"Sudah kuduga. Tak ada ramuan yang bisa menumbuhkan kultivasi di dunia bawah. Tumbuhan untuk menumbuhkan kultivasi hanya tumbuh di Alam Dewa dan Alam Neraka. Jadi... apa sebenarnya yang diberikan wanita berbisa itu pada Yuan Li Wei?" gumam Yuan Li Wei dalam hati, penuh kecurigaan.
Saat sesampainya di perpustakaan Klan Yuan tadi, Yuan Li Wei dan Gu Ren langsung menyusuri rak demi rak, mencari buku-buku yang membahas cara menumbuhkan kultivasi. Perpustakaan itu sunyi, penuh debu, dan sebagian besar buku tampak sudah lama tak tersentuh.
Akhirnya, di tumpukan buku tua yang tertutup debu tebal, mereka menemukan sebuah kitab usang yang berjudul Dasar-Dasar Penumbuhan Kultivasi. Yuan Li Wei segera membukanya, membaca perlahan.
"Nona," ujar Gu Ren hati-hati, "sebenarnya dulu Anda memiliki sedikit kultivasi, meskipun sangat lemah. Tapi setelah Nyonya Yuan Muren pergi menemui seorang alkemis, ia mulai memberimu ramuan setiap hari. Anehnya, setelah itu, kultivasi Anda malah menghilang sepenuhnya. Itu terjadi saat Anda hendak mengikuti ujian masuk Akademi."
"Wanita ular, licik!" Yuan Li Wei mengepalkan tangan. "Pantas saja dulu aku selalu menolak pernikahan ayah dengannya. Ternyata dia memang tak lebih dari seekor ular berbisa."
Zaragoza tak sanggup membayangkan penderitaan yang pernah dirasakan Yuan Li Wei di dalam klan ini.
"Gu Ren, bagaimana dengan Yuan Mina?" tanya Yuan Li Wei, pandangannya tajam.
"Dia sangat angkuh dan sombong, Nona. Bahkan dia tak segan merendahkan Anda di depan umum," jawab Gu Ren dengan nada waspada.
"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya," gumam Yuan Li Wei dengan dingin. "Lihat saja, suatu saat nanti aku akan menyingkirkan mereka berdua dari klan ini, dari hidupku, dan dari keluargaku."
Setelah mengumpulkan beberapa buku yang dianggap penting, Yuan Li Wei berkata, "Ayo kita kembali. Aku sudah menemukan apa yang kucari."
Mereka pun meninggalkan perpustakaan dan berjalan kembali ke paviliun Yuan Li Wei. Setibanya di sana, Yuan Li Wei langsung masuk ke kamarnya, sementara Gu Ren berjaga di luar seperti biasa.
Di dalam kamar, Yuan Li Wei duduk bersila di tempat tidur dan membuka salah satu buku yang ia ambil. Ia mulai membaca perlahan, mencoba memahami konsep dasar kultivasi yang selama ini asing baginya—karena di dunia modern, ia tak pernah mendengar hal semacam ini.
Buku pertama yang ia baca menjelaskan tentang dantian, inti energi dalam tubuh yang menjadi pusat kultivasi.
"Dantian... Ternyata bukan orang yang tidak memiliki kultivasi yang dianggap sampah, melainkan mereka yang tidak memiliki atau telah rusak dantiannya," bisik Yuan Li Wei, semakin memahami dunia barunya.
Ia membaca setiap lembar dengan saksama, menelusuri kalimat demi kalimat untuk memperluas pemahamannya.
"Ah, ketemu. Untung saja buku ini sangat lengkap!" serunya pelan. "Baiklah, sekarang mari kita periksa apakah dantianku masih hidup atau tidak."
Dengan hati-hati, Yuan Li Wei mengambil posisi meditasi. Ia duduk bersila dengan punggung tegak, membiarkan pikirannya tenang dan perlahan memusatkan fokus ke pusat tubuhnya—tempat dantian berada.
