Perjalanan Waktu

Perjalanan Waktu

1. Zaragoza

Zaragoza, atau akrab disapa Goza, adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang hidup di zaman modern dengan segala kecanggihan teknologi yang ada. Di hadapan keluarga, Zaragoza dikenal sebagai wanita ceria, ramah, dan suka usil. Namun, di balik sikap cerianya, ia menyimpan satu rahasia besar yang tak pernah ia bagi dengan siapa pun, bahkan keluarganya.

"Goza, Papa, Zergio, turun! Sarapan dulu," seru Chaitlin, Ibu Zaragoza, yang sudah menjadi alarm alami keluarga itu setiap pagi.

Zaragoza yang masih nyaman terbungkus selimut tebal, mulai terusik oleh suara sang Ibu.

"Iya, Ma. Bentar," sahutnya malas, entah terdengar atau tidak, yang penting ia sudah menjawab. Prinsip hidup Zaragoza yang penting "respons".

Dengan enggan, Zaragoza pun bangkit dari tempat tidurnya, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan penampilan siap kerja, kemeja putih dipadukan dengan blazer mint, rok span putih yang jatuh lima sentimeter di atas lutut, sepatu hak hitam, dan tas tangan senada. Wajahnya sedikit dipoles make-up, dan rambutnya dibiarkan tergerai, menambah kesan elegan yang khas dari Zaragoza Chadwick.

"Good morning, Ma, Pa, Kak," sapanya ceria pada keluarga di ruang makan.

Zaragoza adalah anak kedua dari pasangan pengusaha kaya di negara Neroga, Ringgo Chadwick dan Chaitlin Wilsh Chadwick. Ia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Zergio Chadwick, yang kini berusia 26 tahun.

"Morning, darling," sahut Ringgo dan Chaitlin kompak.

"Lama banget sih, Za. Kakak udah laper nungguin kamu," protes Zergio dengan nada manja.

"Siapa suruh nungguin Goza?" balas Zaragoza sambil menyenggol bahu kakaknya, yang langsung mendapat sungutan kesal dari pria itu.

"Udah, udah… Kalian ini kayak anak kecil. Kalau deket berantem, nanti kalau jauh malah kangen-kangenan sama Mama," Chaitlin harus turun tangan melerai pertengkaran kecil dua anaknya yang sudah dewasa.

"Ayo makan, Papa hampir telat," Ringgo ikut menengahi, mendorong mereka untuk segera menikmati sarapan.

Suasana sarapan berlangsung penuh canda dan tawa. Keluarga kecil itu tampak sangat harmonis. Namun, tanpa mereka sadari, sesuatu yang akan mengubah hidup mereka sepenuhnya sedang menunggu di depan mata.

"Goza udah selesai, ya. Goza berangkat ke kantor duluan, ada yang harus diselesaikan pagi ini," pamit Zaragoza sambil berdiri.

"Iya, sayang. Hati-hati di jalan," sahut Chaitlin dan Ringgo bersamaan. Zaragoza hanya membalas dengan acungan jempol dan senyum ringan.

...*****...

Zaragoza melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Pagi itu jalanan belum terlalu padat, sehingga perjalanan menuju kantor terasa lebih tenang dari biasanya. Setibanya di gedung perusahaan, Zaragoza langsung memarkirkan mobilnya di area khusus untuk para petinggi. Ia turun dari mobil dengan anggun, mengenakan kacamata hitam favoritnya.

Begitu memasuki lobi utama, tatapan para karyawan langsung tertuju padanya, sebagian penuh kekaguman, sebagian lainnya memilih menunduk dalam diam. Di perusahaan ini, Zaragoza dikenal sebagai sosok pimpinan yang tegas, berprinsip kuat, dan tidak pernah mentolerir kesalahan, terutama yang menyangkut reputasi perusahaan maupun harga dirinya.

"Selamat pagi, Nona," sapa para karyawan yang ia lewati. Panggilan "Nona" adalah sapaan formal untuknya di lingkungan kerja. Zaragoza hanya membalas sapaan itu dengan anggukan kepala, dingin namun berwibawa.

"Good morning, my Lady Queen Zarago~" suara ceria menyambutnya saat ia memasuki ruang kerja pribadi. Ternyata Klara, sahabat sekaligus asisten pribadinya, sudah menunggu di sana dengan wajah polos yang kadang menyebalkan.

"Klara, ini kantor, bukan markas. Jaga sikap dan ucapan kamu," ujar Zaragoza sambil berjalan menuju meja kerjanya. Ia duduk di kursi empuk, lalu meletakkan tas dan mulai menata dirinya.

"Ih, Gozaa. Tapi itu kan panggilan kebesaran kamu! Lady Queen Zarago," sahut Klara sambil menyilangkan tangan di dada dan manyun ke depan.

Zaragoza hanya bisa geleng kepala, gemas sekaligus kesal melihat ekspresi sahabatnya itu. Tanpa ragu, ia mencubit kedua pipi Klara.

"Aduh, Goza! Sakit tahu!" Klara meringis, berusaha melepaskan tangan Zaragoza dari wajahnya.

"Salah sendiri, udah dibilangin masih ngeyel. Mulut kamu tuh," balas Zaragoza sambil terkekeh kecil.

"Oh iya, ngomong-ngomong soal markas... Sonia tadi bilang kita harus kumpul di sana pas jam makan siang, kan?"

Ya, selain menjadi seorang pimpinan perusahaan, Zaragoza juga adalah pemimpin tertinggi organisasi mafia paling berpengaruh di negara Neroga.

*

*

*

*

Kilas balik.

Saat Zaragoza berusia 17 tahun, ia pernah menemani ayahnya, Ringgo, dalam perjalanan bisnis ke kota Denon. Saat Ringgo sedang sibuk dalam pertemuan dengan klien, Zaragoza memutuskan berjalan-jalan di sekitar pantai yang tenang. Di sela langkahnya, matanya menangkap sosok kakek tua yang tergeletak lemas di balik semak-semak di pinggir pantai.

"Ya Tuhan… siapa itu?" gumamnya kaget, lalu berlari mendekat. Ia memeriksa denyut nadi dan napas sang kakek. Masih hidup.

Tanpa pikir panjang, Zaragoza segera meminta bantuan orang-orang di sekitar untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Kondisi kakek itu kritis, berdarah parah dan kehilangan banyak darah.

Setelah sampai di rumah sakit, Dokter segera mengambil tindakan operasi darurat.

Kini Zaragoza duduk di depan ruang operasi, menanti dengan cemas. Tak lama, seorang dokter keluar.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Zaragoza cepat.

"Apakah Anda keluarganya?" tanya dokter, sedikit ragu, karena dokter tersebut tahu betul siapa pasien yang ia tangani sekarang.

"Bukan. Tapi saya yang membawanya ke sini," jawab Zaragoza dengan ekspresi datar.

"Pasien sudah melewati masa kritis. Keadaannya mulai stabil, tinggal menunggu kesadarannya pulih setelah efek bius hilang. Kami akan memindahkannya ke ruang rawat inap."

Dokter itu berlalu, disusul beberapa suster yang mendorong ranjang tempat sang kakek berbaring. Zaragoza mengikuti dengan diam, hatinya terasa berat. Ia belum tahu, pertemuan itu akan mengubah hidupnya selamanya.

Kakek tua itu dipindahkan ke ruangan VIP, sesuai permintaan Zaragoza, agar beliau bisa menunggu dengan nyaman tanpa gangguan dari siapa pun.

"Kapan dia akan sadar, Sus?" tanya Zaragoza pada suster yang sedang merapikan selimut si kakek.

"Mungkin sebentar lagi, Nona. Kita tunggu saja sampai pasien siuman. Nanti setelah pasien sadar, Anda bisa panggil saya. Ini ada tombol, tinggal ditekan saja ya, Nona," ucap sang suster sambil menunjukkan tombol panggil di samping ranjang.

Zaragoza mengangguk pelan sebagai tanda bahwa ia mengerti.

Saat menunggu si kakek sadar, tiba-tiba ponsel Zaragoza berdering. Ia mengecek layar dan melihat nama ayahnya tertera di sana.

"Halo, Goza? Kamu di mana, Nak? Papa cari di sekitar restoran tempat Papa meeting, tapi kamu nggak ada," suara Ringgo terdengar khawatir. Setelah rapat, ia berniat menemui putrinya, tapi Zaragoza tidak tampak di mana pun.

"Papa, maaf. Goza tadi pergi nggak bilang dulu. Goza ke pantai sebentar, tapi pas di sana Goza lihat seorang kakek yang terluka parah. Jadi Goza bawa ke rumah sakit. Sekarang Goza masih di rumah sakit, kekenya belum siuman, Pa," jelas Zaragoza sambil menepuk jidat, lupa memberi tahu papanya soal kejadian itu.

"Ya ampun... Gimana keadaannya sekarang? Apa papa perlu ke sana buat temani kamu, Sayang?"

"Nggak usah, Pa. Ini tinggal nunggu dia siuman aja. Kalau sudah sadar, Goza bakal balik ke hotel. Papa pulang dulu aja, istirahat ya."

"Ya sudah, kalau begitu. Hati-hati di sana ya, Sayang. Jaga diri baik-baik."

"Siap, Papa-ku."

Setelah menutup telepon, Zaragoza kembali ke sisi ranjang si kakek. Ia terkejut saat mendapati kakek itu sudah membuka mata.

"Anda sudah siuman?" tanya Zaragoza spontan, lalu dengan sigap menekan tombol panggil seperti arahan dari suster tadi.

"Bagaimana kondisi Anda, Kek?" tanyanya cemas.

Belum sempat si kakek menjawab, suster dan dokter masuk ke ruangan untuk memeriksa kondisinya.

"Setelah saya cek, kondisi pasien sudah membaik dan tidak perlu dikhawatirkan." ucap dokter menghadap kepada Zaragoza. Lalu berbalik menghadap ke pasiennya"Kau cepat sembuh ya, Zo. Nona ini yang menyelamatkanmu," ujar sang dokter sambil tersenyum pada pasien, lalu pamit meninggalkan ruangan bersama suster.

Zaragoza mengangguk pelan, dan tak terasa, ia telah menemani si kakek selama dua jam sejak menemukannya di dekat semak-semak tadi.

"Namaku Arzo. Siapa namamu, Nak?" tanya si kakek dengan suara lemah namun jelas. Ia menatap gadis muda yang telah menyelamatkan nyawanya itu dengan penuh rasa ingin tahu.

"Nama saya Zaragoza, Kek," jawab Zaragoza lembut, tersenyum hangat.

"Nama kamu unik, seperti nama daerah di daratan Etmor, Nona Zarago," ucap Arzo dengan kekehan pelan.

"Oh ya, Kek? Di daratan Etmor ada daerah bernama Zaragoza?" Goza pun penasaran dengan yang dikatakan oleh Arzo tentang daerah bernama Zaragoza itu.

"Iya, kakek pernah ke daerah bernama Zaragoza itu. Tempatnya sangat bagus dan cantik, seperti kamu, Nona Zarago."

"Kakek bisa memanggil saya Goza saja, seperti yang lain. Tidak ada yang memanggil saya dengan sebutan Zarago," ucap Zaragoza dengan senyum ramah.

"Ah, tapi kakek ingin memanggilmu Zarago. Apa kamu tidak keberatan, Nona muda?" tanya Arzo, takut jika sang pemilik nama merasa tersinggung.

"Tidak apa-apa. Saya rasa panggilan Zarago tidak buruk juga. Saya tadi tidak sengaja menemukan Anda dalam keadaan terluka di dekat semak-semak. Apa yang sebenarnya terjadi pada Anda sebelumnya, Kek?" tanya Zaragoza dengan wajah serius. Ia merasa aneh, karena tak mungkin seorang kakek tua bisa berada di semak-semak dalam kondisi separah itu.

Luka sobek di mana-mana, darah mengalir dari setiap goresan lukanya, lebam di seluruh tubuh, bibirnya pucat. Persis seperti orang yang nyawanya hampir terenggut.

"Ceritanya sangat panjang. Mungkin kamu tidak akan percaya kalau kakek menceritakannya," jawab Arzo sambil menatap langit-langit ruang rawat dengan mata nanar.

"Lalu di mana keluarga Anda? Kenapa tidak ada yang menjenguk?"

"Istri saya sudah meninggal lima tahun lalu. Saya tidak punya anak, dan sudah tidak memiliki keluarga. Tapi saya melihat satu potensi dalam dirimu—sesuatu yang sama seperti saya. Apa kamu mau meneruskan apa yang akan saya berikan padamu? Saya sudah tidak lagi muda untuk terus mempertahankannya."

