"Tuan Putri!"
"Tuan Putri, di mana Anda!"
Teriakan demi teriakan menggema di hutan, memanggil sosok Tuan Putri yang menghilang tanpa diduga. Wajah para dayang dan pengawal terlihat panik sambil mondar-mandir dan berlari di sekitar hutan untuk mencari sang Putri.
Di kejauhan dari kelompok pencari, sepasang kaki ramping berlari cepat melintasi hutan. Kakinya tidak berhenti berlari, tidak peduli apa dia menabrak ranting dan dedaunan, serta apa pun yang diinjaknya. Matanya fokus ke depan tanpa menoleh.
Sosok hitam melesat sangat cepat melampaui gadis tersebut. Menyadari sosok hitam itu, dia mengumpat dalam hatinya dan berbelok ke arah lain tanpa tahu ke mana akan pergi.
Kemampuannya cukup gesit untuk seorang anak 12 tahun. Ketika sosok hitam itu melaju tepat di sebelahnya, wajahnya menunjukkan kepanikan dan berusaha terus menghindar. Anehnya, sosok hitam itu tidak menyerang.
Gadis itu berlari sangat kencang. Langkahnya berhenti ketika seekor ular besar muncul melebarkan mulut ke arahnya. Gadis itu merosot ke bawah, lalu berguling menghindari serangan. Ular itu menggerakkan ekor besarnya. Kekuatan spiritual hitam menyerang bertubi-tubi.
Gerakan gadis itu sangat gesit. Dia berguling menghindar dan melompat. Sebilah pedang muncul di tangannya, menebas ular itu dan memberi luka yang lebar.
Sayangnya, makhluk berbentuk ular itu beregenerasi dengan cepat. Dia menyerang lebih ganas dan tidak memberi kesempatan gadis itu melakukan pertahanan.
Gadis itu terhempas, terbentur pohon. Dia membeku ketika melihat ular besar mendekatinya dengan taring besar dan mulut lebar yang penuh aroma amis darah menjijikkan.
Bahkan di saat yang genting, gadis itu masih tidak berteriak. Dia mengantupkan mulutnya menggertakkan gigi, bersiap menghindar. Tapi gerakan ular itu sangat cepat. Taring panjang meluncur tepat ke arah tubuh kecilnya.
Namun, sosok hitam dengan cepat menghantam ular besar itu sampai menyingkir ke samping dan menghantam pohon sampai tumbang. Dentumannya terlalu keras. Ular itu mati hanya dalam satu pukulan. Tubuhnya terbelah dengan darah yang mengalir.
Gadis itu membuka mata. Sepasang mata hitamnya melihat ular yang kini menjadi bangkai. Dia sama sekali tidak mengedipkan mata ketika melihatnya, seolah sudah terbiasa dengan segala jenis kematian. Dia tidak terlihat seperti anak berusia 12 tahun.
Sosok hitam itu memunculkan wujudnya yang mengesankan. Rambut putih dan mata ungu gelap yang membara. Tatapannya menunjukkan perasaan jengkel dan jijik pada ular itu.
Gadis yang duduk di bawah pohon masih tidak mengatakan apa pun.
"Tatapanmu masih sama." Pria itu menunjukkan seringai jahat. "Mudah sekali menemukan putri kecil yang bersembunyi di istana."
"Di Changxiu, aku akan membunuhmu meski harus mengalami ribuan kematian," geram gadis itu. Tatapannya penuh kebencian terhadap Raja Iblis yang berkali-kali membunuhnya tiap bertemu.
Di Changxiu mendengus. "Aku akan menunggu hari itu."
Kegelapan keluar dari tangannya, melilit leher gadis itu sampai melayang di udara. Perasaan tercekik seolah tulang leher akan patah mendera. Napasnya tersumbat dan dadanya naik turun akibat sumbatan di lehernya. Wajah pucatnya semakin pucat.
"Tuan Putri!"
Suara dari kejauhan terdengar. Di Changxiu melepas cekikan ketika mendengar suara itu. Gadis itu jatuh begitu saja dan batuk keras di tanah. Dia sudah memuntahkan darah akibat cekikan keras itu.
Di Changxiu tersenyum miring. "Keberuntunganmu sangat bagus. Bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang putri yang dipenuhi kasih sayang, kamu benar-benar beruntung."
Gadis itu tertawa. Dia berusaha bernapas sebanyak-banyaknya sambil tertawa meski sedikit tersumbat. Tawanya terdengar geli.
"Apa kau iri?" Matanya menatap Di Changxiu, terlihat merendahkan serendah mungkin. "Kau tidak diinginkan orangtuamu sendiri. Kau hanyalah anak yang dibuang, jadi kau melampiaskan kemarahanmu padaku."
Di Changxiu memandang gadis itu dengan dingin. "Aku akan menertawakanmu ketika kau mendapat identitas yang menyedihkan sebelum kematianmu. Tidak, aku akan membiarkanmu hidup dalam penderitaan."
Di Changxiu sepertinya tidak sabar lagi. Dia mengangkat tangannya. Kegelapan di tangannya tidak memudar, melainkan menjadi tipis setipis pisau sebelum akhirnya ditebaskan ke arah sang Putri.
Gadis itu menutup mata. Kegelapan melesat ke dadanya, menembus jantungnya. Pandangannya gelap saat itu juga. Tidak ada rasa sakit. Semuanya gelap.
Pemandangan inilah yang dilihat oleh para pengawal dan dayang, menyebabkan teriakan histeris menggema di hutan.
"Tuan Putri!"
Sepasang mata terbuka lebar setelah teriakan menggema di telinganya. Iris hitamnya yang jernih membulat, memandang langit-langit cokelat ruangan kumuh dengan perasaan rumit. Napasnya memburu, mentalitasnya terganggu sesaat ketika ketakutan muncul di matanya tanpa sebab.
"Lagi ...."
Mimpi ... tidak, itu adalah ingatan. Dia selalu mengingat tiap kehidupan yang ia alami selama inkarnasi. Itu selalu terulang. Dia dilahirkan kembali, lalu mati, lalu dilahirkan kembali dan mati lagi di usia muda. Itu terjadi selama 9 kali berturut-turut.
Ini adalah kehidupannya yang ke-10.
Xia Chaoxing, Pemimpin Sekte Bintang—sekte besar di Benua Changyuan—yang telah berumur 1000 tahun, mengalami inkarnasi ke-10 setelah rangkaian kematian tragis di tangan orang yang sama. Tiap dilahirkan, ia memiliki kesadaran sendiri dan ingat semua kehidupannya.
Saat kematiannya yang pertama, dia terbangun lagi sebagai bayi yang baru dilahirkan dan mengalami kejutan luar biasa. Awalnya baik-baik saja. Dia adalah Putri Bungsu sebuah Dinasti yang saat itu menguasai seluruh Benua Changyuan. Tapi, dia bertemu dengan Raja Iblis di usianya yang ke-17 dan mati. Mimpi tadi adalah kehidupannya yang ke-6.
Di kehidupannya yang ke-10, dia baru berusia 6 tahun. Dia tinggal di desa terpencil dan dipanggil Meng Yao. Meski begitu, dia tetap menyebut dirinya sendiri sebagai Xia Chaoxing, sang bintang. Itu adalah takdirnya terhadap bintang.
Hanya tinggal menghitung hari, dia akan bertemu Raja Iblis lagi. Xia Chaoxing selalu bersiap setiap saat bahwa dia akan dibunuh lagi dan lagi.
Terlepas dari kehidupan pertamanya, paling lama dia hidup sampai berusia 17 tahun. Terlalu tragis.
Sekarang dia ada di wilayah terpencil, jauh dari kekaisaran dan wilayah yang dipenuhi orang-orang kuat. Dia juga jauh dari Sekte Bintang. Tanpa terasa 10.000 tahun benar-benar telah berlalu sejak ia meninggalkan Sekte Bintang.
Di beberapa kehidupan sebelumnya, dia selalu berinkarnasi di keluarga kaya dan mencintainya. Dia hidup bergelimang harta, kekuasaan, dan cinta.
Tapi sekarang ....
Mengingat ucapan Raja Iblis hari itu, pasti pria itu akan menertawakannya habis-habisan dengan jahat.
Selain fakta bahwa ia hidup di desa terpencil, kondisi keluarganya sangat buruk. Ayahnya pergi entah kemana, dia sebatang kara bersama ibunya yang bekerja sebagai tukang cuci. Tapi baru-baru ini dia harus bekerja mengumpulkan ramuan, menjadi tulang punggung karena ibunya yang sakit keras.
Kehidupannya sangat susah!
Xia Chaoxing menerima upah dari pencarian ramuan di bukit. Beberapa koin perunggu sudah cukup untuk membeli beberapa obat di balai medis. Di tempat ia bekerja, dia langsung membeli obat.
Di masa lalu, Xia Chaoxing pernah menjadi putri dari seorang alkemis. Ia mengetahui banyak jenis obat-obatan dan pengetahuan medis. Sayangnya, dia tidak sempat mempelajari profesi alkemis karena Raja Iblis menemukannya sebelum itu tercapai.
"Yao Yao, sepertinya penyakit ibumu kian parah dari hari ke hari." Tabib yang menangani balai medis menghela napas sambil membungkuskan obat.
Xia Chaoxing hanya melihatnya, tidak mengatakan apa-apa. Dia menerima obat itu dan membayar. Sebelum keluar, dia menghentikan langkah sejenak dan berbalik untuk berkata, "Paman Xu, penyakit ibuku bukannya semakin memburuk."
Itu bukan penyakit, tapi kutukan! Sayangnya, Xia Chaoxing tidak dapat memberitahu. Dia hanya bisa membawa obat-obatan ini ke rumahnya yang berada jauh di pedalaman desa.
Dia berjalan di wilayah yang cukup sepi. Meski tidak kumuh, itu terdiri dari taman rumput pendek khas pedesaan. Hanya ada sedikit rumah di sini. Rumahnya terbuat dari kayu dan jerami.
Beruntung tempatnya berada tidak pernah terpapar salju. Selain hujan, mereka hanya ada musim kemarau. Itu adalah satu-satunya keberuntungan selain kenyataan kehidupannya yang sulit ini.
Selain mencari obat-obatan, Xia Chaoxing juga harus menjaga domba-domba di depan rumahnya. Jika bukan karena domba-domba titipan ini, ia dan ibunya mungkin tidak memiliki rumah untuk ditempati.
Ini sudah cukup bagus. Sekarang, pikirkan cara untuk menyelesaikan kutukan ibunya.
Memasuki rumah kayu, Xia Chaoxing langsung melihat ibunya yang terbaring lemah. Dia tidak langsung menghampiri, melainkan membawa obat-obatan untuk diseduh. Tangannya cukup telaten. Biasanya ia adalah orang yang dilayani. Namun, setelah mengalami hidup sulit ini, ia telah belajar untuk mandiri dan melakukan semua pekerjaan kasar sendiri.
Enam tahun sudah cukup baginya untuk menjadi mandiri. Dia telah memiliki kecerdasan sejak dilahirkan, jadi waktu yang ia miliki sangat cukup untuk merawat ibunya.
Mengenai kultivasi ....
Desa ini terlalu terpencil. Meski tidak sangat miskin, mereka masih asing dengan kultivasi. Saking sulitnya, di mata mereka, kultivator adalah dewa yang dapat membelah bumi dan langit.
Xia Chaoxing pernah menjadi orang terkuat 10.000 tahun yang lalu. Dia menggunakan kekuatan bintang untuk kultivasi, tapi saat ini tubuhnya tidak terlalu mendukung. Dia tidak memiliki cukup sumber daya!
Orang biasanya menggunakan kekuatan langit dan bumi untuk berkultivasi. Tapi jiwa Xia Chaoxing terbentuk dari serpihan bintang. Dia adalah setengah bintang dan berkultivasi menggunakan kekuatan bintang.
Untuk menyerap kekuatan bintang secara efektif, tubuhnya harus memiliki kriteria yang sesuai. Sumsumnya harus dibersihkan dari kotoran, kekuatan spiritualnya harus menjadi yang termurni. Dia juga harus memiliki tulang surgawi untuk menjadi fondasi utama.
Namun, desa ini tidak memiliki sumber daya yang dapat mendukung kultivasinya. Tulang surgawi juga tidak ada. Ia meninggalkannya di Sekte Bintang sebagai peninggalan. Selain dia, tidak ada yang bisa mengambil tulang surgawi, bahkan Raja Iblis sekalipun
Jadi rencananya adalah keluar dari desa ini dan mencari cara untuk melakukan kultivasi seperti orang biasa. Jika memungkinkan dan memiliki waktu, dia akan pergi ke Sekte Bintang untuk mengambil tulang surgawi.
Dewi Bintang menciptakan jiwanya untuk dilahirkan, mengendalikan kekuatan bintang dan takdir melalui Tuang Surgawi. Dengan adanya tulang surgawi, hanya satu langkah menuju kedewaan.
Sejauh ini, Xia Chaoxing tidak memiliki kesempatan memperkuat diri. Kesampingkan dendamnya untuk saat ini. Dia masih harus menyingkirkan kutukan ibunya.
Xia Chaoxing tidak tahu kutukan macam apa yang menjangkiti ibunya. Dilihat dari garis hitam di sekitar lehernya, itu benar-benar kutukan. Semakin hari, kondisinya semakin lemah seolah energi kehidupannya dikuras oleh sesuatu. Xia Chaoxing hanya bisa memberinya obat daya tahan yang mengandung banyak energi kehidupan.
Dia menyuapi wanita pucat yang terbaring lemah itu. Ketika melihat putrinya, dia langsung bangun dan bersandar untuk minum obat. Dia sangat pucat dan dingin.
Xia Chaoxing terlahir tanpa perasaan. Baru-baru ini ia mengalami lonjakan emosi akibat kebencian dan dendam yang dalam. Ini pertama kali baginya. Perasaan benci itu memunculkan perasaan manusia di hatinya seperti sedih dan gelisah. Itulah yang ia rasakan saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments