Nisa membuka kedua matanya dan memindai seluruh ruangan.Kepalanya terasa berdenyut nyeri dan ia mencoba untuk bangkit dari pembaringan.Tak ada satupun di ruangan ini menemaninya.
"Kak Via...", lirih Nisa saat teringat akan Kakaknya yang terakhir ia ketahui keadaannya harus menjalani operasi Caesar untuk menyelamatkan bayi yang ada di dalam kandungan Kakaknya.
Buru-buru gadis itu turun dari ranjang tempat tidur rumah sakit.Dua jam yang lalu ia jatuh pingsan dan Aldo meminta Dokter memeriksa keadaannya.
Dengan langkah tertatih ia keluar dari ruangan perawatannya.Ia harus memastikan keadaan Kakaknya saat ini.
"Dek...kamu sudah siuman?, kenapa--
"Abang...aku mau ke Kak Via,aku ingin tau keadaaannya", lirih Nisa dengan air mata membasahi kedua pipinya.
Tiba tiba raut wajah Aldo berubah sendu,air mata pun jatuh membasahi kedua pipinya dan segera ia hapus lalu tersenyum tipis pada Nisa.
"Via...dia--koma setelah melahirkan anaknya",cicit Aldo.
"Ya Allah Kak Via...", histeris Nisa terduduk lemas di lantai rumah sakit.
"Ini semua salah aku Bang,andai aku tidak meminta Kak Via menemani aku semua ia tidak akan terjadi",isak Nisa menangis tergugu.
"Nisa... sudah!.Jangan menyalahkan dirimu sendiri.Ini sudah takdir Allah",jawab Aldo mensejajarkan tubuhnya dengan sang adik.
"Hiks....hiks...hiiks... tapi-- ini memang salahku Bang",isak Nisa.
"Nis--
"Kak Via mengorbankan dirinya untuk menyelamatkanku Bang.Andai Kak Via tidak mengorbankan dirinya mungkin saat ini akulah yang terbaring koma Bang.Itu lebih baik dari pada aku melihat Kak Via seperti ini Bang", histeris Nisa.
"Nisa... cukup!.Abang gak mau kamu terus menerus menyalahkan takdir.Berdirilah dan kembali ke ruangan rawatmu!",ujar Aldo dengan tegas.
"Aku ingin melihat keadaan Kak Via,Bang",jawab Nisa kekeuh.
"Jangan ngeyel Nisa.Disana sudah ada Ayah, Bunda dan juga suami Via",tutur Aldo.
"Tapi--
"Kamu masih terlihat pucat Nisa, istirahatlah!",ujar Aldo lalu melangkah meninggalkan Nisa yang melihat kepergiannya.
Dia ingin Abangnya memeluknya sekali saja untuk menenangkannya tapi itu tak pernah ia dapatkan dari sejak ia kecil.Aldo selalu menjaga jarak padanya padahal sebagai anak bungsu ia ingin di manja oleh Kakak laki-lakinya.
Nisa kembali tergugu dan diam diam melangkah mengikuti Aldo dari belakang.Ia ingin tau keadaaan Via yang sebenarnya.Ia ingin memastikan sendiri keadaan Kakaknya itu.
Nisa menghentikan langkahnya saat dari kejauhan, Bundanya meraung menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa Kakaknya dan ia tak mempermasalahkannya memang semua ini gara gara dirinya.
Di depan ICU sana semuanya orang tampak berkumpul kecuali suami dari Via,Nisa tak melihatnya.Disana juga terlihat kedua mertua Kakaknya yang duduk di bangku tunggu.
Nisa tak ingin mendekat karena takut membuat suasana semakin memanas.Ia masih mendengar wanita yang melahirkannya menyalahkan dirinya meski ayahnya sudah mengatakan jika ini takdir.
Nisa memilih untuk duduk sedikit menjauhi dari semua orang.Namun tiba tiba saja beberapa dokter tampak berjalan tergesa-gesa menuju ruangan ICU dimana saat ini Kakaknya dirawat.Dan tak lama terlihat Kakak iparnya keluar dari wajah lusuh dan raut wajah sedihnya.
Kondisi Kakaknya semakin parah,itu yang ia dengar dari ucapan Kakak iparnya.Nisa tak bisa menahan tangisannya.Takut terjadi hal buruk pada sang Kakak yang selama ini begitu menyayanginya.
Tak lama salah satu Dokter tampak keluar memberikan kabar yang membuta langit Nisa seketika runtuh dan gelap.Kakaknya meninggalkannya untuk selamanya setelah berjuang selama satu setengah jam untuk hidup setelah melahirkan anaknya.
