Penjahat yang telah sangat dekat dengan Soni langsung menghantamkan satu tendangan kerasnya ke arah Soni. Terlihat jelas kalau tendangan kaki itu seperi di lapisi aura En-Gib berwarna Biru tua.
Sementara Soni, ia langsung menangkis tendangan itu dengan kedua lengannya yang juga ia lapisi dengan En-gib Skin Perisai berwarna merah.
Dengan cepat Soni memegang kaki Penjahat itu dengan kedua tangannya, sehingga membuat Penjahat sedikit kehilangan keseimbangannya. Di saat Penjahat mau memblokir Soni dengan tendangan kaki satunya lagi, tiba-tiba Sina melempar batu cukup kuat ke arah Penjahat dan membuat kepala Penjahat itu terluka sampai berdarah, dan membuat Penjahat urung untuk menendang Soni karena merasakan sakit.
Saat di rasa Soni bandit itu sedang lengah, seketika itu juga ia langsung dengan sangat cepat menarik kaki musuhnya guna sebagai kekuatannya agar bisa meluncur melesat melewati kolong kaki bandit.
Posisi Soni yang telah berada di belakang Penjahat membuatnya langsung dengan sangat mudah menaiki tubuh belakang Penjahat itu dan langsung melilit leher serta kedua tangan Penjahat dengan kuncian, sampai-sampai membuat kedua tangan Penjahat itu tidak bisa bergerak.
Penjahat merasa terpojok, ia meringis berekspresi tertekan. "Sialan untuk ukuran bocah seumurannya kenapa tenaganya kuat sekali dan dia juga sangat lincah ... cihh, sepertinya kuncian ini adalah teknik Silat dari Benua Timur," batinnya sambil berusaha melepaskan lengan dan kaki Soni yang telah mengunci lengan, leher serta tubuhnya.
Soni yang merasa kuncinya telah sempurna akhirnya ia berteriak menyeru kearah kedua saudaranya, "Cepat lariiiii ...! Kaak ! bawa Nisa pergi! aku menahannya- ...."
"lepaskan bocah sialan ..! Tidak akan ku biarkan mereka kabur," Timpalan Penjahat kepada Soni sambil masih berusaha melepaskan diri, lalu ia juga meneriaki Sina dengan ucapan yang beringas, "Hei ...! kau boca sialan, awas kau ya, ku membunuh kau, berani nya kau melukai kepalaku ... sialan-"
Di saat bersamaan, Sina dan Nisa malahan tidak bergerak untuk pergi, mereka berdua justru nampak sedang berekspresi kebingungan, di batinnya Sina, ia berkata sambil sesekali bergantian melirik kearah Soni dan Nisa, "Tidak mungkin ... tidak mungkin aku tinggalkan Soni, Aku tidak ingin kehilangan keluargaku lagi, untuk apa aku selamat kalau Soni tidak? ... Ayo berpikirlah Sina! selamat kan Soni, tidak mungkin Soni bisa kabur dalam keadaan seperti itu, aku tahu batas kemampuannya."
Soni kembali menyahuti Sina dan Nisa dengan ekspresi marah dan teriakan kencang, "Cepatlah Kakak bodoh ..! bawa Nisa pergi, Kenapa kalian diam saja? jangan melamun pergilah aku tidak tahan lagi, cepat ...!"
"Kakak- ..." gumam Nisa yang hanya bisa melamun cemas dan gugup saat bergantian menatap kedua kakaknya.
"Nisa cepat lari ... nanti kami akan menyusul ... larilah ... kau bisa cari bantuan cepat pergilah," Seruan Sina dengan tegas.
"Tapi ... Kak- ..." gumam Nisa dengan gugup sambil meneteskan air mata.
Tanpa berpikir panjang lagi Nisa langsung berbalik kebelakang untuk segera pergi berlari, namun baru saja satu langkah tiba-tiba lajunya terhentikan ketika menyadari suara teriakan kesakitan dari kakak Soni nya.
Ternyata Penjahat itu menabrakkan tubuh Soni ke pohon yang ada di belakangnya dengan sangat keras dan bertubi tubi sambil berkata dengan kesan mengejek dan berekspresi beringas,, "Rasakan itu, rasakan ... rasakan ... Bagaimana sakit kan? Mau itu Teknik Silat, taekwondo, karate, Ninja sekalipun, tetap saja kau tidak akan bisa melawanku, bocah bodoh, lemah tetap saja lemah teknik tidak akan mempengaruhi mu ... whahahahha."
Mendapatkan siksaan yang sangat tidak terduga membuat Soni tidak berdaya dan berteriak keras, "Akhhh ... huwak." Sampai membuat darah mengalir dari kepala bagian belakangnya bersamaan dengan memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya.
