Oase Luka Sang Dealova
note : maaf ya aku revisi lagi bab 1 nya. 🙏
dan tolong sekira nya nggak nyaman boleh di skip aja.
untuk yang baca terima kasih aku ucapkan.😊🙏
***
Hinaan, direndahkan dan tak dianggap ada oleh orang – orang dan tetangga sekitar kami , sudah menjadi hal yang biasa bagiku dan mama. Udah makanan sehari – hari gitu istilahnya. Tapi tidak dengan baba.
Pria mokondo yang dulunya bekerja sebagai satpam, pemuja selengki yang kini penggangguran. Tak terima dengan perlakuan para tetangga yang memandang remeh padanya. Baba ku akan selalu mengamuk, memaki dan menyumpahi mereka yang menghinanya dan itu dilakukannya dalam keadaan tak sadarkan diri alias mabuk. Tetangga semakin tertawa senang dan semakin mengejek melihat tingkah baba yang seperti orang dalam gangguan jiwa, begitu kata mereka.
Acapkali mama yang berusaha membujuk baba agar berhenti berkata – kata kotor juga ikut terkena amarahnya baba. Tak hanya itu baba memukuli mama secara tak manusiawi. Walaupun begitu mama tetap menjalankan baktinya sebagai seorang istri dengan baik.
Entah kenapa lah mamaku bisa secinta itu sama baba ! padahal yang nyari kerja banting tulang adalah mama dan laki – laki itu hanya ongkang – ongkang kaki dirumah. Ketika mama gajian dia juga ikut menikmatinya dengan membeli minuman har*m ,berjud*, jajan selengki.. wanita dan banci jadi langganannya.
Mama tak pernah melampiaskan kesalnya pada suaminya tapi ia melampiaskan semua kesal, lelah nya dalam mencari nafkah padaku. Tak segan ia menyab*t ku dengan sapu lidi ketika aku membuang sedikit sisa nasi dalam piring. Mama akan berhenti memukul saat aku berteriak minta ampun dan berjanji takkan mengulanginya lagi tapi ya namanya seorang anak akan kembali mengulanginya lagi karena ya seorang anak merasa *seorang ibu pasti akan selalu memaafkan mu walaupun kamu melakukan kesalahan yang sama berulang kali*.
Kenapa mama bisa semarah itu sama aku waktu buang nasi yang tak habis dalam pinggan makanku? Jawabnya adalah karena hidup kami serba terbatas. Hidup kami miskin , tinggal di rumah yang tak layak huni begitu kata orang – orang yang menghina kami. Aku dan mama juga sering tak makan hingga terlihat seperti orang yang sedang berpuasa senin dan kamis.
Mama udah lama bekerja serabutan mulai dari tukang urut, nitip kue di warung warung dan jadi tukang buruh cuci. semuanya terekam dengan sangat pahit dalam memori otakku. Dulu ketika aku baru lahir, ada orang yang ingin mengadopsiku karena melihat kondisi kami yang memprihatinkan tapi mana mungkin seorang ibu tega memberikan anaknya untuk diadopsi oleh orang lain.
Aku sibuk dengan fikiranku mengulas balik semua kisah yang terjadi dalam hidupku dan mama.sibuk memikirkan ayah kandung ku yang sebentar lagi akan pulang dalam keadaan mab*k.
Braak..
suara pintu didobrak.
Baba mulai berteriak-teriak memanggil mama “ ningsih .. ningsih “ tak lupa ia sambil menenggak air tak lunak dari botol yang digenggamnya.
“ hei, ningsih.. ningsih ! “ suaranya teriakannya semakin kencang. mama menoleh kearah pintu ruang tamu .lalu kami saling pandang dengan wajah ketakutan panik.
“rum, kamu masuk kamar cepat jangan lupa kunci pintu ya nak! cepat !” Titahnya
Aku pun panik dan dengan langkah tergesa – gesa langsung masuk kedalam kamar dan mengunci pintu. Aku takut dan meringkuk disudut kamarku.
Setelah mama memastikan aku sudah benar-benar masuk kamar, mama bergegas keruang tamu menemui baba yang masih terus berteriak dan memaki-maki.
“ ningsih! Ningsiih! Budeg kowe ya ?! “
Lelaki pem4b*k , penj*di itu masih saja terus berteriak seperti orang sak*t j!w4 ! mama segera datang tergopoh-gopoh menghampiri baba.
“ sini kau cepat jal*ng!”
“ iya pak, ono opo tho kok jerit-jerit malu sama tetangga ?”
Bukannya merasa malu atau menjawab pertanyaan istrinya, baba malah menarik jilbab mama..
“ kau liat itu! Bulannya ada dua” ia mulai melantur, efek minuman keras yang ditenggaknya.