Arzo menatap Zaragoza dengan penuh harap, berharap gadis muda itu mau meneruskan sesuatu yang telah ia bangun seumur hidupnya.

"Kenapa harus saya?" tanya Zaragoza.

"Tidak ada orang yang bisa saya percaya di sekeliling saya."

"Anda baru saja mengenal saya. Kenapa Anda mau memberikan itu kepada saya? Bahkan saya masih anak 17 tahun," ujar Zaragoza, heran. Banyak pertanyaan berputar di kepalanya, mengapa pria tua itu memilihnya?

"Saya percaya padamu. Firasat saya tidak pernah salah. Kamu memiliki potensi besar untuk meneruskan apa yang saya miliki sekarang."

"Hah. Baiklah, baiklah... apa yang akan Anda berikan pada saya?" dengan sedikit keterpaksaan, Zaragoza pun menerima tawaran dari Arzo.

"Apakah kamu berasal dari kota ini, Nak?" tanya Arzo, memastikan apakah Zaragoza bisa dia bawa ke ibu kota negara Neroga.

"Tidak. Saya dari ibu kota. Saya sedang menemani ayah saya yang berdinas di sini."

"Bagus sekali kalau begitu. Saat kamu kembali ke ibu kota, datanglah ke daerah Temon. Lurus saja ke arah hutan. Nanti, di tengah hutan, ada sebuah mansion besar. Saya akan menunggumu di sana," ucap Arzo, memberi tahu tempat tinggalnya.

Zaragoza yang mendengarnya menjadi sedikit ragu, karena daerah tersebut dikenal sebagai wilayah yang tertutup.

"Anda tidak mencoba menjebak saya, kan?" tanya Zaragoza dengan nada datar.

"Tidak, saya memang tinggal di sana. Datanglah sendiri, jangan sampai keluargamu tahu," ucap Arzo.

"Sungguh mencurigakan", itulah yang ada di benak Zaragoza sekarang.

"Tidak. Saya akan membawa teman-teman saya. Kalau Anda tidak setuju, saya menolaknya," jawab Zaragoza dengan tegas.

"Baiklah, datanglah bersama teman-temanmu saat berkunjung. Saya akan memberitahumu apa yang akan saya berikan setelah kamu sampai di sana."

"Hah. Ya sudah, saya mau pulang. Anda jaga diri baik-baik di sini, saya tidak bisa ke sini lagi karena besok sudah kembali ke ibu kota. Semua administrasi sudah saya bayarkan. Cepat sembuh sebelum saya datang ke kediaman Anda," ucap Zaragoza, lalu keluar dari kamar inap dan langsung menuju hotel. Tubuhnya rasanya ingin segera direbahkan.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke hotel karena jaraknya cukup dekat. Hanya saja, tempat meeting ayah Zaragoza tadi memang cukup jauh karena berada di dekat pantai.

Setibanya di hotel, Zaragoza langsung naik lift menuju kamarnya. Ia memang tidak sekamar dengan Ringgo—ia selalu meminta kamar terpisah setiap kali menemani sang ayah ke luar kota.

"Ah, enaknya bisa rebahan. Rasanya remuk semua tulangku. Ya ampun. Mandi dulu deh, biar segar, lalu makan. Betapa beruntungnya aku jadi Zaragoza, hidup dalam kemewahan," gumam Zaragoza sambil tersenyum.

Ia sempat berpikir, jika saja ia bukan anak dari keluarga Chadwick, mungkinkah hidupnya akan tetap sesempurna ini?

*

*

*

*

Hari-hari pun berlalu, dan Zaragoza baru ingat soal kakek tua itu. Ia harus pergi ke tempat yang dijanjikan untuk menerima sesuatu dari Arzo.

"Ngajak Sonia, Klara, sama Isel aja deh. Biar nggak bosen sendirian," gumamnya lalu membuka ponsel dan mencari kontak sahabat-sahabatnya itu.

Zaragoza, Sonia, Klara, dan Isel adalah sahabat sejak SD. Mereka bahkan selalu sekelas dari SMP sampai SMA.

"Halo Son, Kla, Sel. Ikut aku yuk ke daerah Temon, ada urusan penting," ucap Zaragoza lewat sambungan telepon grup.

"Hah? Kamu gila ya, Za? Itu daerah katanya rawan banget, hutan semua!" seru Isel dari seberang telepon.

