tebal,” cicit hatinya mengingat bagaimana Rain selalu mengeluh tentang pernikahannya dengan Lee Seulbi.

"Dan ini Tuan Muda Joon. Teman dekatnya Tuan Muda Rain." Bibi Ma membagi gilir perkenalannya pada Seulbi.

Barulah Seulbi mengerti. "Ouh," tanggapnya sesingkat itu. "Kalau begitu masuklah. Rain ada di ruang olah raga. Aku permisi." Tanpa peduli apa pun lagi mengenai Joon, Seulbi berlalu meneruskan langkahnya menuju halaman belakang. Dia berniat akan menyirami bunga-bunga milik mertua perempuannya yang saat ini sedang dalam perjalanan ke luar negeri bersama mertua laki-lakinya tentu saja.

Dengan langkah-langkah lebar, Joon menaiki tangga untuk segera menemukan Rain yang kata istrinya ada di ruang olah raga di lantai dua.

Sampai di sana benar saja, Rain terlihat baru saja turun dari sebuah treadmill. Tubuhnya mengkilap oleh keringat.

"Hey, kenapa kau tak bilang istrimu secantik itu?!"

Rain terkejut, pandangannya langsung terlempar ke wajah itu--wajah Joon. "Kau ini kenapa? Baru datang sudah heboh saja," semburnya. Satu tangannya menggamit sehelai handuk kecil yang tersampir di atas sofa berwarna putih tanpa sandaran, lalu mulai sibuk menyeka keringat di seluruh bagian tubuhnya.

Joon menyusul duduk di samping pria itu dengan gerak rusuh.

"Dari sisi mana kau menyebutnya kodok jelek?! Apa matamu mulai berkabut?! Aku baru saja bertemu dia dan wajahnya bersinar seperti dewi, tidak sama sekali seperti hewan yang kau sebutkan itu. Apa kau sengaja menyembunyikan dariku? Kau takut aku merebutnya darimu makanya kau tak mengizinkan aku datang ke pernikahanmu?! Hey, saking takutnya kau dengan pesonaku sampai menyembunyikannya di balik nama kodok jelek dan cerita masa SMA-mu yang menyebalkan itu?!"

Setelah mendengarkan dengan kening berkerut-kerut, Rain menghentak kaki langsung berdiri. Kata per kata Joon yang seperti petasan sungguh sangat menganggu pendengarannya.

"Kau ini kesurupan apa?! Kenapa tiba-tiba menyerangku dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh?!" tanyanya dengan nada tinggi. "Tentang wanita itu pula," sambungnya bersungut-sungut.

"Jawab saja." Joon tidak peduli, dia hanya ingin jawaban jujur Rain atas apa yang ingin dia tahu.

Merasa sedikit terintimidasi, Rain mendesah kasar. Tiba-tiba saja menyesal membangun persahabatan dengan seorang Seo Joon yang apa-apa harus jelas. Sembari kesal, kembali dia mengempas diri untuk duduk di sofa berdampingan dengan Joon seperti tadi.

"Aku tidak sekonyol itu, Joon. Tidak ada apa pun yang aku sembunyikan. Pandanganku terhadap Lee Seulbi begitu adanya. Memang seburuk itu nilainya di hadapanku."

Tidak terlihat bercanda, mata Rain menyatakan yang sebenarnya. Joon tercenung untuk mencerna, lalu menggeleng tak habis pikir. Bagaimana bisa sahabatnya setolol ini, menyatukan masa kecil yang konyol dengan masa sekarang. Seulbi menurutnya sesempurna itu, sikapnya bahkan tak nampak buruk seperti yang pernah diceritakan Rain.

Mungkinkah Rain punya kelainan dengan perkembangan pola pikirnya?

"Tidak bisakah kau memaafkannya? Dia bahkan sudah jadi istrimu sekarang. Pernikahan kalian sudah terdaftar." Joon coba mendewasakan.

"Itu hanya sehelai kertas!" hardik Rain. "Aku bisa merubahnya, membuang kodok itu kapan pun aku mau." Tatapan kesalnya membentur sebuah lukisan dinding sekian meter di depan sana.

Joon semakin tak paham jalan pikirnya. Wajah tampan dengan badan tegap, tapi masih seperti bocah. "Jadi kapan kau akan menceraikannya?"

Cepat pandangan Rain terhentak ke wajah Joon yang rupanya sangat penasaran. "Satu tahun," jawabnya terlampau tegas. "Kontraknya akan berakhir dalam satu tahun. Aku ingin lihat, apakah kesialanku benar-benar akan hilang setelah itu. Jika tidak, aku bisa menuntut kebebasanku pada ibu dan ayah, untuk bisa menikahi wanita mana pun yang aku mau, selain dia."

Jawaban yang mengesankan, Joon malah ingin tertawa mendengarnya.

"Kenapa wajahmu begitu?" Rain mengerut kening.

"Hey, Tuan Muda Shin." Joon menepuk pundak Rain. ".... Satu tahun itu panjang. Segala sesuatu bisa berubah di rentang waktu itu. Pertemuan kalian saja intens, kau bisa saja jatuh cinta padanya, Bodoh!"

"Tidak akan!" Rain menjawab cepat, langsung berdiri. "Kau bisa pegang kata-kataku. Aku bahkan menyimpan kebencian sampai sejauh ini dan itu bertahun-tahun, mana mungkin bisa berubah hanya dalam waktu sesingkat itu."

Tatapannya memang sangat horor dan syarat kebencian, tapi Joon justru malah meledakkan tawa, banyak dan sangat keras. Sahabatnya itu bodoh atau sangat bodoh? Seulbi yang dulu dan yang sekarang jelas jauh berbeda, walaupun dia tak tahu yang dulu seburuk apa.

"Kau!" Rain menggeram tak suka dan memelototinya. "Apa kau tidak percaya padaku? Kau mengejek jiwa sejatiku?"

"Hahaha. Iya, iya. Aku percaya. Sangat percaya padamu."

"Kalau begitu berhenti tertawa sebelum aku menendang bokongmu ke Antartika!" ancam Rain.

"Oke, oke! Aku takut." Joon menarik napas perlahan untuk menghentikan tawanya. Mengendur hingga bisa kembali ke wajah normalnya yang selalu tenang. "Jadi maksudmu, setelah setahun dan kalian bercerai, kau akan benar-benar melepaskannya?"

"Hmm," jawab Rain. Tidak ada pertimbangan perihal apa yang tadi Joon sampaikan tentang waktu bisa merubah segalanya.

Terpopuler

Comments

Machan

Machan

punya tendangan super, bang/Slight//Slight/

2024-03-21

0

Machan

Machan

putri kodok

2024-03-21

0

Be___Mei

Be___Mei

pret!!! ntar galau ditinggal seulbi 🤣🤣🤣

2024-03-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!