Nisa menoleh ke belakang, seorang pria berpakaian rapi tersenyum miring padanya.Nisa mengusap sisa air matanya dengan kasar menggunakan punggung tangannya lalu kembali berdiri menatap pria itu.
"Apa maksudmu Mas?",tanya Nisa.
"Kau sudah tau maksudku kan?",jawab pria itu menatap tajam Nisa.
"Jangan bilang kamu dalang dari balik semua ini Mas",ujar Nisa menatap nyalang pria yang memiliki tinggi 180 cm itu.
"Hahaha...aku sudah memperingatkan sebelumnya Nisa tapi kalau melanggarnya",jawab pria itu tertawa dengan cukup keras.
"Aku sudah tutup mulut Mas sesuai keinginanmu.Tapi kenapa kamu--
"Aku melanggarnya Nisa.Aku juga melarangmu untuk berdekatan dengan Via.Tapi kalian kemarin malah terlihat bersama,jadi jangan salahkan aku",jawab pria itu acuh.
"Biadap kamu Mas.Kak Via adalah Kakakku jadi wajar jika kami dekat.Dimana salahnya?",tanya Nisa menatap penuh kebencian pada pria itu.
"Salah Nisa.Aku meminta kamu untuk pergi dari keluarga itu.Tapi kamu malah--
"Kamu takut rahasiamu terbongkar,iya kan Mas?. Mungkin aku akan tutup mulut tapi ingat,tidak selamanya bau busuk itu akan tersimpan rapi",jawab Nisa.
"Berani kamu sekarang,hm?",desis pria itu mencengkeram kuat dagu Nisa.
"Sa--kkiit...Mas.Lepaskan!",lirih Nisa.
"Jangan pernah menentangku Nisa jika kamu tidak ingin hidupmu akan berakhir seperti Kakakmu.Gadis pembunuh sepertimu tidak layak hidup",ujar pria itu.
"Lepas Mas Arlan...", pekik Nisa tertahan.
"Aku bukan pembunuh tapi kamu Mas yang sudah membunuh Kakakku",jawab Nisa.
"Hahaha...mungkin iya aku yang membunuhnya dengan ketidaksengajaanku karena target awalku adalah kamu.Tapi Via malah mengorbankan nyawanya demi gadis sepertimu",ujar pria itu melepaskan cengkeramannya dengan kasar.
"Ingat,Nisa.Jika kamu tetap dirumah itu mungkin besok kamu akan melihat pemakaman orangtuamu", ancam pria itu lalu pergi dari sana meninggalkan Nisa yang tampak tak berdaya.
"Apa yang harus aku lakukan Kak", lirih Nisa di depan pemakaman Kakaknya.
Setelah matahari meninggi,Nisa pergi dari pemakaman itu dengan langkah gontainya.Ia harus kembali sebelum orang dirumah menyadari jika tidak berada dikamarnya.
Aldo melarangnya datang ke pemakaman karena Bundanya terus menyalahkannya atas apa yang terjadi pada Via.Sakit,itu yang ia rasakan saat wanita yang melahirkannya menuduhnya seperti itu.Bukan inginnya di selamatkan dari kejadian naas itu.
Via menelusuri jalan setapak menuju rumahnya yang letaknya memang tak jauh dari pemakaman.Ia sengaja lewat sana karena ujung jalan setapak itu berada tepat dibelakang rumahnya.
Sesampainya di belakang rumah,Nisa tertegun saat melihat sang Bunda menatapnya tajam.Gadis berhijab itu tertunduk karena takut akan kemarahan sang Bunda.
"Dari mana kamu?",tanya Arumi degan suara dingin.
"A-aku-- da-ri pemakaman Bun--da",jawab Nisa dengan kepala tertunduk dan kedua tangannya meremas ujung hijab yang ia kenakan.
"Bukankah aku sudah memintamu untuk tidak datang kesana", ucap Arumi menaikan nada suaranya sehingga Nisa tampak tersentak kaget.
Nisa makin tertunduk.Untuk pertama kalinya dalam hidupnya Arumi membentaknya dan itu membuat hatinya terluka.
"Maaf Bunda...", cicit Nisa.
"Kamu memang anak pembawa sial,kamu membunuh putriku Nisa.Kamu pembunuh", pekik Arumi histeris membuat Hasbi yang kebetulan berada di dapur berhamburan keluar melihat apa yang terjadi.
"Tidak Bunda...Nisa bukan pembunuh", geleng Nisa bersimbah air mata.
"Harusnya kamu, tapi kenapa malah putriku yang--
"Dek...cukup,tahan emosi kamu",Hasbi memeluk sang istri untuk menenangkannya.
"Mas...dia membunuh anak kita",isak Arumi.
"Dek Rumi, ini takdir.Jangan lagi menyalahkan Nisa",ujar Hasbi dengan lembut.