Yuan Li Wei duduk bermeditasi di atas tempat tidurnya. Ia memposisikan tubuhnya dengan tenang, memusatkan pikiran pada dantiannya.
Dalam dunia kultivasi, terdapat tiga posisi dantian atas, tengah, dan bawah. Dantian atas berada di antara kedua mata, menghasilkan energi lembut yang berbeda dari qi. Dantian tengah terletak di dada, tepat di sebelah jantung, menjadi pusat energi qi. Sementara dantian bawah terletak dua jari di bawah pusar.
Meditasi kali ini seharusnya digunakan untuk memeriksa kondisi dantian bawah. Namun, Yuan Li Wei memutuskan untuk mencoba memeriksa dantian bagian tengah terlebih dahulu. Ia memfokuskan pikirannya dalam-dalam, mencoba menyentuh inti energinya.
Tiba-tiba, dalam keheningan meditasinya, muncul tiga wujud energi: bola api, air, dan cahaya. Pemandangan itu mengejutkan Yuan Li Wei. Ia langsung membuka matanya.
"Bukankah seharusnya hanya satu? Kenapa tadi ada tiga? Sebenarnya, apa keistimewaan dari tubuhku ini? Dan... jika kupikirkan lagi, tidak mungkin Yuan Muren memberikan ramuan aneh tanpa alasan. Sepertinya dia sudah melihat potensi dalam diriku, hingga memutuskan untuk menutup—bahkan merusak—basis kultivasiku," gumam Yuan Li Wei.
Ia kembali merenungi masa lalunya, berusaha menyusun potongan-potongan kebenaran yang tersembunyi.
"Hah, tapi syukurlah... dantianku masih ada. Lebih baik aku melatih fisikku dulu. Sepertinya, pemilik tubuh ini sebelumnya tak pernah melatih fisiknya sama sekali."
Yuan Li Wei pun mulai melakukan latihan fisik ringan di dalam kamar. Ia terus menggerakkan tubuhnya, melatih kelenturan, kekuatan dasar, dan keseimbangan.
Hari pun beranjak malam. Namun, Yuan Li Wei masih belum berniat menghentikan latihannya.
"Nona, ini sudah terlalu larut malam. Nona perlu banyak istirahat. Lanjutkan saja latihannya besok pagi," ucap Gu Ren lembut. Ia telah berada di dalam kamar itu sejak lima belas menit lalu, terus membujuk Yuan Li Wei untuk beristirahat.
"Baiklah, Gu Ren. Aku sudah selesai. Aku akan melanjutkannya besok pagi. Kau juga, pergilah istirahat," ujar Yuan Li Wei.
Gu Ren pun keluar dari kamar, sementara Yuan Li Wei mencuci muka dan berganti pakaian agar lebih nyaman untuk tidur.
*
*
*
*
Saat ia terlelap, mimpi yang indah menyambutnya. Dalam mimpi itu, ia berada di sebuah tempat yang luar biasa indah, sebuah air terjun mengalir tenang, hamparan bunga memenuhi padang, dan beberapa pohon apel berdiri dengan buah yang siap dipetik.
Yuan Li Wei mengagumi keindahan itu, hingga tiba-tiba seorang pemuda muncul di belakangnya. Ia tampan, berambut hitam legam, berhidung mancung, berdagu lancip, dan mengenakan pakaian serba hitam.
"Indah, bukan?" suara pemuda itu terdengar tenang.
Yuan Li Wei terkejut. Ia yakin tak ada siapa pun di sana selain dirinya. Ia menoleh cepat.
"Siapa kau?" tanyanya waspada.
"Nanti kau juga akan tahu sendiri," jawab pemuda itu, berjalan perlahan menuju sungai jernih yang dihiasi bunga teratai yang bermekaran.
Yuan Li Wei mengikuti langkahnya. Ia merendah, menyentuh air sungai itu. Dingin. Terasa nyata, seperti bukan mimpi.
"Ini aku sedang bermimpi, kan? Atau ini benar-benar nyata? Tapi... semuanya terasa bisa kurasakan," gumam Yuan Li Wei. Ucapannya cukup keras untuk didengar oleh pemuda itu.
"Kaulah yang salah. Kau tidak sedang bermimpi," jawab si pemuda, masih tak menoleh.
"Lalu di mana aku sekarang? Jangan-jangan... kau menculikku?" tanya Yuan Li Wei dengan tatapan tajam.
"Masuklah ke dalam air sungai itu jika ingin kembali," ucapnya, lalu berbalik dan pergi begitu saja.
"Heh! Kau menyuruhku bunuh diri, hah?!" teriak Yuan Li Wei, tapi pemuda itu tak memberi tanggapan.
"Pria aneh... Aku sudah mati dalam kehidupanku yang sebelumnya. Baru hidup lagi belum ada satu hari, dan sekarang dia sudah menyuruhku mengakhiri hidup lagi? Tapi... aku tak tahu tempat ini. Haruskah aku ikuti saja ucapannya? Tapi bagaimana kalau aku mati lagi? Bagaimana kalau aku tak bisa kembali? Tolong... kenapa banyak sekali 'tapi'?"
Ia menghela napas panjang. "Tapi apa salahnya mencoba? Baiklah... aku akan masuk ke sana."
...****...
Setelah perdebatan panjang dalam benaknya, Yuan Li Wei akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam sungai itu.
Baru lima langkah ia berjalan dari tepi sungai, dan pada langkah keenam, tubuhnya langsung terjatuh sepenuhnya ke dalam air yang dalam.
“Eh? Aku... aku masih hidup, kan?” ucap Yuan Li Wei yang langsung terbangun dari tidurnya. Ia mendapati dirinya masih berada di kamar yang sama, kamar Yuan Li Wei.
"Aku tadi di mana? Siapa pemuda itu? Apa dia makhluk halus?" gumamnya sambil memegangi kepala. "Sudahlah, lebih baik aku mandi saja. Toh sudah pagi, dan sudah saatnya berlatih.”
Tanpa disadari oleh Yuan Li Wei, sejak mimpi aneh itu dan saat ia masuk ke dalam sungai, tingkat kultivasinya melonjak drastis. Yang semula sama sekali belum memiliki basis kultivasi, kini ia telah memiliki fondasi yang kuat.
Tingkatan kultivasi terbagi dalam beberapa ranah utama:
• Ranah Bumi, terbagi menjadi delapan tingkat : tahap 1. Pemurnian Qi, 2. Membentuk Pondasi Energi, 3. Emas, 4. Aroma Jiwa, 5. Formasi Jiwa, 6. Integrasi Tubuh, 7. Kenaikan Besar, dan 8. Melewati Kesengsaraan.
• Ranah Dunia Abadi, terdiri dari enam tingkat : 1. Bumi Abadi, 2. Abadi Surgawi, 3. Abadi Dalam, 4. Keabadian Emas, 5. Prinsip Agung Emas Abadi, dan 6. Abadi Tertinggi.
• Ranah Dunia Ilahi, mencakup dua belas tingkat : 1. Dewa, 2. Dewa Sejati, 3. Dewa Agung, 4. Dewa Surga, 5. Dewa Emas, 6. Dewa Dalam, 7. Dewa Kuno, 8. Raja Dewa, 9. Dewa Raja, 10. Kaisar Dewa, 11. Penguasa Dewa, dan 12. Dewa Tertinggi.
Kini, Yuan Li Wei telah mencapai Ranah Bumi tingkat ke-7, tingkat Kenaikan Besar, tingkatan yang luar biasa tinggi, apalagi mengingat sebelumnya ia bahkan belum memulai kultivasi.
Di dunia bawah, umumnya orang hanya bisa mencapai tingkat Melewati Kesengsaraan. Bahkan Ketua Akademi Zuyeng pun hanya mampu menembus tingkat itu. Maka, pencapaian Yuan Li Wei dalam satu malam setara dengan para raja dan kaisar dari dunia bawah.