Perlahan Mama mendongakkan kepalanya melihat ke langit malam yang bulannya hanya satu. Mama mengurut dadanya dan beristighfar berulang kali. seolah merasa bodoh meladeni ucapan orang mab*k.
Baba tiba – tiba mengendus wangi dari istrinya. baba mencium aroma kerudung mama dengan penuh g*ir4h dan mengg0da sambil berkata “ kau liat bulan itu kan?! Cantik, kayak koe waktu gadis!”
Mama tak menjawab apapun perkataan baba karena fokus mama sedang memandang para tetangga yang berbisik-bisik. Duo biang gosip yang terkenal dengan mulut embernya, Bu Rowo dan Bu Marni.
Baba kembali mengeluarkan kata-kata kasar karena merasa diabaikan oleh mama “ woii. Koe liat itu pekok! Bulannya ada dua.. kok bisa ya?! Aku ndak m4b*k kan ningsih? Koe dan tetangga itu yang m4b*k kan ningsih ?!”
Sesekali ia menenggak air ker4s dari botol bewarna hijau yang masih digenggamnya.
“bulannya ada dua “ ia menunjuk kearah langit dan tetap kekeuh jika bulan itu ada dua.
Karena tak tahan dengan tetangga yang terus mencemooh, mama pun membujuk baba untuk masuk kerumah “ ayok pak’e kita masuk rumah, malu diliatin tetangga..”
Baba mengamuk , ia tak mau menuruti permintaan mama.
akh, peduli set4n aku dengan tetangga-tetangga ni ! koe tau kan kita ndak pernah minta beras sama mereka! Jadi aku ndak peduli ! baba mukul pintu sekuat tenaga.
Buk rowo mengumpat “ oh, udah gila! Buk Ningsih , suaminya kalo masih kayak gitu juga mending angkat dari sini soalnya Pak Amir suka bikin ribut, ya kan buk ibuk?!” sindir nya tajam.
Buk marni dan para ibuk –ibuk yang lain mengangguk.
Buk Rowo merasa banyak yang mendukung, dia semakin menggebu –gebu mengompori para ibuk-ibuk lain “ bener kan? Mengganggu ketenangan aja !”
mama merasa tak enak hati “ maafin suami saya ya buk – ibuk “ mama meminta maaf dengan tulus dan kemudian menoleh kebaba “ayok pak’e masuk rumah “
mama menarik lengan baju baba dengan pelan , mengajak suaminya masuk rumah tapi tak dinyana baba semakin marah. Menatap tajam kearah mama. Ditepisnya tangan mama pada lengan kekar baba. Mama kekeuh tak ingin melepaskan genggaman tangannya dilengan baju suaminya.
“ lepas! Lepas gak aku bilang?! Koe lepas!”
mama mengalah , ia melepaskan genggaman tangannya dilengan baju baba tapi meskipun begitu mama masih tetap membujuk baba yang masih memarahi dan memaki-maki para tetangga yang melihat baba dengan ekspresi jijik.
“ bubar kalian bubar ! sebelum aku bac*k kalian!” tangannya mengibas – ngibas ke udara. Isyarat mengusir.
“ ih, takut .. ada odgj ngamuk! Yuk buk rowo yuk masuk yuk.. nanti takutnya dia buka cel4n* lagi disini !” goda buk marni, tetangga satu ini emang agak mesum otaknya.
“ iya yuk, masuk aja buk, daripada liat odgj ngamuk” bu rowo pun tak mau kalah
Amarah baba semakin menggelegak mendengar olok – olok dua wanita yang ada dihadapannya dan baba merasa tertantang digoda seperti itu , perlahan dia bangkit dan membuka ikat pinggangnya , ingin membuka cel*n4nya.
“ oh mau kalian kalau aku buka cel4n* disini ?! ha sini.. sini!”
Nyaris dibukanya reslet*ng cel*n4nya, untung mama gerak cepat menahan gerakan tangan baba.
Buk marni berlari agak jauh, menghindar karena baba ingin mencoba mendekat kearahnya “ ndak usah pak amir, suami saya juga punya onderdil “ goda bu marni.
Sama – sama g!l4 dan m*b*k sepertinya !
Setelah puas mengolok-ngolok baba , mereka masuk kerumah. Dan sementara itu mama masih berusaha membujuk baba untuk masuk rumah “ ayok pak’e istirahat didalam , disini banyak nyamuk!”
“ akh, minggir kau ! aku bisa bangun sendiri!” baba menepis tangan bunda .
mama mengurut dada sambil beristighfar “ Astagfirullah .. Astaghfirullah”
“ minggir koe!” baba mendorong mama.
mama menepi baba pun berjalan sempoyongan dan tiba-tiba...
“gedubrak “
Baba terjatuh ..
mama kaget dan mendekati baba ingin membantunya berdiri.