"Kamu mau ngapain ke sana, Goza sayang?" tanya Sonia santai.

"Ada urusan, ayolah temenin aku. Masa kalian nggak bantuin sahabat sendiri sih?" ucap Zaragoza dengan nada memelas.

"Iya, iya, kita temenin. Tapi kamu yang jemput ya, biar satu mobil aja," jawab Klara.

"Yeay, terima kasih sayang-sayangku! Tunggu ya, sebentar lagi aku sampai di depan rumah kalian semua," ujar Zaragoza senang.

Setelah menjemput ketiga sahabatnya, mereka pun menuju daerah Temon. Di depan wilayah itu, ada gapura megah yang dijaga beberapa orang bersenjata berpakaian hitam. Setelah diberi pertanyaan dan menjelaskan alasan kedatangan, Zaragoza dan kawan-kawan akhirnya diizinkan masuk.

Dan benar saja, di tengah hutan, berdiri sebuah mansion besar berwarna putih dengan penjagaan yang jauh lebih ketat.

"Kamu yakin Za, ini tempatnya? Kok serem banget sih? Jangan-jangan perdagangan manusia nih," kata Klara dengan cemas.

"Aku udah bilang, daerah Temon itu tertutup banget. Merinding, Inces," sahut Isel sambil memeluk dirinya sendiri.

"Tapi beneran ini tempatnya, Za? Aku nggak mau mati konyol di sini," ucap Sonia khawatir.

"Aku juga nggak tahu. Pokoknya aku disuruh ke sini, udah itu aja," balas Zaragoza.

Mereka belum sempat lanjut bicara saat tiba-tiba...

"Zaza, itu... lihat deh. Ada kakek tua berdiri sambil senyum ke arah kita," ucap Isel sambil menepuk bahu Zaragoza.

"Ah, benar... itu Kakek Arzo! Dia yang nyuruh aku ke sini. Ayo turun," ujar Zaragoza.

Mereka pun turun dari mobil dan menghampiri Arzo yang berdiri di depan gerbang besar mansion.

"Selamat datang, penerusku... Lady Queen Zarago," sambut Arzo.

Para penjaga langsung berkumpul, mengepung mereka dengan formasi rapi.

"Hormat kami pada Lady Queen Zarago!" seru mereka serempak.

"Apa? Lady Queen Zarago?" ucap Zaragoza, Isel, Klara, dan Sonia bersamaan.

"Iya, Nona Zarago. Anda akan meneruskan ini semua, organisasi saya, Mafia Black Diamond," kata Arzo penuh kebanggaan.

"Apa?? Mafia??" teriak mereka berempat dengan suara keras, terkejut bukan main.

*

*

*

*

Halo semua maaf ya kalo ceritanya belum bagus baru penulis pemula buat ngisi waktu kosong aja, semoga suka ya sama ceritanya ya. kritik dan saran di persilahkan untuk membangun karya ini lebih baik lagi. I love you all

