"Sonia, ada apa ini? Kenapa seperti telah terjadi serangan?" ucap Zaragoza terkejut saat tiba di markas.
Kondisi markas benar-benar kacau.
Gerbang depan hampir hancur, beberapa bagian tembok pagar roboh, dan bekas sabetan pedang tampak jelas di pintu gerbang. Darah berceceran di tanah, menambah suasana mencekam.
"Lady Queen, akhirnya kamu datang juga! Kami sudah kewalahan menangani serangan dari Road Devils. Mereka menyerang secara besar-besaran tadi malam!" teriak Isel dari dalam markas, berlari tergesa-gesa ke arah Zaragoza.
"Sam sialan... Berani-beraninya dia mengacak-acak markas Black Diamond!" ucap Zaragoza, emosinya meledak.
"Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri. Aku menyesal pernah mencintainya dulu."
Sam atau Samuel, adalah pemimpin Road Devils. Dia juga mantan kekasih Zaragoza.
Sudah lima tahun Zaragoza memimpin Black Diamond. Dua tahun lalu, Kakek Arzo, meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan yang mencurigakan. Sejak saat itu, Zaragoza dan anggota kepercayaannya terus mencari bukti, 'apakah itu murni kecelakaan, atau justru sabotase dari pihak musuh?
Setahun yang lalu, Zaragoza dan Samuel pernah menjalin hubungan asmara. Mereka tampak sebagai pasangan yang bahagia, setidaknya di mata orang lain.
Namun semuanya hancur ketika Zaragoza sendiri melihat Samuel di sebuah klub malam, bercumbu mesra dengan para model.
Sejak saat itu, luka pengkhianatan itu selalu ia bawa dalam diam.
"Tapi... dia belum tahu, kan? Kalau aku ini Queen dari Black Diamond," gumam Zaragoza.
Saat masih menjalin hubungan, Samuel hanya tahu Zaragoza sebagai anak keluarga Chadwick, tanpa tahu identitas aslinya sebagai pemimpin organisasi mafia paling ditakuti.
"Maaf, Lady Queen Zarago," ucap Grendo, orang kepercayaan Zaragoza sekaligus kepercayaan mendiang Kakek Arzo.
"Sepertinya Tuan Samuel sudah mengetahuinya. Saya sempat mendengar dia mencari Anda."
"Sialan... Dari mana dia tahu aku Lady Queen Zarago?" ujar Zaragoza geram.
"Aku akan bermalam di sini. Dan malam ini juga, kita siapkan serangan besar-besaran ke markas Road Devils."
Tanpa banyak bicara lagi, Zaragoza langsung melangkah menuju kamarnya di dalam markas. Ia harus segera menyusun rencana. Road Devils harus musnah.
"Hah... Lebih baik aku mandi dulu. Kepalaku terlalu penuh untuk berpikir lebih keras lagi."
Zaragoza langsung menuju kamar mandi untuk berendam dalam air hangat. Ia ingin merilekskan otot dan persendiannya sebelum pertempuran malam ini.
Cukup lama ia merendam diri. Setelah merasa tubuhnya lebih segar, Zaragoza mengenakan pakaian serba hitam, baju panjang polos, celana panjang, dan sepatu tempur yang siap menghadapi medan perang.
"Semua sudah berkumpul di sini?" tanyanya tegas saat memasuki ruang pertemuan khusus bersama Isel, Klara, Sonia, dan para anggota elit Black Diamond.
"Sudah, Lady Queen Zarago," jawab mereka serempak.
"Maaf membuat kalian menunggu," ucap Zaragoza, kemudian berdiri di depan papan strategi.
"Pertama-tama, saya ingin kelompok pemanah dan penembak jitu tetap berada di atas pohon untuk mengawasi dari ketinggian. Siapkan juga pasukan bersenjata, pedang, samurai, pistol, bahkan balok kayu untuk pertahanan jarak dekat."
Ia melanjutkan, "Kita akan berpencar dari empat arah. Saya sendiri akan memimpin dari gerbang utama, arah utara. Kalian bertiga, pilih sisi masing-masing."
"Saya dari barat," jawab Sonia.
