Premier Jour

Para permaisuri terlihat sudah berkumpul di aula istana bagian timur. Mereka terlihat sangat anggun, cantik dan mewah dengan gaun yang mereka kenakan. Jika orang awam yang melihat semua para calon permaisuri itu, niscaya mereka akan terganga dan menatap takjub kecantikan para permaisuri itu.

Semua calon permaisuri terlihat sangat cantik dan mempesona. Mereka tengah duduk di kursi mereka masing-masing dengan satu pelayan pribadi yang ikut bersama mereka.

Mery duduk di kursinya dengan sedikit gugup. Gadis itu entah mengapa menjadi sedikit kurang percaya diri saat di sandingkan dengan para calon permaisuri disana. Mereka semua terlihat sangat berkelas dan aura seorang putri kerajaan begitu terpancar.

Cristy menyentuh tangan Mery dan berbisik pelan padanya,

"Tegakkan tubuhmu Nona, saat ini kau adalah seorang putri kerajaan. Kau setara dengan mereka semua" bisiknya menyemangati.

Mery menatap Cristy sekilas dan menghela nafasnya pelan lalu menegakkan tubuhnya. Tidak lama kemudian, seorang wanita paruh baya masuk ke dalam aula dengan penampilan anggunnya. Wanita paruh baya itu berdiri di depan ruangan dan tersenyum pelan pada para calon permaisuri,

"Selamat sore para putri kerajaan calon permaisuri Pearland.. Selamat datang di kerajaan Pearland. Kerajaan dengan sumber daya melimpah dan perekonomian nomor 1 di negara ini" ucap wanita paruh baya itu.

"Perkenalkan, namaku Carlothe, aku bertugas menjadi ketua panitia pemilihan calon permaisuri yang ditunjuk langsung oleh Ratu Rebecca. Aku akan mengawal dan mengawasi para calon permaisuri pada tes dan juga pelatihan yang akan di jalani selama satu minggu ke depan" lanjutnya.

"Pelatihan dan tes akan dimulai esok hari. Untuk para calon permaisuri, kami telah menyediakan kamar untuk kalian tempati selama satu mingu ke depan. Dan, sistem yang akan berlaku di tes dan pelatihan ini adalah sistem gugur. Jadi.. dari 20 calon permaisuri sekarang, akan di pilih hanya 10 calon permaisuri terbaik saja yang melaju ke tahap selanjutnya. Dan, begitu pun seterusnya.. dari 10 juga akan dipilih kembali menjadi 5 calon permaisuri" ucap wanita paruh baya itu lagi yang membuat para putri kerajaan disana terlihat was-was termasuk Mery yang terlihat menautkan tangannya karena gugup.

Ternyata, pemilihan calon permaisuri ini begitu ketat dan sulit, pikir Mery. Mereka benar-benar selektif memilih calon istri untuk Pangeran. Mery seketika merasa sedikit tidak percaya diri dan cemas. Bukan karena ia tidak bisa menjadi calon istri Pangeran, tapi.. karena Mery takut jika ia gagal, maka kesempatan dan harapannya bertemu sang ibu dan mengeluarkannya dari istana ini akan pupus.

"Tidak boleh ada kecurangan di tes tertulis yang akan di adakan esok hari. Jika.. sampai di temukan ada yang berbuat curang maka, otomatis saat itu juga orang itu akan diusir secara tidak hormat dan akan masuk daftar hitam kerajaan Pearland, mengerti?!" ucap Charlote tegas.

Para putri kerajaan yang berkumpul terlihat gugup dan menghela nafas mereka dengan cemas, kecuali satu orang yang terlihat sangat santai bahkan terlihat kepercayaan diri di wajahnya.. Orang itu adalah Laura.. Ia terlihat sangat santai dan merasa percaya diri, karena.. Laura merasa ia sudah sangat mengenal Devon dan orang tuanya. Ia merasa percaya diri karena hanya dia satu-satunya yang akan di kenal oleh Devon.

"Baiklah kalau begitu, kalian di persilahkan untuk memasuki kamar masing-masing. Setiap kamar telah tertulis nama pemiliknya, jadi.. semua tidak akan salah memilih kamar" ucap Charlote.

"Kalau begitu, sampai bertemu besok pagi ladies! Istirahatlah" lanjut Charlote berpamitan.

Setelah selesai, para putri kerajaan pun di tuntun menuju kamar mereka masing-masing oleh para pengawal. Mery dan Cristy menaiki tangga dan melihat sebuah pintu kamar yang bertuliskan nama 'Putri Melisa' disana. Mery dan Cristy pun di berikan kunci dan mulai masuk ke ruangan mereka.

CKLEK!

Pintu ruangan terbuka dan Mery terlihat terkejut melihat pemandangan di dalamnya. Kamar itu terlihat sangat luas dengan ornamen dan barang-barang yang terlihat mewah.

Gadis itu melangkah kearah tempat tidur dan duduk di atasnya. Mery tersenyum riang saat merasakan tempat tidur itu begitu besar, empuk dan nyaman. Mery seketika berpikir bahwa ini hanya ruangan untuk para calon permaisuri, tetapi sudah begitu mewah dan nyaman. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kamar Raja dan Ratu yang berada di istana utama, pasti sangat.. sangat.. mewah dari ini, pikirnya.

