"Kenapa mas pergi tanpa memberi satu pesan buat Vey, apakah acara waktu itu adalah salam terakhir mu." Vey menatap foto yang berada dibanding kamarnya dengan deraian air mata. Batin Vey.
***
Wildan dan Tio sudah dipersilahkan masuk oleh Papa Veyo. Mereka duduk berhadapan dengan pemilik papa veyo dan bundanya Veyo. Setelah mempersilahkan masuk mereka, Papa Veyo ijin untuk memanggil istrinya.
"Maaf, Pak, Buk, kedatangan kami kesini ingin menanyakan kenapa Vey tidak masuk sekolah, kami disuruh bu Sulis selaku wali kelas XI IPA." Ucap Wildan menjelaskan.
"Maaf, kalau boleh tau kalian namanya siapa?". Tersenyum kearah wildan dan Tio.
"Saya Wildan dam disamping saya ini Tio,Bu!". Jawab Wildan memperkenalkan diri.
"Oh,,kamu yang namanya Wildan,Vey dulu cerita pas pertama masuk sekolah." Sambung papa Vey.
Yang diceritain tersenyum sopan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Mbg Asri datang membawakan minuman untuk mereka, setelah menaruh minuman itu, mbg Asri kembali kekamar Vey.
Papa Vey menjelaskan kenapa Vey tidak dapat masuk sekolah hari ini dikarenakan, depresi yang duku Vey alami kini kambuh lagi. Wildan dan Tio yang mendengar penjelasan dari kedua orang tua itu pun terkejut, mereka tidak pernah menyangka dibalik senyum itu tersimpan duka yang mendalam bahkan sampai membuat depresi berkelanjutan.
Wildan dan Tio diijinkan untuk melihat keadaan Vey saat ini. Selang infus yang menancap ditelapak tangan Vey menandakan keadaan Vey sangat lemah, hingga harus dibantu cairan infus. Wajah cantik yang selalu periang itu kini terlihat lemah dan pucat. Tio, yang melihat tubuh mungil itu tergeletak lemah tak berdaya memilih untuk kembali keruang tengah.
Sedangkan, Wildan masih berada dikamar Vey dengan ditemani Papa Veyo. Wildan hangat salut kepada Vey, dia mampu tersenyum saat rasa sedih itu terkadang menghampirinya dikala sedang sendiri. Wildan masih berdiri dan menatap wajah pucat itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Terlintas senyum manis yang cantik itu saat pertama kali Vey masuk kekelasnya.
Senyum yang selalu membawa keteduhan itu, kini telah menjadi lemah bersamaan dengan tubuh mungil itu. Vey membuka kedua matanya, saat dirasa tangan sang papa mengusap lembut keningnya. Sepintas,Vey melihat Wildan yang berdiri disamping sang Papa. Wildan tersenyum dikala tatapan mata itu bertemu kembali. Sangat jelas terlihat dikedua mata Wildan, tersimpan kesedihan yang teramat dalam. Mata yang sendu dan sayu itu berpaling menatap keluar jendela.
Menatap kosong kearah jendela kamar yang terbuka itu. Tubuh mungil yang terbaring itupun seperti tubuh yang ditinggal rohnya. Setelah tau keadaan Vey, Wildan dan Tio berpamitan pulang terlebih dulu kepada Vey.
"Vey," Panggil Wildan, Yang merasa namanya terpanggil pun menolehkan kepalanya kesamping.
"Kita pamit pulang dulu yah, besok kita kembali lagi!" Ujar Tio. Yang diajak bicara tak merespon hanya tatapan mata yang kosong.
Menatap kedua temannya yang berpamitan, Vey hanya bisa terdiam tanpa ada satu katapun yang keluar. Tetesan air mata yang tiba tiba mengalir diekor mata Vey, seakan meminta kedua temannya untuk tetap berada disini. Bunda yang mengerti maksut Vey pun, mendekat dan memandang miris sang anak.
"Sayang, Vey tidak akan pernah sendiri," Vey seketika melihat sang bunda yang mencoba untuk tersenyum didepan nya. Anggukan pelan yang diberikan Vey sebagai jawabannya. Akhirnya, bunda melihat kearah Wildan dan Tio seraya menganggukan kepalanya mengijinkan mereka untuk undur diri.
Jika diperbolehkan Wildan dan Tio sangat ingin menghibur teman barunya saat ini. Mereka berdua sangat miris melihat kondisi Vey. Setelah berpamitan kepada Vey, mereka berpamitan juga kepada papa dan bunda Vey.
***
Malam harinya Wildan, Tio, Ridho dan Toni sedang berkumpul digardu. Mereka selalu bergantian untuk menjaga keamanan kampungannya. Ridho yang selalu bisa mencairkan suasana sepi ini. Ridho dan Toni melihat kearah Wildan yang sedang melamun, entah apa yang sedang dipikirkan Oleh Wildan hanya Tio yang tau.
"Wil, jangan bengong kamu nanti kesambet lho." Tepuk yang Ridho berikan dipundak Wildan membuat gitar yang dibawahnya hmpir jatuh.
"Hey, Dho, ngagetin aja kamu, aku gk lagi bengong kok. Aku lagi mikir nih, gimana yah kita bisa bantu Vey kembali kek dulu." Ridho, Toni dan Tio bergantian menatap satu sama lain. Karna tidak biasa Wildan perhatian sama orang yang baru dia kenal. Dia terbilang anak yang paling cuek dan dingin dengan urusan orang lain.
"Kok seperti pernah dengar nama itu aku!" Lata Toni.
"Siapa namanya tadi?" Sambung Ridho.
"Veyo, yang rumahnya diganng sebelah itu." Jawab Tio.
"Oh,,,,yang sering dibicarain sama orang orang sini yah, yang katanya anaknya baik, cantik ,periang suka nolong. Iya kan Yo, Wil. tegas Toni. 0Anggukan kepala yang diberikan mereka berdua.
"Memangnya dia kenapa Wil, beberapa hari kemaren aku pernah dengar dari ibu aku, kata ibuku Vey sedang sakit. Ibu ibu dikampung merasa sedih juga mendengarnya." Sambung Toni berubah. Wildan yang tidak menyangka kabar sakitnya Vey sudah menyebar. Baru pindahan kekampung semua orang sudah mengenal betul keluarga Veyo.
Orang orang sangat menyegani keluarga Veyo, sudah banyak bantuan yang Papa, Bunda, Veyo dan mbg Asri berikan. Keluarga yang sangat ramah dan hambel kepada semua orang, keharminisa keluarga mereka sangat skrang dijumpai didesa maupun dikota, Banyak segelintir orang yang merasa sangat iri kepada keluarga mereka. Terutama para anak anak didesa tersebut, yang selalu melihat Veyo kemana mana selalu berempat.
NOTES: KEBAIKAN SESEORANG PASTI AKAN SELALU DIKENANG.
Sampai ini adakah yang yang berderai air mata.😥😥😊😊,,,,
Authornya aja sebenarnya gk tega tapi kalok gak gini kan gk greget😊, jadi,, amafkan daku yah yang terlalu menabur lada hitam terlaku banyak😊😊😊😊😊
Jangan lupa untuk LIKE,RATE dan Vote yah😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Erorr
Karena aq cowok jadi berusaha tegar,meski ngebyangin juga sedih
2022-04-25
1
❣️y@ni❣️
msh ini aq sampe sesegukan nyesek tau 😭😭😭😭😭😭😭
2020-07-28
1
𝚊𝚛𝚞𝚗𝚒𝚔𝚊
malam2 do bikin mewek 😢😭😭
2020-07-28
2