"Saya dari selatan," sahut Isel.
"Kalau begitu, saya dari timur. Dekat aliran sungai menuju muara," ucap Klara mantap.
"Baik. Semua penjuru sudah terisi. Sekarang kita ke halaman belakang untuk memberitahukan ini pada anggota lainnya," ujar Zaragoza.
Mereka pun bergegas ke halaman belakang markas. Di sana, ratusan anggota Black Diamond telah berbaris, siap menjalankan perintah.
"Dengarkan semua!" seru Zaragoza lantang, suaranya memenuhi seluruh halaman.
"Kalian akan dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok akan dipimpin oleh saya, Nona Sonia, Nona Isel, dan Nona Klara. Masing-masing harus saling melindungi dan menyerang sesuai arah yang ditentukan."
Ia menatap tajam ke seluruh barisan.
"Jangan biarkan satu pun dari mereka lolos, termasuk Samuel. Habisi semuanya. Apa kalian mengerti?"
"Siap, Lady Queen Zarago! Kami mengerti!" jawab mereka serempak, penuh semangat.
Tanpa menunggu lama, pasukan Black Diamond mulai bergerak. Mereka berpencar ke posisi masing-masing sesuai rencana. Zaragoza sudah berada di posisi utara, sekitar 200 meter dari gerbang utama markas Road Devils.
Dari kejauhan, terlihat barisan penjaga musuh dengan senjata lengkap sudah siaga.
"Sialan… Siapa yang membocorkan rencana ini?" gumam Zaragoza penuh amarah.
"Awas saja. Setelah ini, aku akan mencari dan membereskan pengkhianat itu."
Zaragoza kemudian memberi aba-aba. Para pemanah langsung melepaskan hujan anak panah ke arah penjaga Road Devils.
Pertempuran pun pecah dengan sengit. Jeritan, dentingan senjata, dan ledakan menggema di tengah malam. Darah membasahi tanah. Jumlah pasukan dari kedua kubu terus berkurang drastis.
Saat situasi mulai memojokkan Zaragoza, tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan membawanya berlari ke arah timur.
"Sam?!" ucap Zaragoza terkejut saat menyadari siapa yang menariknya.
"Lepaskan tangan saya! Saya tidak sudi disentuh oleh manusia hina seperti kamu!"
"Oke, oke, aku lepasin. Udah, kan?" balas Samuel dengan nada santai, meski wajahnya tegang. Ia membawa Zaragoza ke tepi sungai dan berhenti di sana.
Bugh!
Pandangan Zaragoza tiba-tiba menjadi buram, menghitam, lalu tubuhnya ambruk ke tanah. Sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, ia sempat melihat bayangan Klara berdiri di depannya, menjatuhkan balok kayu ke tanah, tertawa puas, lalu memeluk Samuel. Setelah itu, semuanya gelap.
Di sisi lain, Isel, Sonia, dan anggota Black Diamond yang tersisa telah berhasil membasmi seluruh anggota Road Devils. Namun saat mereka mencari keberadaan Klara dan Zaragoza, keduanya sama sekali tidak ditemukan. Bahkan, tubuh Samuel pun tidak ada di antara mayat para anggota Road Devils.
"Apakah Lady Queen dan Klara bertarung melawan Samuel?" tanya Isel, mulai cemas.
"Mungkin saja... tapi di mana mereka sekarang?" jawab Sonia, yang wajahnya mulai diliputi kekhawatiran.
"Kalian semua, segera cari Lady Queen Zaragoza dan Nona Klara!" seru Sonia memberikan arahan.
"Baik, Nona!" Para anggota yang tersisa pun segera menyebar ke segala penjuru untuk mencari keberadaan kedua orang penting itu.
...******...
Di tempat lain, Zaragoza perlahan mulai sadar. Namun begitu membuka matanya, ia langsung dilanda keterkejutan. Kedua tangan dan kakinya terikat erat dengan tali, mulutnya dilakban, dan tubuhnya dirantai pada batang pohon besar.
"Halo, My Lady Queen Zarago. Gimana? Gak nyangka kan bisa ada di posisi ini?" Suara tawa Klara menggema, berdiri di hadapan Zaragoza dengan wajah penuh kepuasan.