Melihat kejadian itu, membuat Nisa berteriak kencang sambil menangis, "Hentikaan ...! Aku mohon hentikan, ... ambillah barlang kami ini Tuan! jangan bunuh kakakku, aku mohon jangan siksa dia lagi!"
Sina yang juga melihat kini terlihat sangat marah bercampur sedih saat melihat saudara laki-lakinya tidak sadarkan diri bersimbah darah. Mata Sina melotot tajam dan memerah, napasnya pun memburuh tidak beraturan.
Penjahat kejam yang sebelumnya mengabaikan seruan Nisa kini ia melirik kembali kearah Sina dan Nisa sambil mengulas senyum seringai dan berkata, "Sekarang giliran kalian juga."
Sina yang di penuhi amarah dengan sangat cepat langsung berlari sambil melempar banyaknya batu bertubi-tubi yang ada di sekitaran laju larinya ke arah penjahat dan berteriak kencang, "Kurang ajar, awas kau, hiaaaa ..."
Melihat tindakan Sina membuat Nisa semakin panik dan berteriak, "Hentikan kak ...! sudahlah, aku tidak peduli lagi dengan kalung ini, aku mohon berlhentilah melawannya, aku tidak ingin kalian mati."
Penjahat yang hanya berdiam diri nampak terkekeh saat melihat apa yang di lakukan Sina itu hanya bisa sebatas melempar batu. "Melempar batu ya ... Cihhhh?! Kelihatannya kau tidak bisa menggunakan En-gib, ternyata kau itu sangat lemah dari adikmu tadi ya hahaha," ujarnya sambil dengan sangat mudah ia menghindari banyaknya batu yang mengarah ke wajah dan tubuhnya.
"Tutup mulutmu ...!" Teriak Sina yang hampir mendekati musuhnya sambil masih melempar batu.
Di tengah ia yang sedikit kagum dengan gerakan cepat Sina cepat seperti menggunakan teknik Ninja, tiba-tiba saja tanpa di sadarinya satu batu yang entah dari mana untuk kedua kalinya berhasil mengenai kepalanya sampai dengan berdarah.
Namun di saat itu juga akhirnya Dia menyadari kalau batu yang mengenai kepalanya itu adalah batu yang di pantulkan Sina di batang pohon yang berada di atas kepalanya sendiri.
Saat di rasa Sina, Penjahat telah lengah, dengan gerakan lincah teknik silatnya ia pun langsung menghantamkan pukulan tangan kanannya yang cukup kuat ke arah wajah Penjahat, sementara Penjahat yang memiliki insting tajam membuatnya dengan sangat cepat dapat menghindar, namun tidak terduga serangan lanjutan dari kaki kiri Sina yang lebih cepat berhasil menghantam wajah Penjahat itu sampai mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.
Meskipun Penjahat itu telah menerima luka yang bertubi-tubi namun semua itu tidak berpengaruh padanya, seketika itu juga lukanya dapat beregenerasi cepat sembuh kembali, dan membuat Sina tercengang cemas, dia juga kesal kenapa dia tidak sadar kalau sebenarnya luka bandit ini telah regen sejak awal dari saat pertama dia melukai kepala bandit menggunakan batu.
Belum sempat Sina menghindar untuk mundur, seketika lehernya langsung di cekik oleh Penjahat itu, lalu di hempaskan tubuh Sina ke tanah dengan sangat keras sampai membuat Sina muntah darah dan menjelitkan bola matanya "Huawakkkk ...."
Penjahat itu menyiksa Sina dengan injakan dan tendangan kakinya yang terus dilakukan sambil mengumpat kesal seperti psikopat gila, "Rasakan ini- rasakan ini ... bagaimana sakit kan? ... beraninya kau membuat kepalaku terluka dasar binatang. Hebat juga kau ya, aku terkesan, walaupun kau tidak bisa menggunakan En-gib tapi ternyata kau pintar juga, tapi itu percuma cecunguk, lemah tetaplah lemah ... hahahaha ... rasakan ini rasakan ini ... ."
Sina yang tidak berdaya hanya bisa merintih kesakitan dan batuk darah. "Akh ... aku tidak sanggup lagi," batinnya yang telah pasrah jika kematian harus menghampirinya kembali.
Di tengah siksaan itu Sina sempat berfikir apakah mungkin jika dia mati lagi dia akan bereinkarnasi kembali, jika iya apakah dia akan tetap hidup di Dunia ini atau justru kembali di dunia asalnya Bumi atau mungkin saja di Dunia lainya??
Tapi Sina tidak rela jika harus mati lagi, dia sudah cukup nyaman berada di Dunia ini, dia harus melindungi kedua adiknya, karena mereka satu-satunya keluarga yang tersisa yang sangat berarti dalam hidupnya.
...****************...
...To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments