"Za, Aku sudah menetapkan hati untuk terus bertahan." ucap Lara kepada Zara.
"Iya Lara, Namanya juga tangga kehidupan La, kemanapun kamu melangkah akan ada ujiannya La. Kamu enggak nikah akan ada ujiannya, kamu nikahpun juga ada ujiannya, bukan?" ucap Zara kepada Lara.
"Kemarin aku ketemu keluarga besar, orangtuaku sangat bangga karena aku sudah menikah, aku enggak tega jika bercita- cita besar menjadi Janda, mulai sekarang aku akan berjuang bertahan hidup mempertahankan pernikahan, keluarga besarku tidak ada yang mempunyai riwayat kehidupan bercerai, Za." ucap Lara kepada Zara.
"La, gua cuma bisa berdoa buat elu, keputusan semuanya ada di elu, lu kan yang menjalani hidup lu la." ucap Zara kepada Lara.
"Za, kadang gua kangen sama mantan-mantan gua dulu." ucap Lara kepada Zara.
"La, lu kangen sama suami gua?" ucap Zara kepada Lara.
"Bukan kangen untuk memiliki, tapi sikapnya yang mempunyai jiwa sama- sama "empath", empati, bukan suami lu aja yang gua kangenin tapi Mas Reno dan Mas Abims pun. Suami gua enggak ada jiwa empati nya sama sekali sama gua Za, tapi sama orang- orang dia super baik Za, gua heran, bahkan gua nangis pun, dia enggak ada rasa kasihannya malah kayak menantang jiwanya untuk semakin menyakiti gua Za, itu terlihat dari sikap dan sorot matanya, Demi Allah, gua enggak bohong, Za😭." ucap Lara kepada Zara.
"Iya sih La, dari cerita elu ke gua, padahal tiap hari elu ladenin dia bikinin bekal, tiap hari lu ladenin nafsunya dia sebagai Pria, lalu lu cucian lah bajunya, lu setrikain bajunya, lu rapikan semuanya baju di lemarinya, kalau dia laper malem-malem pun atau minta jatah lampiaskan seksual padahal lu lagi lelah pun, lu ladenin kan keinginan dia, tapi dia kayak nuntut lu kerja lah, trus sikap dan sifat dia semuanya aja, kayak bocah dan bujang yang enggak punya tanggung jawab istri."
"Lu kayak jadi Ibu buat dia La, bukan jadi istrinya, masalah keuangan dan komunikasi pun dia enggak terbuka sama sekali sama elu, kayak bocah yang umpet- umpet sesuatu dari Ibunya, jika si bocah ketahuan salah, bocah itu malah menghindar, marah-marah untuk menutupi kesalahannya dengan kebohongan lain, bukannya minta maaf kalau salah." ucap Zara kepada Lara.
"Lu yang tenang ya La, hidup kita masih panjang bener La, tangga kita masih panjang hingga ke surga, berhenti dulu, rehat pikiran pun tidak mengapa, tetap hidup terus berjalan dan ujian akan semakin tinggi lagi, baru hidup sebulan aja lu udah ditampakkan sikap, dan sifat suami lu dan mertua lu yang kayak begitu, nanti masih banyak lagi La, lu kan belum punya anak kayak gua, tapi gua beruntung sih, punya suami yang sayang tulus banget sama gua, jadi gua bisa hadepin mertua yang enggak terlalu suka sama gua, gua emang salah karena bucin, jadi hamil duluan." ucap Zara kepada Lara.
"La, lu sebenernya cinta atau suka enggak sih sama suami lu?" ucap Zara kepada Lara.
"Enggak Za, gua emang enggak suka karena sifat temperamental nya. Rupanya dan aroma tubuhnya pun buruk, namun, bukan karena itu penyebab utamanya. Penyebab utama nya adalah sikap dan sifat temperamental nya yang sama sekali tidak mempunyai empati."
"Gua enggak pernah lihat orang dari fisik atau materi. Demi Allah. Gua itu orangnya suka ketenangan, makanya gua lebih suka sama orang yang buat gua nyaman, kaya dulu suami elu yang mungkin manja dan tidak bisa melindungi gua tapi dia ada sifat nyamannya jika berasa di dekat nya. Lah dulu aja gua punya mantan, Mas Abims, logikanya dia Pria melambay seperti Jirayut atau bapaknya artis ayu ting-ting, namun gua nyaman, gua malah anggap dia kakak gua, walaupun gua enggak cinta ya, tapi gua nyaman banget bagaikan kakak sehidup semati, dan dirasa bisa hidup lama dengan dia, dia berikan rasa ketenangan jiwa buat gua."
"Kalau Mas Reno sudah pasti gua cinta sama dia, semua sifat dan sikapnya sama seperti Rian, namun dia lebih mandiri, ada sifat manja nya sebagai pasangan, tapi yang manja dewasa dan penyayang, ngemong banget, kayaknya dia bahkan memiliki sifat "super empath", namun beda keyakinan, Tuhan enggak akan Ridho, mau gimana? Gua Bahkan 1000 persen sangat yakin hidup dengan Mas Reno soal masalah ketenangan jiwa dan batin, serta gua bisa belajar dari dia sifatnya yang bijaksana, disiplin, menghargai waktu bahkan memasak pun."ucap Lara kepada Zara.
"Yah makanya itulah kenapa gua memilih Rian dan mau dihamili olehnya, karena gua tahu Lara, dia memang Pria yang tulus, baik, hatinya bersih, kan elu enggak bisa lihat yang gua lihat dari Rian, La."
"La, udah lah elu mulai sekarang jangan bandingin mantan terindah lu itu terus ke suami lu, nanti lu makin tambah sedih dan sakit. Namun La, suami lu emang 'Freak' kalau lu bandingin sama suami normal juga enggak bakalan bisa, mana ada orang yang tega ngeliat cewek nangis, masih tetep untuk membentak bahkan malah tambah adrenalinnya untuk membuat lu semakin "down", suami lu udah enggak masuk akal logika sih kata gua, namun lu kan bertahan dan melakukan semua karena orang tua lu yang lu sayang, coba sekarang fokus untuk bertahan, dan lebih sayang sama orang tua lu lagi, lu kayaknya sedih banget kalau orangtua lu kecewa kalo lu gagal nikah dulu, kayak lu sama Rian yang gagal nikah karena dia hamilin gua duluan, "
"Makanya lu melakukan pengorbanan tubuh lu, saat suami lu memintanya tubuh lu terus setelah lamaran kan? Serta pemikiran elu karena orangtua lu udah bayar sebagian gedung dan membayar separuh WO &catering pernikahan, kalau elu menolak ajakan suami lu yang mendesak lu, gimana nantinya? Suami lu aja dulu suka marah-marah, ngambek dan suka minta putus, padahal orangtua lu udah mempersiapkan segalanya untuk pernikahan lu, gimana hati orangtua lu? Lu melakukan pengorbanan tubuh untuk membuat sikap dan sifat suami lu berubah, agar enggak bersikap menyakiti lu lagi kan dan pernikahan tetap terlaksana untuk bahagiakan orangtua karena sudah persiapkan semuanya? Bukan karena elu sayang atau cinta? Bukan karena lu bucin sama suami lu?" ucap Zara kepada Lara.
"Iya Za, itu bener! perasaan gua sama suami gua biasa aja, datar aja sebenernya enggak ada rasa cinta yang menggebu-gebu, perasaan ini sama seperti yang gua rasain dengan gua dulu berkenalan dengan Mas Abims, Namun kalau Mas Abims bisa bikin gua tenang dan nyaman berada di sisinya. Kalau berada di sisi suami gua pun sampe sekarang, ada perasaan kecemasan, khawatir dan perasaan takut karena rasa sakit atas perlakuan yang dia berikan seperti memutar-putar memori ingatan gua Za, gua kayaknya mesti ke psikiater karena trauma itu😭, Selain itu, gua melayani di dalam hal seksual dan dalam hal kebutuhan menyiapkan baju, menyiapkan makan pun hanya sebagai kewajiban istri menurut kaidah Agama Allah dan rasa simpati serta empati gua sebagai istrinya.Demi Allah."
"Selama ini gua kesal, nangis dan marah bukan karena gua kecintaan banget sama dia, tapi harga diri gua terasa terinjak- injak dengan sikap dan sifat dia yang semena-mena ke gua, suka pulang malem, menekan gua suruh kerja, seenaknya saja kalau berbicara, suka merendahkan gua sekali bagaikan gua itu keset baginya, dan enggak ada melihat pengorbanan gua sebagai istrinya gitu loh, gua ngomong sayang ke dia pun karena formalitas sebagai istri. "
"Namun, semalem gua bilang ke suami gua, " Aku boleh ngomong enggak A', tapi Aa' jangan marah ya ke aku, gini Aa' sekarang aku enggak sanggup mendengar kan kamu ngomong 'Yank atau sayang' ke aku, karena sekarang aku bagaikan cermin atau kaca yang retak, kita lebih baik memanggil kata Aa' dan dedek saja." Demi Allah aku ngomong begitu. Jujur, aku sudah sangat sakit batin dan jiwa karena bertahan sama dia, 'baru sebulan hidup dengannya saja aku udah kayak direbus bagai mie godok' demi melihat orangtuaku tersenyum karena anaknya telah menikah dan kepuasan ego orangtuaku aku bertahan." ucap Lara kepada Zara.
"Iya La, gua tahu perasaan dan posisi lu sekarang, sekarang kita tutup mata saja untuk menaiki setiap tangga kehidupan ini, kita kan memiliki tujuan surga yang indah, kita harus siap dengan semua resiko ini." ucap Zara kepada Lara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments