Tio, masih setia berada disamping sahabatnya itu. Persahabatan yang mereka jalani bukan hanya sedekar persahabatan yang biasa. Sedari kecil hingga sekolahpun mereka memilih untuk terus bersama sama. Susah senang mereka jalani, walaupun berada dipedesaan mereka tidak kalah pintarnya dengan anak kota. Bahkan, sering kali terlihat anak kota yang pernah tinggal didesa, kedepannya menjadi lebih bisa menghargai orang lain.
***
Vey, berjalan pelan menghampiri mereka berdua. Wildan, sudah terlihat sudah membaik setelah mengutarakan kesedihan lewat bernyanyi.
Tio dan Wildan menengok kebelakang dan disambut senyum manis dari Vey.
Berjalan menghampiri Wildan dan tio. Senyum itu masih dia ukir dengan cantik dibibir tipis merah jambu itu.
"Kamu, bisa nyanyi juga ternyata?" kata Vey tersenyum.
",,,,," hening yang didapat Vey.
"Sekedar hoby saja!" ucap Tio. Yang ditanya malah menatap dan tidak menjawab spatah katapun. Vey yang ditatap seperti itu hanya bisa tersenyum untuk menutupi ketakutannya.
"Sudah, lama kamu disini Vey," Wildan berkata,masih menatap Vey dengan kedua mata tajamnya yang sulit diartikan. Ntah tatapan mata marah, sedih atau terkejut.
Dengan anggukan dan senyum yang masih menghiasi bibir itu. Seketika, Wildan menaruh gitar itu pada tempatnya.
Berjalan mendahului Tio dan Vey, dengan satu tangan yang memegang tas dan satu tangannya dia masukkan saku celana abu abu.
Sepi dan hening suasana yang mereka lewati, murid murid lainnya sudah pulang semua dan mungkin sudah ada yang tidur siang. Mereka terus berjalan tanpa ada yang ingin berucap, sekedar memcairkan suasana hening itu. Tampak dua orang yang masih berada di depan gerbang sekolah, perlahan Wildan menuju depan gerbang dengan hati yang bergemuruh kembali. Menyaksikan cinta pertamanya bercanda dengan bahagianya.
Tanpa menghiraukannya Wildan melewati mereka. Tak ada tegur sapa ataupun hanya sekedar menyapa lewat kedua mata. Vey, menghentikan langkahnya pas dirasa sudah didepan gerbang, ingin menghampiri dua orang yang disana. Tapi, belum sempat Vey melangkah lebih lebar lagi, Tio memegang pergelangan tangan Vey.
Karna, Tio tau betul, Wildan tidak pernah suka jika teman yang lainnya yang sudah dibilang dekat dengan Wildan menyapa orang yang sudah membuat dia seperti ini. Dengan gelangan kepala sabagai tanda untuk Vey berhenti. Rasa bingung yang saat ini Vey rasakan,kenapa dia juga tidak boleh menyapa Iren. Bahkan, Vey, tidak tau betul apa yang terjadi.
"Ah,,mungkin untuk menghargai perasaan Wildan!" bisik hati Vey. Vey dan Tio terus berjalan dam tanpa menolehkan lehernya pada dua orang itu.
Iren yang mengetahui itu pun sekejap menghentikan tawanya, melihat punggung ketiga orang yang dia kenal kemudian melanjutkan obrolan mereka.
Vey, memilih berjalan kaki dengan Tio dan Wildan. Kenapa harus diam diam gini terus yang Vey rasakan, ingin mercoba bicara tapi dia takut salah ucap. Sesekali Vey, melihat kearah Tio dan Wildan bergantian, sampai tanpa sadar ada sebuah motor yang melaju sangat kencang.
Sedetik, saja mungkin Vey sudah jadi korban dari sang pengendara motor tersebut. Wildan yang melihat arah motor itu, menarik pergelangan tangan Vey, hingga jarak diantara mereka tidak ada.
"Awas, Vey!" teriak dan disusul tarikan ditangan Vey.
Yang ditarik malah mematung tanpa berkedip sama sekali, jarak yang sangat dekat membuat jantung Vey serasa berdisko ria.😊😂
Tio yang melihat pengendara motor itu ingin mengejar, tapi mematung ketika melihat Vey dan Wildan berpelukan. Senyum, jahil sudah terpancar diwajah Tio.
"Woy, kalok gak bisa nyetir gk usah nyetir!" teriak keras Tio sambil melirik Vey dan Wildan.
Teriakan yang Tio sengaja sukses membuat mereka berdua terkejut, dan saling melepaskan pelukannya.
"Ekhem,,,,,Maaf?" ucap Wildan dengan canggungnya.
"Senyum, aku juga." ucap Vey.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan dengan perasaan canggung dan tentunya senang dari Tio. Dengan memberanikan diri Vey mercoba berbicara.
"Maaf, sebelumnya wil, mungkin aku lancang berbicara seperti ini sama kamu. Tapi, apa gak sebaiknya kamu bisa bersikap seperti sedia kala, memang aku tidak tau menau dengan masalahmu. Tapi, dengan kamu menceritakan beban yang kamu miliki sekarang kepada ortu atau sahabatmu mungkin mereka bisa memberi saran. Co,,,
Belum selesai Vey berkata suda terpotong oleh Wildan.
"Seandainya saja semua itu tidak pernah aku ucapkan, mungkin saat ini juga kita bertiga bisa pulang bersama, sulit untuk ku ceritakan Vey, tapi, kamu benar!" Tio, yang melihat Wildan mau bercerita lagi merasa lega atas bantuan Vey.
"Tersenyumlah meskipun itu sulit, itu yang selalu papa dan budnaku bilang, setiap kita ada masalah coba buat untuk selalu tersenyum." ucap Vey, tersenyum.
NOTES: TERSENYUMLAH MESKI ITU SULIT.KARNA SEBUAH SENYUMAN BISA MENYEMBUNYIKAN BERIBU MACAM LUKA.BUKAN BERARTI KITA BERTOPENG DALAM SENYUMAN.
Jangan lupa kasih LIKE,SARAN dan RATING yah,😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Sept September
like kak
2020-07-26
1
❣️y@ni❣️
Aceh KK aq yg deg"" an ya 🤭🤭🤭🤭
2020-07-26
0
rera714
lanjut thor, aku mampir membawa like dan vote
2020-07-25
2