Rain menatap kesal melalui kaca di ketinggian lantai dua yang memperlihatkan taman belakang seraya terus bersungut-sungut.
Rupanya hal itu yang mengganggunya.
Karibnya--Seo Joon tengah asyik mengobral godaan receh terhadap Lee Seulbi. Terlihat mereka sangat akrab mengobrol, bahkan sampai tertawa-tawa.
"Joon sialan!" Terus saja mengumpat.
Seketika dia ingat perkataan Seo Joon tadi, "Kalau kau benar-benar berniat mencampakannya, izinkan aku mengenal istrimu dari sekarang, maka jika waktunya tiba kau melepaskan dia, aku sudah siap sebagai pengganti. Semoga kami cocok."
Joon seterus terang itu.
Napas Rain berderu kencang memikirkannya.
Alasannya?
Jika dikatakan cemburu ...?
Dia dengan keras selalu menyatakan sedikit pun tak suka Seulbi bahkan sangat membenci wanita itu, tapi dia juga bukan seorang g4y yang benci melihat Joon dengan wanita lain.
Haha!
Kekesalannya semakin menjadi ketika Seulbi dengan ceria meladeni candaan Joon. Seperti mereka sudah saling mengenal bertahun-tahun.
"Wanita murahan. Mudah sekali akrab dengan pria, bahkan yang baru dikenal!" Segelas jus diteguk dengan kasar hingga meluber keluar dari mulutnya, kemudian mengusapnya dengan telapak tangan sembari terus menatap ke bawah sana.
Melihat wajah ceria Seulbi, pikirannya kembali melayang ke sepuluh tahun lalu dimana perempuan itu dengan tak tahu malu terus saja mengejar dan menyatakan cinta padanya, padahal wajah Seulbi sangat jelek saat itu. Ada tahi lalat besar di bawah mata dan giginya berpagar kawat. Jangan lupa badan gemuk seperti b4bi, juga kacamata bulat seperti mata kodok yang tak pernah absen membingkai mata. Bibirnya tak mau diam seperti marmut.
Joon sangat terganggu saat itu. Dia tampan dan anak orang kaya, banyak gadis mengincar bahkan hanya untuk berteman. Tapi Seulbi dengan sombong selalu berjalan di dekatnya seperti hewan pengerat.
Andai orang tuanya dan gadis kodok itu tak saling mengenal dekat, Rain sudah mengeksekusinya sedari lama.
Ya, cerita remaja yang tak menyenangkan.
..........
"Kenapa kau mau menikahi Rain? Bukankah kalian tak saling cinta?" Joon tiba-tiba bertanya, membuat pandangan Seulbi seketika melengak untuk bertemu wajah manisnya.
Tatapan mata Joon selurus itu, Seulbi langsung tahu jika pria itu sangat serius dengan pertanyaan yang baru saja dia ajukan.
"Kenapa kau ingin tahu?" Seulbi balik bertanya.
Joon tersenyum, sedikit merasa lucu dengan balasan yang bukan ingin didengarnya. "Hanya penasaran saja."
Seulbi belum menimpal, sampai Joon kemudian melanjutkan, "Aku tahu alasan Rain dengan sangat jelas. Sebagai seorang anak, dia hanya menuruti orang tuanya. Walaupun alasan Paman Shin dan Bibi sangat tidak masuk akal." Lantas menatap Seulbi dengan sangat dalam, tiba-tiba serius. "Lalu dirimu? Apa alasanmu? ... Karena kau masih suka dia seperti masa SMA kalian, atau ...."
"Bagaimana kalau alasanku pun sama dengan Rain?!" pungkas Seulbi. "Jika dia demi menuruti orang tuanya, maka aku pun demi keluargaku!" Memperlihatkan tatapan sengit namun juga rapuh di waktu yang bersamaan.
Membuat Joon detik itu juga mengernyit heran. "Maksudmu? Kau juga dipaksa orang tuamu menikahi Rain untuk melunturkan nasib burukmu? Apa kalian berdua memiliki kesialan yang sama?"
Pertanyaan konyol Joon langsung menampar Seulbi saat itu juga, dia tersadar dengan satu hal. "Astaga! Apa yang baru saja kukatakan," kata hatinya merasa bodoh. "Hampir saja aku mengatakan jika aku menikahi Rain demi mempertahankan rumah ayah dan ibu yang hampir saja disita pihak bank."
Tidak!
Wajahnya merenyih menyesali, namun setelah itu secepat mungkin menata diri. "Bercanda. Hehe."