“ Astahgfirullah pak, kan udah ibuk bilang, sini ibuk bantu tapi pak’e ndak mau.. ayok bangun pak “
mama mencoba membantu baba bangkit tapi niat baik mama sia-sia.. baba kembali menepis kasar tangan mama.
“ minggir koe! Bud*k kau ya?! Kan aku udah bilang aku bisa berdiri sendiri set*n!”
Kembali Mama beristigfar . Beginilah pernikahan kedua orangtuaku tak harmonis, anehnya mama bisa sesabar itu walaupun saban hari dicaci maki oleh baba.
“ awas ! awas koe, aku mau bangun sendiri!” baba tetap kekeuh dengan pendiriannya ingin berdiri sendiri. dan kali ini mama mengalah , mama membiarkan baba berdiri sendiri walaupun ujung-ujungnya baba kesulitan untuk berdiri karena masih dalam kondisi mabuk.
“ bangs*t! Kenapa gak bantu aku berdiri tadi?!”
“ kan pak’e yang ndak mau ditolong sama ibuk ya tho ?!”
“ ah, alasan kau itu jala*g! Bilang aja koe ndak mau bantu aku berdiri!”
“ astaghfirullah, ya udah sini buk’e bantu” mama membungkukkan badannya untuk membantu baba berdiri.
Bukan nya berterimakasih pada istrinya tapi justru ia memukul istrinya saat lelaki brengs*k itu telah berhasil berdiri. Baba menyiks* mama. Men*nd*ngnya sekuat tenaga hingga mama terjatuh ke lantai tapi baba tetap men*nd*ngnya dan ini adalah peny*ks*an yang kesekian kalinya.
“ mamp*s! Mamp*s!” sembari baba terus men*nd*ng tubuh mama sekuat –kuatnya.
Aku yang sedari tadi meringkuk disudut kamar, tak habis pikir kenapa mama bisa sesabar itu menghadapi baba, semoga surga adalah hadiah terindah untuk mamaku karena lagi-lagi baba akan meny!ks4 mama dengan lebih kejam yakni dengan menyund*tkan ke tangan mama. Baba menatap mama dengan menyeringai dan berjalan mendekati mama.
Mama menggeleng ketakutan dan memohon agar baba tidak melakukan hal itu “ jangan pak’e .. jangan.. buk’e mohon”
“ sini, his*p dulu rok*k ini.. setelah itu nanti baru tanganmu yang aku sund*t!”
Baba mencengkram rahang bunda dengan kuat “ bukak mulut cepat! Bukak!”
mama menggeleng dan memohon “ jangan pak jangan”
Baba malah semakin tertawa menyeringai dan menyumbat kan sejumlah rokok ke mulut mama.
Entahlah, lelaki seperti apa yang tega menyakiti hati istrinya sendiri dan bahagia melihat istrinya kesakitan.
“mamp*s koe! “ sumpah serapah pun keluar dari mulut baba.
Setelah puas menyund*t mama, baba kembali men*nd*ngnya .
“bangun! sekarang kau bangun! Bangun.. bangun! Layani aku, cepat !”. sentaknya pada tubuh yang sudah tak berdaya mama.
Dan malam itu baba melampiaskan keinginannya secara tak manusiawi.
Aku tau karena mendengar suara penuh luka dari mama.
Disudut kamar, aku menutup telingaku gak ingin mendengar suara baba yang menjijikan tapi msih tetap terdengar mau sekuat apapun aku menutup kedua telingaku.
Terdengar isak tangis pilu mama dari kamarnya. Sungguh menyayat hatiku.
***
aku mengira kisah cinta sempurna itu adalah milik semua orang..
Tapi ternyata aku salah..
kisah cinta sempurna itu hanya ada pada dua hal, yakni..
Pada sebuah dongeng dan satunya lagi pada pasangan yang menua
tanpa saling menyakiti hingga mau memisahkan..
seperti cinta Rasulullah dan Para Istrinya..
atau seperti kisah cinta habibi dan ainun..
sempurna tanpa batas!
Tuhan, seandainya bisa mengulang takdir..
Aku tak ingin mereka bertemu..
Aku tak ingin mereka merajut kisah dalam pernikahan..
Dan aku tak ingin hadir diantara mereka
Karena aku tak sanggup menjadi saksi
Atas kesedihan dan kepedihan demi kepedihan ..
Yang dialami seorang bidadari berjuta kesabaran bergelar ibu..
Tuhan, sayap-sayapku telah patah...
Aku tak bisa mengepakkannya lagi..
Dan yang mematahkannya adalah lelaki yang kupanggil ayah.
Yang harusnya jadi cinta pertamaku..
Jadi pelindungku tapi justru ia yang menghancurkannya ..
Dia menjadi seseorang yang menorehkan luka dan trauma padaku..
Asaku telah hilang..
Dan malam ini aku akhiri dengan memeluk luka batin,
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments