Penyisihan

Rebecca berjalan menuju istana bagian timur dengan perasaan gundah. Ia kembali teringat dengan perkataannya yang begitu saja terlontar pada sang putra tentang menghentikan pencarian calon istri untuk putranya itu jika tidak ada satu pun dari calon permaisuri yang memikat hati Devon. Seharusnya, dia berpikir dulu sebelum berbicara. Itu adalah hal yang tidak mustahil bagi Devon.

Devon adalah pria yang sulit jatuh cinta, dan perkataannya tadi itu bagaikan bumerang untuknya. Rebecca tau bagaimana karakter putranya. Dan, ia sekarang begitu cemas dan gelisah jika seandainya tidak ada satu pun dari calon permaisuri ini yang bisa memikat hati Devon.

Rebecca sudah berada di istana bagian timur dan berdiri di depan pintu besar sebuah ruangan yang sedang digunakan para permaisuri untuk melakukan tes tertulis. Seorang pengawal yang menjaga pintu langsung membungkukkan badannya pada Rebecca,

"Selamat pagi Yang Mulia Ratu" sapa pengawal itu.

Rebecca mengangguk pelan,

"Selamat pagi" balasnya.

"Apa para calon permaisuri sedang mengerjakan tes di dalam?" tanyanya pada pengawal itu.

Pengawal itu pun kembali membungkuk sebelum menjawab,

"Iya Yang Mulia Ratu, tes sudah berlangsung selama hampir satu jam, dan sepertinya sebentar lagi akan selesai" jawab pengawal itu.

Rebecca kembali mengangguk pelan,

"Apa Yang Mulia Ratu ingin masuk?" tanya pengawal itu lagi.

Rebecca tersenyum dan menggeleng pelan,

"Tidak usah, aku akan menunggu sampai mereka selesai" ucapnya.

"Bella, tolong masuk ke dalam dan berikan ini pada Charlote" ucap Rebecca pada pelayan pribadinya yang sejak tadi setia di belakangnya.

"Baik Yang Mulia" balas Bella lalu masuk ke dalam ruangan.

Selang beberapa detik, Bella pun keluar dari ruangan bersama Charlote yang langsung membungkuk pada Rebecca,

"Selamat pagi Yang Mulia, maaf membuat Yang Mulia menunggu" ucapnya sambil membungkuk dalam.

Rebecca tersenyum dan menyentuh bahu Charlote,

"Tidak usah merasa bersalah seperti itu Charlote, aku memang sengaja tidak memberitahumu bahwa aku akan kemari" balasnya ramah.

Rebecca mengintip sedikit kearah pintu dengan penasaran,

"Bagaimana, apa tes nya sudah selesai?" tanyanya penasaran.

"Sudah Yang Mulia, tes nya baru saja selesai" jawab Charlote.

Rebecca pun tersenyum puas,

"Bagaimana dengan Laura? Apa dia terlihat kesusahan menjawab tes nya?" tanyanya lagi.

Charlote pun tersenyum sambil menggeleng pelan,

"Sepertinya tidak Yang Mulia, Putri Laura menyelesaikan tes nya lebih dulu daripada yang lain" jawabnya yang membuat Rebecca tersenyum puas.

"Baguslah, aku membuat pertanyaan yang menyangkut kebiasaan dan karakter Devon di beberapa soal. Laura adalah teman masa kecil Devon, aku yakin dia mengetahui jawabannya. Dan lagi, dia sepertinya bisa ku andalkan untuk menjadi calon permaisuri Devon" lanjutnya yang di balas anggukan dari Charlote.

"Iya Yang Mulia" ucap Charlote.

Rebecca pun menghela nafasnya pelan,

"Setelah hasil tes ini keluar, aku mau pengeliminasian di lakukan dengan cepat. Dan, sepuluh calon permaisuri yang terpilih akan pindah ke istana barat dekat istana utama. Siapa tau, saat Devon lewat, pria itu bisa setidaknya melirik para calon permaisuri ini" ucapnya dengan senyuman penuh arti.

"Baik Yang Mulia" balas Charlote lagi sambil membungkuk.

"Kalau begitu, lanjutkan lagi pekerjaanmu, aku akan pergi" ucap Rebecca berpamitan dan berlalu pergi bersama pelayan pribadinya.

Setelah melakukan tes tertulis di pagi hari, para calon permaisuri juga melakukan tes lainnya di siang hari seperti tes kepribadian dan juga mengemukakan pendapat tentang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Malam hari, mereka makan malam bersama dan itu juga termasuk penilaian dari kerajaan saat melihat attitude dan cara makan para putri di meja makan. Keesokan harinya, para calon permaisuri juga melakukan tes kemampuan dan bakat mereka. Mery sempat kebingungan tentang bakat apa yang harus dia perlihatkan. Namun, akhirnya Mery pun memilih untuk menunjukkan bakat berkudanya.

Dan, hal itu menjadi poin plus untuk Mery karena tidak ada satu pun dari para putri disana yang memiliki bakat berkuda. Mery memang bisa berkuda, karena saat dia kehilangan ibunya, Mery sempat bekerja di ladang orang dan memberikan makan kepada sapi dan kuda disana. Untungnya saat itu seorang anak lelaki seusianya pernah mengajak Mery berkuda dan mengajarinya cara menunggangi kuda yang benar. Dan, sekarang hal itu sangat berguna, walaupun Mery sempat ragu dan sedikit kaku karena sudah cukup lama ia tidak menunggangi kuda lagi, tetapi untungnya ia bisa melakukannya dengan lancar.