Cristy mengunci kembali pintu dan tersenyum melihat Mery yang tengah menekan-nekan tempat tidur dengan ekspresi seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru,

"Wah.. ini sangat luar biasa!" ucap Mery takjub.

Namun, beberapa detik kemudian ekspresi wajah Mery seketika berubah murung dan membuat Cristy mengernyitkan keningnya,

"Ada apa Nona?" tanya Cristy.

Mery menunduk dan menghela nafasnya,

"Cristy.. Aku.. Aku mulai merasa ragu dan pesimis" jawab Mery pelan.

"Para kandidat lain terlihat berpenampilan lebih cantik dan anggun serta berpendidikan. Aku.. aku takut aku gagal dan tidak bisa bertemu dengan ibuku" lanjutnya murung.

Cristy terdiam sejenak dan menghampiri Mery,

"Nona tidak usah pesimis dan menyerah terlebih dahulu.. Setidaknya Nona harus mencoba.. Tidak ada yang tidak mungkin. Selama Nona bertekad kuat untuk bertemu dengan ibu Nona, aku yakin.. Nona pasti bisa melewatinya" ucap Cristy menyemangati.

Mery kembali menghela nafasnya dan mengangguk pelan,

"Kau benar.. Setidaknya, aku harus mencoba" balas Mery yang membuat Cristy tersenyum.

"Dan, selama aku berada di istana ini, aku akan berusaha mencari ibuku. Karena.. jika aku menunggu sampai akhir pemilihan permaisuri pangeran ini, aku takut.. aku akan gagal. Dan, aku takut Ratu Selena berubah pikiran. Jadi.." lanjut Mery terhenti sejenak sambil menatap Cristy.

"Kumohon, selama itu.. kau mau membantuku juga Cristy" ucap Mery dengan tatapan penuh harap.

Cristy tersenyum pelan dan mengangguk,

"Tentu saja Nona, aku akan membantu Nona" balasnya yang membuat senyuman Mery kembali terlihat.

"Terimakasih" balas gadis itu.

Pagi ini Devon terlihat turun dari lantai atas menuju meja makan. Rebecca yang melihat sang putra seketika berdiri dan tersenyum menyambut,

"Selamat pagi sayang" sapanya.

"Kemarilah, ayo kita sarapan bersama" ajaknya.

Devon tidak melihat keberadaan sang ayah dan menghela nafasnya sebelum menghampiri sang ibu. Devon duduk di depan sang ibu dan menatap makanan di depannya dengan tidak terlalu berselera. Seorang pelayan menghampiri meja dan hendak mengambilkan makanan untuk Devon, namun dengan cepat Devon mengangkat tangannya menolak dan memilih mengambil makanannya sendiri.

Rebecca menatap sang putra dengan senyuman penuh arti,

"Ayahmu baru saja berangkat untuk melakukan pertemuan di kerajaan Quenilia" ucapnya membuka pembicaraan.

Devon terlihat tidak bergeming dan mulai memakan makanannya. Rebecca menatap sang putra dan menghela nafasnya. Ia pun kembali berdehem pelan,

"Oh iya, pagi ini ibu akan pergi ke istana bagian timur untuk menemui para kandidat calon permaisurimu. Apa kau mau ikut?" tanyanya excited.

Devon seketika berhenti memakan makanannya dan menatap sang ibu,

"Mengapa ibu melakukan hal ini? Bukankah aku sudah mengatakan pada ibu bahwa aku belum mau menikah?" tanya Devon tak habis pikir.

Rebecca menatap sang putra dan menghela nafasnya,

"Tentu saja ibu melakukan hal ini untuk kebaikanmu Devon!" jawabnya tegas.

Devon menghela nafasnya lelah,

"Memangnya kau bisa mencari calon istrimu sendiri?? Sedangkan pekerjaan mu setiap malam hanya pergi ke bar dan bertemu dengan wanita-wanita liar!" ucap Rebecca lagi.

"Maka dari itu, ibu akan turun tangan sendiri untuk memilihkan calon istri untukmu! Mereka semua cantik dan bermartabat! Mereka dari keluarga kerajaan terhormat dan mempunyai masa depan yang jelas! Jadi, semua itu pasti akan menjamin masa depan keturunan keluarga kerajaan Pearland di masa depan!" lanjutnya lagi.

Devon menyentuh keningnya dan menghela nafasnya dalam,

"Bagaimana caranya agar ibu mau berhenti melakukan hal ini??" tanyanya dengan tatapan dingin menahan kesabaran.

Rebecca mengatur nafasnya dan menegakkan tubuhnya menatap sang putra,

"Ibu akan berhenti jika tidak ada satu pun dari calon permaisuri itu yang bisa menarik perhatianmu!" tegas Rebecca.

Bersambung..

Halo, jangan lupa kasih like, komen, vote dan gift fi cerita ini ya 😊

Tolong bantu author di novel baru author ini 🙏

Dukungan kalian amat sangat berarti bagi author 🤍

Terimakasih untuk yang nyempetin komen, author sangat terharu karena dukungan kalian 🥺 dan mohon bantu share juga ya supaya novel author banyak yang baca 🙏🤍

Terpopuler

Comments

vie gumi

vie gumi

aq masih setia Thor💪💪

2024-04-12

0

Ratna Anggraeni

Ratna Anggraeni

💃💃💃💃

2024-01-29

1

Ofelia Sanjina

Ofelia Sanjina

🥰🥰

2024-01-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!