"Ne-nek...",gumam Aldo menatap ibu dari ayahnya yang kini berdiri di ambang pintu kamar.
"Apa maksud ucapanmu Arumi?",Kamila ibu dari Hasbi menatap penuh selidik pada menantunya itu.
Arumi tampak menegang, lidahnya terasa begitu kelu saat ini.Ia tak menyangka mertuanya akan datang secara tiba-tiba dan mendengar apa yang telah ia ucapkan.
"Arumi jawab!apa maksudmu jika Nisa bukan anakmu?.Kalian membohongiku?",tanya Kamila menatap satu persatu orang yang ada di sana.
"Ma.. duduklah dulu akan kami jelaskan",ujar Hasbi dengan lirih.
"Harus.Kalian harus menjelaskannya",ujar Kamila menatap tajam Arumi.
Arumi tak bisa berkutik saat ini.Mertuanya sangat menyayangi Nisa.Dan tadi ia mengatakan hal yang menjadi rahasia besar ia dan sang suami.
"Siapa dia diantara kalian yang akan menjelaskannya?",ujar Kamila.
"Ma....Nisa memang bukan putri kami, Nisa--
"A-apa?,jadi selama ini kalian membohongiku?",tanya Kamila yang terlihat syok.
"Bukan maksud kami membohongi Mama,tapi kamu memiliki alasan untuk mengadopsi Nisa.Putri kami yang dilahirkan Arumi meninggal dunia dan a-aku yang tidak ingin Arumi bersedih memutuskan saat itu mengadopsi Nisa dari seorang wanita yang tak sanggup merawat anaknya saat itu.Ia hanya hidup sendirian",jawab Hasbi menatap langit kamar sembari mengingat kejadian 23 tahun yang lalu.
"Dek Rumi baru lima tahun belakangan ini tahu jika Nisa bukan putrinya,Ma", sambung Hasbi.
"Jadi kamu tahu siapa orangtua kandung Nisa?", tanya Kamila.
"Iya...",angguk Hasbi lemah.
"Apakah Nisa pergi karena ini?", tanya Kamila.
Hasbi menggeleng."Bukan Ma,Nisa pergi karena Arumi terus menyalahkannya atas meninggalnya Sovia",jawab Hasbi.
"Apa apaan kamu Arumi.Bukankah kamu tau Via meninggal karena menyelamatkan Nisa.Lalu kenapa kamu malah menyalahkan Nisa yang tidak tau apa apa Rumi",cecar Kamila menatap menantunya yang diam saja sedari tadi.
"Hufffhh...kamu Aldo sampai mana kamu mencari keberadaan adik kamu itu?", sambung Kamila menatap Aldo yang terlihat juga diam saja.
"Nek...aku sudah mencari Nisa kemana saja kemungkinan dia pergi tapi hasilnya nihil Nek,aku belum kunjung menemukannya",jawab Aldo.
"Harusnya kamu menerima takdir ini Arumi bukan menyalahkan orang lain.Bukankah sebagai anak Nisa selama ini anak yang penurut dan juga menyayangi kamu Arumi?",ujar Kamila dengan nada suara dinginnya.
"Ma...Mama tidak merasakan apa yang aku rasakan.Aku kehilangan Via untuk selamanya Ma",jawab Arumi.
"Bukankah anak itu hanya titipan dan sewaktu-waktu Tuhan akan mengambilnya kembali.Siapa yang tidak kehilangan Arumi,saya juga merasa kehilangan.Tapi dengan kamu menyudutkan Nisa membuat Via pasti membencimu di alam sana.Nisa adalah adik kesayangan Via dan kamu tau itu Arumi",ujar Kamila.
Arumi tidak bisa menjawab apa apa lagi.Ia sungguh kehilangan kata kata saat ini.Sebagai seorang ibu Arumi sangat kehilangan Via.Tapi ucapan mertuanya begitu menohok di hatinya.
"Kamu lihat Hasbi, Arumi.Dia terbaring lemah karena kehilangan kedua putrinya sekaligus?.Mama tidak mau tau kalian bawa kembali Nisa ke rumah ini",ujar Kamila bangkit dari duduknya dan pergi dari sana.
***
Dion menatap tajam gadis yang kini duduk dihadapannya.Pagi ini ia terpaksa menemui mantan adik iparnya itu.Selama ini ia tak pernah dekat dengan mantan adik iparnya ini karena dia merupakan pria yang tak begitu mempedulikan sekitarnya.Fokusnya hanya pada Via yang mengandung darah dagingnya saat itu.
Begitu juga dengan Nisa yang kini berusaha bersikap tenang meski hatinya tak karuan saat ini.Untuk pertama kalinya ia duduk satu meja dan berdekatan dengan Dion.
Tak bisa Nisa pungkiri saat ini tatapan intimidasi Dion membuat nyalinya menciut.Namun ia berusaha bersikap tenang meski saat ini kedua telapak tangan terasa begitu dingin.
"A-ada apa Mas Dion menemui Sa--ya",tanya Nisa dengan terbata-bata.
Dion melipat kedua tangannya di depan dada menatap penuh intimidasi pada Nisa yang tampak gelisah."Saya mau membicarakan tentang wasiat Via",jawab Dion.Suara bariton pria itu membuat Nisa bergidik mendengarnya.
"Apakah surat itu asli?",tanya Nisa yang sampai saat ini masih meragukan keaslian surat wasiat itu.
"Kenapa?,kamu menolak menikah denganku?",tanya Dion balik bertanya mengangkat sebelah alisnya.
"A-aku--
"Apa?",tanya Dion namun Nisa diam saja.
"Sebenarnya aku tidak ingin menikahimu.Orang yang sudah membuatku kehilangan istriku.Tapi ini demi permintaan terakhir Via", sambung Dion.
"Mas... adakah cara lain selain ini untuk membatalkan semuanya.A-aku bersedia membantu merawat anak kalian tapi tidak dengan menikah",jawab Nisa.Entah darimana ia memiliki keberanian berbicara seperti itu.Yang jelas saat ini ia melihat Dion mengeraskan rahangnya.
"Tapi Papaku ingin kita menikah.Dan tidak ada yang bisa menolak perintah dari seorang Dirgantara, termasuk aku anaknya",ujar Dion dengan penuh penekanan.
Dion melempar sebuah map ke hadapan Nisa membuta gadis itu menatapnya bingung."Disana ada perjanjian pernikahan yang harus kamu patuhi.Kita menikah hanya diatas kertas dan demi Arsha",ujar Dion.
Nisa membuka map itu dan membacanya.Gadis itu menghela nafas berat meski isi surat perjanjian itu tidak merugikan dirinya karena mereka tidak akan pernah tidur satu kamar dan juga di larang mencampuri urusan masing-masing.Fokusnya hanya merawat Arsha saja tapi bukankah ini namanya mempermainkan sebuah pernikahan.
"Itu pernjanjian pernikahan kita dan jangan pernah berharap untuk benar-benar menjadi istriku.Kau bukanlah tipeku",ujar Dion begitu menohok membuat Nisa seketika tersentil.
Nisa sadar dia bukanlah gadis modis seperti mendiang Kakaknya yang selalu berpenampilan wah.Ia hanya gadis berpenampilan sederhana dengan menutup semuanya auratnya.Dibandingkan dengan mendiang Kakaknya ia bagaikan langit dan bumi tapi setidaknya ia nyaman dengan penampilannya yang bisa menjaga marwahnya sebagai seorang muslimah.
"Jika kamu bersedia tandatangani surat itu.Dan ya tentu saja kamu bersedia bukan?karena ini semua rencanamu yang ingin menggeser posisi Kakakmu", ucap Dion dengan begitu tajamnya.
Nisa menggeleng cepat dengan kedua mata yang berkaca-kaca.Ia tak pernah merencanakan apapun.Bahkan tak ada terlintas di ingatannya jika hal ini akan menimpanya."Ti-tidak Mas,aku--
"Jika kau setuju pernikahan ini akan di adakan dua hari setelah 40 hari meninggalnya Via",ujar Dion berdiri dari duduknya lalu memakai kembali kaca mata hitamnya dan pergi meninggalkan Nisa begitu saja.
Air mata yang Nisa tahan sejak tadi akhirnya tumpah juga.Tuduhan Dion melukai hatinya, ia tak pernah mau ada di posisi seperti ini.
Nisa mengusap sisa air matanya lalu menghembuskan nafas panjang.Dadanya semakin terasa sesak, semua orang menyudutkannya.Entah kenapa Tuhan memberikan ujian seberat ini padanya.
"Kak... kenapa harus Nisa, kenapa?", batin Nisa kembali membuang nafas beratnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Erwi Yanti
lu akan menyesal dgn kata2mu dion😡
2024-09-15
1
Rafinsa
sadis amat mulut lu Dion..
2024-09-11
0
Danny Muliawati
Dion itu ga tau apa via punya penyakit kanker ... JD sebel dg tingkah nya nyakitin nisa
2024-07-18
1