"Ranah Bumi? Tingkat tujuh? Kenaikan besar? Bagaimana bisa?" bisik Yuan Li Wei setelah memeriksa kondisi tubuhnya sendiri. "Bukankah semalam aku masih belum memiliki kultivasi? Mungkinkah ini semua karena tempat dalam mimpiku?"
Sebagai kultivator, seseorang bisa melihat tingkat kultivasi miliknya sendiri maupun orang lain. Karena itu, Yuan Li Wei segera berpikir cepat.
"Tidak… Ini tidak baik. Jika orang tahu, itu bisa mengacaukan rencanaku membalas dendam pada mereka yang pernah menyakiti Yuan Li Wei sebelumnya. Aku harus menyembunyikan basis kultivasiku."
Untungnya, buku yang ia baca semalam cukup lengkap. Dari teknik pemeriksaan dantian hingga cara menyembunyikan aura dan basis kultivasi.
"Lebih baik sekarang aku mulai dengan berlari kecil di sekitar paviliun saja. Kalau terlalu jauh, tubuhku yang belum terbiasa bisa cedera."
Saat Yuan Li Wei membuka pintu paviliunnya, ia terkejut mendapati seorang pria muda berusia sekitar delapan belas tahun tengah berdiri di sana. Ia tersenyum cerah menyambutnya.
"Li Wei, gege sangat merindukanmu. Gege sedih saat mendengar kau kehilangan ingatan. Aku ini Gege-mu, Gege Tanzi-mu yang paling tampan dan paling kau sayangi," ucap pemuda tadi sambil langsung memeluk Yuan Li Wei dengan erat. Ternyata, dia adalah kakak laki-laki Yuan Li Wei yang bernama Yuan Tanzi.
"Kenapa orang-orang di dunia ini suka sekali memelukku secara tiba-tiba?" batin Yuan Li Wei yang terkejut tapi tetap diam.
"Walaupun Li Wei tidak mengingat Gege, tapi Li Wei yakin kau memang Gege Li Wei," ucap Yuan Li Wei pelan ketika Yuan Tanzi melepaskan pelukannya.
"Kau mau ke mana pagi-pagi begini, adik Li Wei? Bukankah dulu kau selalu sulit bangun pagi?" tanya Yuan Tanzi sambil tersenyum.
"Li Wei ingin berlari, Gege. Badan Li Wei sangat kaku, jadi ingin meregangkan otot. Gege mau ikut berlari dengan Li Wei?" Yuan Li Wei melangkah keluar dari paviliunnya.
"Baiklah, Gege temani. Bagaimana kalau kita berlari mengelilingi wilayah klan saja?" usul Yuan Tanzi. Klan Yuan adalah salah satu klan besar, cukup luas bahkan hanya untuk dua atau tiga putaran lari.
"Apakah Gege yakin? Li Wei sebenarnya hanya ingin berlari mengelilingi paviliun saja," jawab Yuan Li Wei. Ia belum sepenuhnya memahami kekuatan fisik tubuh barunya, jadi tak ingin memaksakan diri.
"Bagaimana kalau dua putaran saja? Tidak terlalu jauh," tawar Yuan Tanzi.
"Baiklah. Tapi kalau nanti Li Wei kelelahan, Gege harus gendong Li Wei ya!" Yuan Tanzi terkekeh melihat adiknya yang tetap manja, meskipun kehilangan ingatannya.
Saat mereka mulai berlari mengelilingi klan Yuan, banyak anggota klan yang memperhatikan keduanya. Tak sedikit yang memandang Yuan Li Wei dengan tatapan meremehkan karena dulu ia dianggap sebagai sampah tak berguna di klan itu.
Di putaran kedua, Yuan Tanzi mulai terlihat kelelahan, sementara Yuan Li Wei masih segar seolah bisa terus berlari tiga putaran lagi.
"Gege, ayo lari lagi! Tadi Gege yang menantang Li Wei, sekarang kenapa sudah kelelahan?" ucap Yuan Li Wei sambil tertawa riang.
"Tanzi Gege!" teriak seorang perempuan dari kejauhan.
"Apa yang kau lakukan pada Gege-ku, gadis tidak berguna!" Yuan Mina datang menghampiri dan tiba-tiba mendorong Yuan Li Wei. Ia berusaha menolong Yuan Tanzi yang duduk kelelahan, namun tangannya langsung ditepis oleh Yuan Tanzi.
"Kecilkan suaramu! Apa kau tidak lihat aku sedang berlari dengan Li Wei? Lihat sekelilingmu, banyak orang menatap. Memalukan!" bentak Yuan Tanzi dengan dingin. "Ayo, Li Wei, kita pergi saja."
Yuan Tanzi menggandeng tangan Yuan Li Wei dan meninggalkan Yuan Mina yang masih berdiri di tempat. Sebelum pergi, Yuan Li Wei sempat menoleh dan memberikan senyuman kecil penuh ejekan pada Yuan Mina.
"Gege, aku hanya ingin membantu," teriak Yuan Mina lagi, namun tak digubris.
"Li Wei sialan! Sudah kehilangan ingatan pun tetap menghalangi jalanku menjadi adik kesayangan Tanzi Gege. Lihat saja, aku akan menyingkirkannya dari klan Yuan," gumam Yuan Mina penuh amarah. Ia pun segera pergi ke paviliun Yuan Gi untuk mengadu pada ibunya, Yuan Muren.
Sesampainya di paviliun, Yuan Mina mulai memerankan dramanya dengan menangis.
"Ibu..." ucapnya sambil terisak, memanggil ibunya dari ruang tamu.
"Mina, ada apa, sayang?" tanya Yuan Muren yang langsung keluar dari kamarnya saat mendengar tangisan putrinya.
"Ibu... Li Wei baru saja mempermalukan Mina di hadapan para anggota klan," adu Yuan Mina sambil memeluk ibunya dan menangis lebih keras.
"Apa? Di mana gadis itu sekarang? Ibu akan memberinya hukuman yang setimpal karena sudah mempermalukan putriku," ucap Yuan Muren dengan nada marah. Ia segera melangkah menuju paviliun Yuan Li Wei.
Benar saja, di sana Yuan Li Wei sedang sendirian, tak ada Gu Ren yang biasa menjaganya.
"Berani-beraninya kau mempermalukan putriku di depan semua orang! Aku akan mempermalukanmu juga, di hadapan seluruh klan Yuan!" Yuan Muren langsung menarik tangan Yuan Li Wei dan membawanya ke arena pelatihan, tempat para murid klan sedang berlatih.
"Ini akibatnya jika kau berani mempermalukan Yuan Mina!" bentak Yuan Muren.
Yuan Li Wei melihat sekeliling. Banyak murid dan anggota klan yang memperhatikan mereka. Ia pun memutuskan untuk memanfaatkan situasi ini demi mendapatkan simpati.
"Ibu, aku tidak mempermalukannya... Dia sendiri yang datang marah-marah padaku dan Gege secara tiba-tiba," ucap Yuan Li Wei dengan air mata menetes di pipinya.
"Mina takkan marah kalau kau tak berbuat salah! Apa salah Mina sampai kau mempermalukannya seperti itu?" bentak Yuan Muren lagi.
"Dia sendiri yang lemah. Aku tadi hanya diam," sahut Yuan Li Wei sambil terus menangis.
"Kau berani sekali!" Yuan Muren mengangkat tangannya, bersiap menampar Yuan Li Wei.
"Muren!" terdengar suara berat dari kejauhan.
*
SELAMAT MEMBACA SEMUA, SEMOGA SUKA
LIKE, KOMEN & FOLLOW 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments