Dion menatap bayi mungil yang kini berada di dalam inkubator dengan tatapan tak terbaca.Ia tersenyum tipis saat bayi itu menggeliat pelan.Wajah bayi mirip dengan Via, sepertinya sang istri akan membuatnya susah untuk mulupakannya karena setiap ia memandangi sang putra wajah Via mendominasi.
Hanya lima menit waktu yang di berikan oleh Dokter,Dion kembali keluar dari ruangan steril itu.Pria itu mengucapkan terima pada Dokter anak yang sudah mengizinkannya untuk menemui sang putra.
Dion melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit menuju apartemennya.Tempat tinggalnya selama ini bersama Via.Dion sebenarnya sudah menyiapkan rumah untuk mereka tempati tapi Via inginnya setelah anak mereka lahir baru mereka akan pindah.
Dion mencengkram erat stir mobil mengingat kenangan bersama Via.Meski tidak banyak karena baru beberapa bulan ini ia mulai nyaman dengan Via tapi itu sukses membuat ia merasa kehilangan.Apalagi setelah ini ia harus merawat anak mereka yang akan seperti apa nantinya.Jika menyewa baby sitter ia tak semudah itu percaya di tengah maraknya baby sitter yang seringkali menganiaya anak asuhnya.
Dion memutar stir mobilnya balik arah kembali ke kediaman orangtuanya.Ia harus membicarakan ini semua dengan kedua orangtuanya.Ia harap ada solusi dari Mama dan Papanya tentang hal ini.Bagaimana pun juga ia gak bisa mengasuh putranya seharian karena ia harus bekerja.
Sampai di kediaman, tampak pelayan dan beberapa orang tengah menyiapkan tahlilan untuk nanti malam.Dion melangkah masuk mengabaikan semuanya, seperti keinginannya biarkanlah menjadi urusan Mamanya.
"Dion..."
Dion menghentikan langkahnya saat Papanya menyerukan namanya.Pria itu membalikan badan menatap pria paruh baya yang masih terlihat gagah di usia 59 tahun.
"Ada yang ingin Papa bicarakan denganmu",ujar Dirga pada putra sulungnya itu melangkah menuju ruang kerjanya di ikuti Dion dari belakang.
Dirga meminta sang putra untuk duduk dan meletakkan sebuah map diatas meja kerjanya.Pria yang memakai kaca mata itu ikut duduk di hadapan sang putra sulungnya.
"Apa ini Pa?",tanya Dion mengerut keningnya.
"Bukalah dan baca baru bertanya",jawab Dirga.
Dion mengambil map itu dan membukanya lalu membacanya.Pria itu terlihat terkejut dengan apa yang ia baca."Pa, lelucon apa ini.Aku tidak akan pernah melakukannya",ujar Dion menutup kembali map itu dan meletakkannya di atas meja.
"Itu adalah tulisan Via sendiri,dan itu adalah wasiatnya",jawab Dirga.
"Darimana Papa mendapatkan surat konyol ini",tanya Dion.
"Asisten pribadi Via,Leni",jawab Dirga.
"Bisa saja Leni memanipulasi semua ini,Pa",ujar Dion.
"Kamu bisa mengenali tulisan dan coretan tandatangan Via,kan?",tanya Dirga menatap penuh selidik sang putra sulung.
"Pikirkan anak kamu Dion,dia butuh sosok seorang ibu.Papa yakin kamu tidak akan bisa merawatnya sendirian karena pekerjaan kamu yang sering meninggalkan tanah air", sambung Dirga.
"Tapi Pa,ini tak semudah yang Papa pikirkan.Via baru dimakamkan beberapa jam yang lalu,Papa malah membicarakan permintaan terakhir Via.Kapan dia menulis wasiat konyol ini?",jawab Dion.
"Kamu bisa menanyakan langsung kepada asisten pribadi Via,karena hanya gadis itu yang dua puluh empat jam bersama istrimu",ujar Dirga.
"Hufffhh...",Dion membuang nafas beratnya.
"Pikirkan lagi anakmu Dion,dia butuh sosok seorang itu yang bisa mengasuhnya dengan tulus.Dan Via sudah memilih siapa yang akan menjadi ibu sambung dari anak kamu",ujar Dirga.