Joon melengak, jawaban yang di luar dugaannya. "Bercanda?" Namun sesaat lalu dia tidak melihat makna itu tersirat di wajah Seulbi. Benarkah hanya bercanda? Atau ... sedang menutupi sesuatu yang lebih besar?
Pot kecil berisi semai sejenis bunga, Seulbi menaruhnya kembali ke tempat asal, lalu berdiri seraya menepuk tangan yang penuh remahan tanah. "Ya."
"Jadi?" tanya Joon, ikut berdiri.
Seulbi menghadap pria itu seraya memasang senyum. "Terkaanmu yang tadi benar," katanya. "Aku masih memuja Rain seperti dulu, jadi aku setuju menikahinya." Lalu berjalan menuju kran air yang berada di dekat pagar.
Joon mengekor lagi.
"Tapi kau tahu 'kan jika Rain berbeda denganmu? Dia tak menyukaimu."
"Aku tahu!" jawab cepat Seulbi, mulai membasuh tangan.
Joon mengingat bagaimana sorot mata Rain yang menajam bahkan hanya dengan sekilas menyentil nama Seulbi, kebenciannya tidak bercanda. Lalu bagaimana saat mereka berhadapan langsung? Joon bahkan tak suka membayangkannya.
"Kau yakin tidak akan menyesali keputusanmu?"
Seulbi menegakkan tubuh, merotasi diri tegak menghadap Joon. Tidak sama jangkung membuatnya harus mendongak agar mendapati wajah pria itu dengan posisi bagus. Dari sana terlihat hidung mancung pria itu mencuat lurus.
Sesaat Seulbi menarik napas, siap untuk bicara. "Tidak akan!" jawab tegasnya kemudian. "Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku. Apa pun caranya."
Joon terkesiap. Apakah wanita itu baru saja menyatakan dirinya adalah pejuang? Dia memalingkan wajah untuk melempar senyum, lalu kembali menatap Seulbi.
Dari tatapan itu, Joon mendapati sesuatu. Sepulas keteguhan yang sepertinya tak main-main.
Tersenyum lagi, ke sekian kali.
Seulbi benar-benar memberi kesan menarik. Joon mengangguk-anggukan tipis kepala menandakan bahwa dia sangat terkesan. "Baiklah. Aku ingin lihat, bagaimana kau melakukannya."
-----
Masih di posisi yang sama. Lantai dua, jendela kaca.
Rain melotot lebar melihat Seulbi dan sahabatnya berada dalam posisi sedekat itu, berdiri saling berhadap dan bertatapan. Joon senyum-senyum pula.
"Apa sebenarnya yang mereka bicarakan? Kenapa harus sedekat itu?"
Rain semakin tak tahan lagi.
Benci bergumul dengan rasa penasaran, akhirnya dia memutuskan untuk turun menemui dua makhluk yang sedari tadi diperhatikannya di kejauhan. Membawa serta sebuah alasan yang dia susun di kepalanya secara mendadak. Langkah-langkah lebar membawanya lebih cepat dari biasa.
Sampai di tempat, langsung dia meneriaki, "Hey, Joon!"
Pecah sudah irama serius antara Joon dan juga Seulbi.
Berbeda dengan Joon yang masih terlihat tenang, Seulbi secepat mungkin menjauhkan diri. Dia khawatir Rain akan menjadikan apa yang dilihatnya sebagai alasan mempercepat perceraian.
"Rain!"
Satu tahun, Jeha dan Yujin memberi Seulbi waktu satu tahun agar kesialan Rain terhapus sesuai dengan ramalan dari guru kedua mertuanya itu. Setelah itu, rumah ayahnya akan jadi hak milik dan dia hanya tinggal melanjutkan hidup sebagai Lee Seulbi yang sama seperti dulu.
Tapi perjanjian itu hanya dia, kedua orang tua Rain, dan ibunya beserta Micha yang mengetahui, selebihnya jadi rahasia, termasuk dari Rain sendiri yang menjalani pernikahan itu.
Jadi sebisa mungkin jangan memancing kekesalan Rain sampai mengungkit urusan bercerai-berai.
"Kita akan terlambat, anak-anak pasti sudah menunggu!" Rain memberitahu Joon. Mereka ada kegiatan bermain futsal.
Joon mengangguki, "Baiklah. Aku akan bersiap," katanya. "Seulbi, terima kasih waktunya. Ke depannya kita pasti akan sering bertemu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Machan
makin panas ntar si bambang
2024-03-21
0
Machan
rain
2024-03-21
0
Be___Mei
ingat kata Syabilla bang"Aku memang bukan cinta pertamamu, tapi aku akan menjadi cinta terakhirmu" 😋😋😋
2024-03-04
0