Rasanya saat ini Nisa seakan melayang dan merasa ini hanya mimpi belaka.Tapi kenyataan tidak seperti itu.Semua ini nyata dan dia melihat sendiri dengan mata kepalanya Bundanya menangis tergugu dan suami dari Kakaknya masuk kembali kedalam ruangan ICU itu bersama kedua orangtuanya.
Nisa perlahan berjalan menghampiri kedua orangtuanya dengan langkah beratnya dan kepala yang semakin berdenyut nyerinya.Air mata terus mengalir di pipi mulusnya dan tatapan mata yang kosong.
"Bun--da....", lirih Nisa berdiri tak jauh dari wanita yang terlihat histeris itu.
Ayah,Bunda dan Abangnya menoleh menatap kearahnya dengan tatapan berbeda.Nisa melihat aura kebencian dimata Bundanya dan itu membuatnya semakin sakit dan bersalah.
"Puas kamu membuat putriku meninggal,hah?",racau sang Bunda padanya.
"Dek...jaga emosi kamu", bisik Hasbi Ayah dari Nisa pada sang istri.
"Gara-gara dia putri kita meninggal,Mas", lirihnya menunjuk Nisa yang berdiri mematung.
"Nis...ayo pergi dari sini.Kasihan Bunda histeris melihat kamu ada disini!",ujar Aldo.
"Tapi Bang aku ingin melihat Kak Via untuk terakhir kalinya",jawab Nisa.
"Jangan ngeyel Dek,semua orang disini menyalahkan kamu", bisik Aldo pelan.
"Bang... a-aku...
"Pulanglah!",ujar Aldo dengan wajah dinginnya.
Nisa menggeleng pelan."Aku ingin melihat Kak Via untuk terakhir kalinya, Bang.Aku mohon?", lirih Nisa.
"Mengertilah Nis.Abang tidak mau melihat kamu disalahkan oleh mereka",ujar Aldo dan kini dengan tatapan memohon pada Nisa agar gadis itu pergi.
Nisa mengangguk pelan dan mundur ke belakang lalu pergi dari sana dengan hati dan langkah yang tidak sinkron.
Sementara itu di dalam di ruangan ICU,Dion tampak menundukkan kepalanya dengan kedua bahu bergetar menandakan pria itu menangis.Ia terus memegangi jemari Via yang sudah terasa dingin.
"Dion... ikhlaskan Via,Nak.Ingat kamu masih punya tanggungjawab yaitu anak kalian yang saat ini ada di ruang NICU",ucap sang Mama mengusap bahu sang putra sulung.
Dion menegakkan kepalanya, terlihat kedua matanya memerah karena menangis.Ia tak menyangka jika tiga jam yang lalu adalah waktu terakhir ia mendengar suara manja sang istri yang menghubunginya meminta izin untuk pergi bersama adiknya.
"Ya Ma...", angguk Dion.
***
Langit mendung seakan tau isi hati orang-orang yang ditinggalkan.Hanya isak tangis mengiringi pemakaman pagi ini dari orang-orang yang ditinggalkan.
Tak jauh dari sana seorang gadis berkerudung hitam berdiri di bawah pohon menatap kerumunan orang yang mengiringi pemakaman sang Kakak.
Ya Nisa,dia tak berani mendekat karena semalam Bundanya memintanya untuk tidak hadir dan menampakkan diri di pemakaman Kakaknya.Ya dia memang tak menghadiri tapi melihat dari jauh itu sudah cukup baginya.
"Kak..maafkan Nisa",gumam Nisa menghapus dengan kasar jejak air matanya.
Setelah semua orang membubarkan diri,Nisa melangkah menuju makam sang Kakak dengan mengenggam buket bunga mawar putih yang merupakan bunga kesukaan sang Kakak.
"Kak....", lirih Nisa mengusap nisan yang bertuliskan SOVIA MUSTIKA Binti Hasbi Abdullah lalu meletakkan buket bunga itu diatas pemakaman sang Kakak.
"Maafkan aku Kak", lirih Nisa dengan kepala tertunduk.
"Harusnya kamu yang mati tapi Via malah mengorbankan dirinya",ucap seseorang di belakang Nisa.
Deg
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Sweet Girl
Huh! bikin kaget aja nie orang.
2025-02-11
0
Sweet Girl
hmm bukan anak kandungnya si Nisa.
2025-02-11
0
Anonymous
keren
2024-11-06
0