Srekkk!
Klara menarik lakban dari mulut Zaragoza dengan kasar hingga kulit di sekitar bibirnya terasa panas dan perih.
"Apa maumu, hah?! Kenapa kamu mengkhianatiku seperti ini?! Dasar pengkhianat!" bentak Zaragoza dengan suara parau penuh emosi.
"Uhh... kamu tahu nggak, Goza, semua ini adalah rencana....."
Klara belum selesai berbicara ketika ia menoleh ke arah belakang, lalu tersenyum.
"Sayang, sini deh."
Seseorang berjalan mendekat... dan betapa terkejutnya Zaragoza saat menyadari siapa orang itu, Samuel. Pria itu langsung memeluk Klara dengan mesra. Mual. Hanya itu yang Zaragoza rasakan sekarang. "Ternyata sebelum aku pingsan tadi, aku tidak berhalusinasi. Klara benar-benar mengkhianati ku."
"Biadab...! Aku akan membunuh kalian berdua! Jijik rasanya melihat kalian!" teriak Zaragoza penuh amarah dan luka di hatinya.
"Sayang, aku aja yang ceritain ke dia. Kamu liatin aja, ya," ucap Klara pada Samuel dengan nada menggoda.
"Terserah kau, sayangku." Samuel mengecup kening Klara, lalu menatap Zaragoza dengan tatapan tajam.
Klara melangkah mendekat. Ia mengeluarkan sebilah belati, lalu menempelkan ujungnya pada pipi Zaragoza. Perlahan, belati itu menyusuri kulit wajah Zaragoza dengan tekanan ringan namun mengancam.
"Kamu tahu nggak, Za, dari mana Samuel tahu kalau kamu adalah pemimpin Black Diamond?" tanya Klara dengan nada santai namun sadis.
"Kamu..." jawab Zaragoza pendek, namun yakin.
"Uh, pinter banget! Terus... kamu juga tahu nggak siapa yang ada di balik penyerangan Road Devils ke markas kita?" tanya Klara lagi sambil melompat-lompat kecil, seperti anak kecil yang baru dapat mainan.
"Kamu."
"Yeayyy! Pinter banget si My Lady Queen Zarago!" Klara tertawa sambil bertepuk tangan dengan ekspresi puas.
"Sayang, ada satu pertanyaan lagi yang belum kamu tanyain ke dia," ucap Samuel sambil melangkah ke arah Klara dan merangkul bahunya.
"Apa tuh, sayang?" Klara menatap Samuel dengan penasaran.
Samuel kini menatap Zaragoza lurus-lurus. Lalu ia bertanya dengan suara rendah yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Zaragoza, apa kamu tahu... siapa dan kapan yang akan membunuhmu?"
Lalu.....
Srakkk!
Dengan satu tebasan pedang, Samuel memotong tali yang mengikat Zaragoza pada pohon. Tubuh Zaragoza yang masih terikat tangan dan kakinya, langsung didorong ke arah aliran sungai yang deras.
“Kalian ingin membunuhku dengan cara menenggelamkanku di sungai? Huh, cara yang licik dan murahan,” desis Zaragoza, terengah-engah, masih syok dengan kejadian yang baru saja dialaminya.
“Licik atau tidak, yang penting aku bisa membunuhmu sebelum kau sempat menyakiti orang yang kucinta. Kamu pikir aku akan diam saja saat kamu hendak membunuh Samuel? Tidak, Za, aku tidak akan tinggal diam. Aku cinta Samuel. Lebih baik aku kehilanganmu... daripada kehilangan dia,” ucap Klara dengan penuh emosi yang tak bisa ia bendung lagi.
“Sadar, Klara! Siapa yang selalu ada di sampingmu saat kamu terpuruk? Saat keluargamu bangkrut? Apa dia ada? Tidak, kan? Aku, Sonia, dan Isel yang selalu bersamamu! Kamu sudah dibutakan oleh cinta! Apa yang dia beri ke kamu? Tubuhnya? Hartanya? Otakmu sudah dicuci habis, Klara!” bentak Zaragoza dengan emosi yang tak kalah meluap.
Plakk!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Zaragoza. Dan...
Byurr!
Tubuh Zaragoza didorong Klara ke dalam sungai yang sedang banjir karena luapan dari hilir. Semua kata-kata Zaragoza melukai hati Klara, meski apa yang dikatakannya adalah kebenaran.
Tubuhnya langsung diterjang aliran sungai yang deras. Tangan dan kakinya masih terikat, membuatnya tak bisa berenang ataupun menyelamatkan diri.
Tubuhnya terbawa arus, menabrak bebatuan di sepanjang sungai. Air masuk ke hidung, ke mulut, hingga ke paru-paru. Kepalanya terasa seperti pecah. Sakit. Sesak. Gelap.
"Jika aku mati dengan cara sekejam ini, aku mohon kepada para dewa dan dewi di Nirwana... balaskan dendamku. Balaskan pengkhianatan ini. Jika tidak, aku akan menuntut keadilan di hadapan kalian. Aku bersumpah akan mengutuk mereka... semua dari mereka yang telah menghancurkan kepercayaanku."
Dengan sumpah terakhir itu, kesadaran Zaragoza menghilang.
---
Di Tempat Lain, Dunia Berbeda, Abad yang entah keberapa
Seorang gadis berusia 15 tahun ditemukan tenggelam di kolam belakang rumahnya. Namanya Yuan Li Wei.
“Cepat! Bawa nona ke paviliun! Panggilkan tabib sekarang juga!” seru seorang pelayan bernama Gu Ren, panik dan menangis melihat tuannya yang tubuhnya sudah membiru dan tak sadarkan diri.
Dua orang prajurit langsung bergerak. Satu pergi memanggil tabib, dan satu lagi membantu Gu Ren membawa Yuan Li Wei ke dalam paviliun.
“Nona, bangunlah… jangan buat saya takut seperti ini…” ucap Gu Ren lirih sambil menangis.
Beberapa saat kemudian, tabib tua tiba bersama prajurit. Ia langsung memeriksa Yuan Li Wei.
“Apa yang terjadi pada nona?” tanya sang tabib.
“Saya menemukannya di kolam belakang. Ia sudah mengambang di permukaan air…” jawab Gu Ren, air matanya masih terus mengalir.
“Detak jantungnya melemah. Dia harus segera meminum pil ini untuk mengeluarkan air dari dalam tubuhnya,” ujar tabib sambil memasukkan pil berwarna hijau pekat ke mulut Yuan Li Wei.
Tak lama setelah pil itu masuk, tubuh Yuan Li Wei mengejang.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Yuan Li Wei memuntahkan air dari dalam tubuhnya dan... matanya terbuka. Ia sadar.
Namun yang bangkit bukanlah jiwa Yuan Li Wei.
Itu adalah Zaragoza, yang kini terbangun dalam tubuh seorang gadis muda.
“Nona! Syukurlah anda sudah sadar!” seru Gu Ren bahagia, hendak memeluk tuannya, tapi...
Dengan sigap, tangan Zaragoza menahan pelukan itu.
“Siapa kamu?” tanyanya dingin.
“Apa maksud Nona? Saya Gu Ren… pelayan pribadi Nona Yuan Li Wei,” jawab Gu Ren dengan wajah sedih.
“Siapa Yuan Li Wei?” tanya Zaragoza, kebingungan, panik, dan tidak tahu apa yang sedang terjadi.
“Anda adalah Yuan Li Wei, Nona… apakah anda tidak mengingatnya?” jawab Gu Ren pelan.
“Aku? Yuan… Li Wei?” bisik Zaragoza, matanya melebar.
Tubuh yang ia lihat… bukan tubuhnya.
Dia… telah terlahir kembali dalam tubuh orang lain.
*
HAI SEMUA, SEMOGA SUKA SAMA KARYA KU YA
SELAMAT MEMBACA🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Ibuk'e Denia
gimana mau balas dendam kalau zaman nya saja berbeda
2024-04-05
0
ChopSuey
Jlebbbbb!
2024-02-16
0