Terpopuler

Comments

RJ 💜🐑

RJ 💜🐑

keren

2024-10-27

0

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

aq mampir thor

2024-04-05

0

Ayu Dani

Ayu Dani

aku hadir Thor

2024-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 1. Zaragoza
2 2. Tubuh Baru
3 3. Yuan Li Wei
4 4. Peningkatan Basis Kultivasi Yuan Li Wei
5 5. Kematian Gu Ren
6 6. Mimpi Itu Lagi
7 7. Benang Merah
8 8. Pembalasan Dendam Yuan Li Wei
9 9. Pergi ke Klan Yu
10 10. Bangsa Stone
11 11. Klan Yu
12 12. Akhir Bagi Bangsawan Ming
13 13. Kekaisaran Yungxi
14 14. kembali ke klan Yuan
15 15. Raja Mallory
16 16. Permintaan Maaf
17 17. Memberikan Kesempatan
18 18. Rencana Masuk Akademi
19 19. Akademi Kerajaan - Pertama
20 20. Akademi Kerajaan - Kedua
21 21. Akademi Kerajaan - Ketiga
22 22. Akademi Kerajaan - Keempat
23 23. Bulan Purnama Merah
24 24. Misteri Hutan Belakang Akademi
25 25. Penyihir Ilmu Hitam
26 26. Penyihir Ilmu Hitam - Kedua
27 27. Pergi Ke Alam Neraka
28 28. Siapa Dia?
29 29. Mimpi Yuan Li Wei Sebagai Zaragoza
30 30. Temani Aku
31 31. Pangeran Arogan
32 32. pertarungan Yuan Li Wei
33 33. Undangan Jamuan Dari Raja
34 34. Rumah Bordil
35 35. Acara Jamuan Makan Malam
36 36. Kemarahan Raja Mallory
37 37. Arena Pertarungan
38 38. Terpana
39 39. 7 Murid Terbaik
40 40. Kembali Ke Klan
41 41. Sorot Mata Biru
42 42. Peti Pendingin
43 43. Ayo Kita Menikah
44 44. Aku Membenci mu
45 45. Ratu Arabel
46 46. Murid Master - Pertama
47 47. Murid Master - Kedua
48 49. Murid Master - Ketiga
49 49. Kekacauan Di Alam Neraka
50 50. Tantangan Spiritual
51 51. Panggilan Jiwa
52 52. Pengunduran Diri Yuan Li Wei
53 53. Mengunjungi Ratu Arabel
54 54. Sesaat Bersama Ratu Arabel
55 55. Menjadi Murid Master Ke - 14
56 56. Dukungan Dari Teman
57 57. Bersama Dengan Kakak
58 58. Bukit Master
59 59. Sakit
60 60. Pergi Ke Alam Neraka
61 61. Memohon
62 62. Kita Adalah Keluarga
63 63. Perkenalan
64 64. Perkenalan - Kedua
65 65. Perkenalan - Ketiga
66 66. Telepati
67 67. Antara Cinta dan Penghianatan
68 68. Ulang Tahun
69 69. Kedatangan Master
70 70. Tusukan Rambut
71 71. Menemui Master
72 72. Pendeta Kuil Kuno
73 73. Pemilik Sorot Mata Biru
74 74. Pertarungan Sengit
75 75. Tekad Yuan Li Wei
76 76. Maukah Kau Menjadi Kekasihku?
77 77. Beri Aku Waktu
78 78. Di Antara Pilihan Dan Luka
79 79. Cinta Dan Canda Di Bawah Langit Malam
80 80. Tugas Pertama Dari Master
81 81. Pertemuan Dengan Zarkaan
82 82. Kembali Ke Alam Neraka
83 83. Siapa Naga Jelek Itu Nona?
84 80. Di Ambang Kehancuran
85 85. Akhir Untuk Pengikut Zarkaan
86 86. Malam, Fajar dan Rahasia
87 87. Maafkan Aku Biyun
88 88. Bukan Pesaing Biasa
89 89. Upacara Penghormatan Terakhir
90 90. Pertemuan Yang Tak Terduga
91 91. Pertemuan Dengan Dewan Iblis
92 92. Keseriusan Dari Xiao Biyun
93 93. Munculnya Keraguan
94 94. Kau Milikku, Li Wei
95 95. Kilasan Masalalu
96 96. Yuan Li Wei Kehilangan Ingatannya
97 97. Ingatan Yang Terbangun
98 98. Kembalinya Ingatan Yuan Li Wei
99 99. Antara Dusta dan Kebenaran
100 100. Menyerah Untuk Mencintai
101 101. Jangan Pergi, Tetaplah Disini
102 102. Ikatan Yang Terputus
103 103. Hati Yang Tetap Terikat
104 104. Kepulangan Yuan Li Wei
105 105. Keikhlasan Cinta Xiao Biyun
106 106. Dekapan Sang Raja Iblis
107 107. Meminta Penjelasan
108 108. Raja Neraka di Meja Makan Keluarga
109 109. Hari Pernikahan
110 110. Milik Raja, Milik Neraka
111 111. Keluarga D'Evandros - Tamat
Episodes

Updated 111 Episodes

1
1. Zaragoza
2
2. Tubuh Baru
3
3. Yuan Li Wei
4
4. Peningkatan Basis Kultivasi Yuan Li Wei
5
5. Kematian Gu Ren
6
6. Mimpi Itu Lagi
7
7. Benang Merah
8
8. Pembalasan Dendam Yuan Li Wei
9
9. Pergi ke Klan Yu
10
10. Bangsa Stone
11
11. Klan Yu
12
12. Akhir Bagi Bangsawan Ming
13
13. Kekaisaran Yungxi
14
14. kembali ke klan Yuan
15
15. Raja Mallory
16
16. Permintaan Maaf
17
17. Memberikan Kesempatan
18
18. Rencana Masuk Akademi
19
19. Akademi Kerajaan - Pertama
20
20. Akademi Kerajaan - Kedua
21
21. Akademi Kerajaan - Ketiga
22
22. Akademi Kerajaan - Keempat
23
23. Bulan Purnama Merah
24
24. Misteri Hutan Belakang Akademi
25
25. Penyihir Ilmu Hitam
26
26. Penyihir Ilmu Hitam - Kedua
27
27. Pergi Ke Alam Neraka
28
28. Siapa Dia?
29
29. Mimpi Yuan Li Wei Sebagai Zaragoza
30
30. Temani Aku
31
31. Pangeran Arogan
32
32. pertarungan Yuan Li Wei
33
33. Undangan Jamuan Dari Raja
34
34. Rumah Bordil
35
35. Acara Jamuan Makan Malam
36
36. Kemarahan Raja Mallory
37
37. Arena Pertarungan
38
38. Terpana
39
39. 7 Murid Terbaik
40
40. Kembali Ke Klan
41
41. Sorot Mata Biru
42
42. Peti Pendingin
43
43. Ayo Kita Menikah
44
44. Aku Membenci mu
45
45. Ratu Arabel
46
46. Murid Master - Pertama
47
47. Murid Master - Kedua
48
49. Murid Master - Ketiga
49
49. Kekacauan Di Alam Neraka
50
50. Tantangan Spiritual
51
51. Panggilan Jiwa
52
52. Pengunduran Diri Yuan Li Wei
53
53. Mengunjungi Ratu Arabel
54
54. Sesaat Bersama Ratu Arabel
55
55. Menjadi Murid Master Ke - 14
56
56. Dukungan Dari Teman
57
57. Bersama Dengan Kakak
58
58. Bukit Master
59
59. Sakit
60
60. Pergi Ke Alam Neraka
61
61. Memohon
62
62. Kita Adalah Keluarga
63
63. Perkenalan
64
64. Perkenalan - Kedua
65
65. Perkenalan - Ketiga
66
66. Telepati
67
67. Antara Cinta dan Penghianatan
68
68. Ulang Tahun
69
69. Kedatangan Master
70
70. Tusukan Rambut
71
71. Menemui Master
72
72. Pendeta Kuil Kuno
73
73. Pemilik Sorot Mata Biru
74
74. Pertarungan Sengit
75
75. Tekad Yuan Li Wei
76
76. Maukah Kau Menjadi Kekasihku?
77
77. Beri Aku Waktu
78
78. Di Antara Pilihan Dan Luka
79
79. Cinta Dan Canda Di Bawah Langit Malam
80
80. Tugas Pertama Dari Master
81
81. Pertemuan Dengan Zarkaan
82
82. Kembali Ke Alam Neraka
83
83. Siapa Naga Jelek Itu Nona?
84
80. Di Ambang Kehancuran
85
85. Akhir Untuk Pengikut Zarkaan
86
86. Malam, Fajar dan Rahasia
87
87. Maafkan Aku Biyun
88
88. Bukan Pesaing Biasa
89
89. Upacara Penghormatan Terakhir
90
90. Pertemuan Yang Tak Terduga
91
91. Pertemuan Dengan Dewan Iblis
92
92. Keseriusan Dari Xiao Biyun
93
93. Munculnya Keraguan
94
94. Kau Milikku, Li Wei
95
95. Kilasan Masalalu
96
96. Yuan Li Wei Kehilangan Ingatannya
97
97. Ingatan Yang Terbangun
98
98. Kembalinya Ingatan Yuan Li Wei
99
99. Antara Dusta dan Kebenaran
100
100. Menyerah Untuk Mencintai
101
101. Jangan Pergi, Tetaplah Disini
102
102. Ikatan Yang Terputus
103
103. Hati Yang Tetap Terikat
104
104. Kepulangan Yuan Li Wei
105
105. Keikhlasan Cinta Xiao Biyun
106
106. Dekapan Sang Raja Iblis
107
107. Meminta Penjelasan
108
108. Raja Neraka di Meja Makan Keluarga
109
109. Hari Pernikahan
110
110. Milik Raja, Milik Neraka
111
111. Keluarga D'Evandros - Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!