"Papa rasa tidak ada salahnya Dion,dia gadis yang baik dan juga sopan dan lemah lembut.Dia akan menjadi ibu yang baik dan juga istri yang--
"Pa...",ujar Dion penuh penekanan menatap pria paruh baya yang menjadi panutannya itu dengan tatapan memohon.
"Pikirkan dulu Dion,masih ada waktu 39 hari lagi", ucap Dirga.
Dion pamit dari ruangan Dirga tanpa ia menyadari seseorang tengah menguping pembicaraan keduanya dan kini orang itu bersembunyi di balik tembok.
"Apa isi surat wasiat itu dan siapa yang dipilih Via untuk menjadi ibu sambung anak Dion?",gumam orang itu lalu pergi dari sana lalu memasuki kamarnya.
***
Nisa sudah membereskan beberapa barangnya ke dalam koper.Ia berencana akan pergi dari rumah ini sesuai permintaan Arlan.Ia tidak ingin kedua orangtuanya menjadi korban berikutnya dari pria itu.Arlan itu psikopat menurut Nisa dan juga sangat nekat.Ia tidak pernah bermain-main dengan ucapannya.
Nisa mengambil foto keluarga yang ada di figura kamarnya lalu memasukkannya kedalam kopernya.Hanya itu yang ia punya nantinya jika ia merindukan Ayah, Bunda dan juga Abangnya.
Nisa menyimpan kopernya di sudut kamar,ia berencana pergi setelah acara tahlilan selesai diadakan.Ia akan pergi tanpa pamit pada kedua orangtuanya karena percuma Bundanya tak sudi melihatnya lagi.
Nisa melangkah keluar kamar berniat mengambil makanan karena ia belum makan apapun sejak tadi malam.Perutnya terasa begitu keroncongan saat ini.
Nisa menghentikan langkahnya saat tak sengaja mendengar pertengkaran kedua orangtuanya.Hal itu membuat Nisa semakin yakin untuk pergi,ia tak ingin kedua orangtuanya yang selama ini hampir tak pernah ribut selalu bertengkar seperti tadi hanya karena dirinya.
Nisa mengambil makanan dan membawanya ke kamar.Ini adalah makanan terakhir yang ia nikmati dirumah ini.
Acara tahlilan Via berjalan dengan lancar, sesuai keinginan Hasbi tahlilan akan diadakan dua malam berikutnya lagi.Nisa yang duduk di sudut ruangan hanya menyimak saja meski sesekali Aldo meliriknya.
Semua orang sudah membubarkan diri,Nisa membantu beberapa hal lalu kembali masuk kedalam kamarnya.Gadis itu duduk di bibir ranjangnya memindai isi kamar yang ia tempati semenjak ia kecil.Begitu banyak kenangan di kamar ini bersama almarhumah Kakaknya.Tanpa sadar air mata gadis itu kembali jatuh membasahi pipinya.
"Kak...Nisa rindu", bisik Nisa di dalam hati merapalkan beberapa dia di dalam hatinya untuk ketenangan sang Kakak di alam kuburnya.
Hari semakin larut,Nisa meletakkan sepucuk surat diatas nakas lalu menyeret kopernya keluar kamar.Gadis itu melangkah dengan berat hati meninggalkan rumah yang menjadi tempat pulangnya selama ini.
Nisa memandangi sejenak hunian sederhana itu sebelum masuk ke dalam taksi online yang sudah ia pesan.Tujuannya saat ini adalah panti asuhan tempat selama sering ia kunjungi diakhir pekan.
Nisa ingin sekali pamit kepala kedua orangtuanya dan juga Abangnya tapi ia tak kita untuk itu.Terlalu sakit baginya jika nantinya sang Bunda kembali mengatainya.Biarlah sejenak ia menjauh dan membiarkan waktu yang berbicara mengungkapkan kebenarannya.Rahasia besar yang ia tutupi selama ini demi kebahagiaan semua orang salahsatunya Dion.
Biarlah semua orang membencinya dan mengatakan jika dialah penyebab meninggalnya Via.Tapi Nisa yakin cerita atau lambat semuanya akan terkuak dengan sendirinya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Fani Indriyani
Ada rahasia apa yg diketahui Nisa tntang Arlan ya 🤔🤔
2025-01-10
0
Sweet Girl
Ada drama apa ya... kira kira...???🤔
2025-02-11
0
💝Di@n_N@di@💞
masih banyak typo... banyak kalimat ga nyambung ya
2024-10-29
0