Poin Mery dan Laura saat tes kemampuan mereka cukup berimbang. Laura menunjukkan bakat memanahnya dengan sangat baik, dan poin mereka berbeda satu poin. Mery berada di bawah Laura dengan selisih beberapa poin saja.

Hari sudah mulai gelap, para calon permaisuri pun kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. Hari ini cukup melelahkan dan membuat Mery yang baru tiba di kamar langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur,

"Benar-benar melelahkan.." ucap Mery pelan sambil menghela nafasnya.

Cristy tersenyum melihat Mery dan membantu gadis itu untuk melepaskan sepatunya. Namun, Mery dengan cepat duduk dan menahan tangan Cristy,

"Tidak usah, aku bisa melepasnya sendiri" ucap Mery menolak.

Namun, Cristy menggeleng dan menepis tangan Mery,

"Nona, aku adalah pelayan pribadi Nona, ini adalah tugasku, Nona tidak usah merasa tidak enak" ucap Cristy yang membuat Mery terdiam dan menghela nafasnya pasrah.

Mery kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menutup matanya,

"Terimakasih" ucap Mery.

Cristy hanya tersenyum dan mulai mengelap kaki Mery,

"Oh iya, pengumuman eliminasi akan di kabarkan besok" ucap Cristy yang membuat Mery kembali membuka matanya dengan cemas.

Mery kembali duduk dan menatap Cristy dengan cemas,

"Bagaimana ini.. aku benar-benar gugup dan takut jika aku tereliminasi" ucap Mery.

"Aku belum sempat mencari ibuku, bagaimana jika aku gagal besok" lanjutnya lagi sambil menutup wajahnya dengan sedih.

Cristy menatap Mery dan menyentuh tangan gadis itu,

"Nona tidak usah pesimis seperti itu. Aku yakin, Nona tidak akan tereliminasi jika melihat poin Nona tadi. Dan juga, tentang tes tertulis kemarin lusa, Nona juga cukup baik" ucap Cristy menyemangati.

Mery menghela nafasnya dalam,

"Untung saja Ratu Selena memberitahuku sebelumnya tentang karakter dan kebiasaan Pangeran Devon, jadi.. itu tidak terlalu sulit" ucap Mery pelan.

Cristy pun tersenyum,

"Nona harus semangat, karena.." ucapnya terhenti sejenak.

"Karena, aku telah menemukan dimana ibu Nona berada" lanjut Cristy yang membuat Mery terbelalak tak percaya.

"Be.. Benarkah???? Dimana??? Bagaimana bisa???" tanya Mery terkejut tidak percaya.

Cristy mengeluarkan sebuah foto dari balik pakaiannya,

"Ini.. Ini ibu Nona kan? Maaf, aku menemukan foto ini di dalam tas Nona" ucap Cristy.

Mery mengambil foto itu dan mengangguk pelan,

"Iya, ini ibuku.. Foto ini selalu aku bawa kemana pun aku pergi" ucap Mery dengan tatapan sedihnya.

Cristy menatap gadis itu dan kembali menyentuh tangannya,

"Tadi siang.. aku bertemu seseorang yang sangat mirip dengan foto ibu Nona" ucap Cristy yang membuat Mery kembali menatapnya dengan terkejut dan tidak percaya.

"Dimana???? Katakan padaku dimana kau melihatnya???" tanyanya tidak sabar.

"Aku.. Aku melihatnya saat ia tengah menyediakan makanan di meja makan tadi siang. Dia.. dia seorang pembantu yang menyiapkan makan siang tadi" jawab Cristy.

Mery seketika terduduk lemas dan setetes air matanya mengalir di pipi,

"Jadi.. jadi benar, ibuku di jadikan pembantu disini" bisik Mery bergetar.

Cristy menatap sedih pada Mery dan mengusap tangan gadis itu untuk menenangkannya,

"Setidaknya.. ibu Nona masih hidup" ucap Cristy pelan.

Mery kembali menatap Cristy dengan pipi yang basah oleh air mata,

"Aku ingin bertemu dengan ibuku Cristy! Aku harus bertemu dengannya!" ucap Mery bergetar.

Cristy mengangguk menenangkan,

"Iya Nona.. Kita pasti bisa menemui ibu Nona" balasnya.

"Jika.. Nona berhasil lolos eliminasi besok, maka.. kita akan pindah ke istana barat yang berada sangat dekat dengan istana utama. Dan, kesempatan bertemu dengan ibu Nona akan semakin terbuka dan mudah" lanjut Cristy yang membuat jantung Mery berdebar penuh rasa rindu.

Bersambung..

Halo, jangan lupa kasih like, komen, vote dan gift fi cerita ini ya 😊

Tolong bantu author di novel baru author ini 🙏

Dukungan kalian amat sangat berarti bagi author 🤍

Terimakasih untuk yang nyempetin komen, author sangat terharu karena dukungan kalian 🥺 dan mohon bantu share juga ya supaya novel author banyak yang baca 🙏🤍

Terpopuler

Comments

vie gumi

vie gumi

Cristy berbohong ga yaaa

2024-04-14

0

Ratna Anggraeni

Ratna Anggraeni

ayo semangat Merry,.,.💃💃💃💪💪💪💪

2024-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!