"Tidak Mas... aku--
"Bunda...maafkan Nisa.Tapi Nisa mohon jangan membenci Nisa Bunda.Nisa juga terpukul dengan kepergian Kak Via",ujar Nisa yang sudah bersimpuh di kedua kaki Arumi.
"Jangan lagi memanggilku Bunda,aku--
"Jangan bicara seperti itu Bunda.Aku juga putrimu sama seperti Kak Via",isak Nisa memeluk kedua kaki Arumi.
"Jangan menyentuh kakiku", Arumi melangkah masuk kedalam rumah meninggalkan Nisa yang terduduk di atas tanah.
"Nisa...maafkan Bunda,dia butuh waktu untuk menerima keadaan ini", ucap Hasbi membantu Nisa berdiri.
"Iya Ayah.Bagaimana dengan anak yang di lahirkan Kak Via?",tanya Nisa.
"Bayinya laki-laki, masih di rumah sakit karena lahir prematur",jawab Hasbi.
"Masuklah ke kamarmu Nak!",ujar Hasbi menepuk pelan pundak Nisa.
"Iya Yah...", angguk Nisa.
***
Dion menatap foto pernikahannya dengan Via, pria itu mengusap foto dimana Via tersenyum begitu sangat manisnya.Meski pernikahan mereka awalnya karena kesalahan satu malam dan harus membuat Dion bertanggungjawab atas semua nya, tapi ia sudah mulai menerima Via dan belajar mencintai wanita itu.
Ceklek
"Dion... boleh Mama masuk?",tanya Raisa sang Mama.
Tak ada sahutan dari Dion, pria itu tampak larut dalam lamunannya membuat Raisa menggeleng pelan.
"Dion...ayo makan dulu Nak,kamu belum memakan apapun dari tadi pagi. Sedih boleh tapi ingat anak kamu membutuhkan kamu juga setelah ini",ujar Raisa dengan lembut.
"Ma...Dion akan membalas orang yang sudah membuat Via meninggal",jawab Dion tatapan penuh dendam.
"Siapa yang kamu maksud Dion?", tanya Raisa.
"Nisa.Dia yang menyebabkan semua ini terjadi.Ini rencana gadis itu Ma",jawab Dion.
"Tidak.Mana mungkin gadis lugu seperti Nisa melakukan semua ini Dion.Kamu harus memastikannya, jangan sampai kamu salah orang dan menyesalinya Nak",ujar Raisa.
"Semuanya sudah aku selidiki Ma",jawab Dion.
"Mama hanya mengingatkan kamu.Jangan sampai karena dendam kamu hancur Dion.Ingat,memaafkan jauh lebih baik Nak,ini takdir.Via yang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Nisa",ujar Raisa.
"Mama turun dulu, ingat kamu harus makan.Mama sudah memasakkan makanan kesukaan kamu", sambung Raisa lalu melangkah pergi dari kamar anak putra.
Dion akhirnya keluar kamar dan melangkah menuju meja makan.Disana sudah tersedia menu kesukaannya.Pria itu mengambil makanan dan langsung menyuapnya meski rasanya begitu hambar.Rencananya setelah ini ia akan ke rumah sakit untuk melihat putranya.
"Aku turut berdukacita Bang", seorang pria yang merupakan adik Dion datang menghampiri nya membuat Dion menghentikan suapannya.
"Arlan...kamu darimana saja?.Kenapa kamu tidak hadir di pemakaman Kakak iparmu", cecar Raisa saat memasuki ruang makan.
"Aku ketiduran Ma,maaf",jawab Arlan sekenanya.
"Selalu saja begitu", sungut Raisa.
Dion mengabaikan pembicaraan keduanya,ia memilih menyudahi makannya, selera makannya sudah hilang karena kedatangan Arlan.Pria itu bangkit dari duduknya meninggalkan Arlan yang tersenyum sinis.
Hubungannya dengan Arlan tidak pernah akur sejak dulu.Mereka seringkali berseteru dalam hal apapun.Meski mereka Kakak adik tapi Dion jauh lebih tampan dari pada Arlan yang memiliki warna kulit coklat mewarisi warna kulit Papanya.Sedangkan Dion memiliki warna kulit putih bersih dan juga tubuh jauh lebih tinggi dari Arlan yaitu hampir 190cm mewarisi kulit sang Mama.Juga dalam prestasi dan bisnis Dion juga jauh lebih unggul.
Dion mengendarai mobilnya menuju rumah sakit untuk melihat putranya yang kini masih berada di rumah sakit.Ia ingin melihat rupa wajah sang putra yang semalaman belum sempat ia lihat karena harus mengurus kepulangan jenazah sang istri.Untuk tahlilan biarlah menjadi urusan Mamanya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Sweet Girl
O'oooo ada rahasia dengan Arlan...??🤔
2025-02-11
0
Sweet Girl
Sopo kui Arlan, kok jahat kali.
2025-02-11
0
#ayu.kurniaa_
.
2024-09-30
0