Sore ini arumi dan ibunya pulang kembali ke depok, hafidz dan Irwan, sepupu laki – laki dari sebelah bapak nya, ikut membantu mengantar dua anak beranak itu. Hafidz membonceng arumi sementara Irwan membonceng sang bude. Motor Irwan dan Budenya telah melaju terlebih dahulu. Diperjalanan Hafidz mengobrol ringan. Setelah perjalanan panjang akhirnya mereka sampai dihalaman rumah arumi. Hafidz mengeluarkan hp Blackberry nya dari kantong celananya.
“ rum, punya pin bb kan? “
“ punya”
“ boleh mas hafidz minta?”
“ ya boleh”
“ ok, mana ?”
Arumi mengeja no pin nya sementara hafidz dengan cepat menuliskan angka yang disebutkan arumi. Hafidz takut ketahuan budenya. Setelah selesai, hafidz kembali mengantongi hp nya.
“ ok, nanti mas hafidz hubungi ya tapi ini arumi jangan kasih tau bude kalo kita tukeran pin bb ya!”
“ iya” arumi menyahut singkat.
“ oke, ayok mas hafidz antar kamu kedalam sekalian pamit pulang sama pakde dan bude”
“ baba nggak ada dirumah kalo jam segini !” sahut arumi sambil melepaskan sendalnya dan masuk keruang tamu.
“ pakde kemana emang?”
“ nggak tau, malas arumi bahas baba !”
“ ehm, ya udah kalo arumi nggak mau cerita”
“ ehm, arumi bikinin air minum dulu ya”
“ eh, nggak usah , mas hafidz langsung pulang aja rum”
“ mau kemana idz, buru – buru pulang?” bu Ningsih keluar dari arah dapur sambil membawa baki berisi dua gelas teh.
“ ini bude, hafidz ada janji sama zayn dan irham di kafe jadi harus cepat pulang”
“ oh ya udah, ini minum dulu , ini si irwan mana kok dari tadi belum keluar kamar mandi ? sakit perut koyok e ! wes, kamu aja duluan minum idz, mumpung teh nya masih hangat, ndak usah nungguin dia minum!”
“ oh iya bude, idz minum ya”
Hafidz mengambil segelas lalu menghabiskan nya dengan segera tak lama kemudian Irwan keluar dari kamar mandi.
“ wan, mau pulang barengan atau disini dulu kamu?” Hafidz langsung menanyai irwan.
“bareng aja mas! Sek yo aku minum dulu”
Tanpa menunggu jawaban hafidz, irwan segera menghabiskan minumnya lalu pamit ke bude dan arumi.
“ kami pamit bude, rum.. assalamu’alaikum”
Hafidz dan Irwan menyalami tangan budenya.
“wa’alaikumsalam” ibu dan anak menjawab salam dengan kompak.
“hati – hati ya kalian dijalan” sambung bu ningsih , ibu nya arumi lagi.
“ iya bude”
Motor hafidz dan irwan melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan halaman rumah arumi. Sesampainya dirumah, hafidz segera mengeluarkan hp nya dari kantong celana dan mengirim pesan pada arumi.
{ hai rum, ini pin bb lelaki rasa mentos yang selalu mencintaimu }
Arumi tak membalas pesan dari hafidz dengan segera, arumi hanya membacanya saja.
“ kenapa dia belum balas? Nggak ada pulsa kayaknya, ok biar aku transfer pulsa aja “
transfer pulsa berhasil tapi arumi tak kunjung membalas pesan dari hafidz, lama ia menunggu hingga jadi tak sabaran. Hafidz menelpon arumi.
[ halo rum? kamu udah tidur ? kalo belum kenapa pesan mas hafidz belum dibalas? ]. hafidz langsung mencecar begitu arumi mengangkat telepon.
[ iya mas, maaf tadi aku mau balas cuma arumi kebelet jadi kekamar mandi dulu ].
arumi berbohong agar hafidz tak kecewa. Yah, bisa saja hafidz saja ia kecewa karena bukan itu sebenarnya alasan arumi telat membalas pesannya.
Arumi sebenarnya juga deg – degan berkomunikasi dengan hafidz. Cinta yang arumi simpan untuk hafidz semakin mekar. Menumbuhkan debar yang tak bisa dilukiskan dengan kata – kata.
[ oh kirain nggak ada pulsa rum, jadi mas transfer pulsa.. udah masuk kan pulsanya?]
[udah mas, makasih ya ].
[iya sama – sama, ya udah kamu lanjut aja belajarnya ya , kalo capek istirahat].
[ ya mas, kamu juga ya .. jaga kesehatan, sering – sering pulang jangan dijalan dan keluyuran terus, bahaya mas! ]
[ iya, makasih udah perhatian sama mas hafidz ya rum! ok, mas hafidz nggak mau lama – lama gangguin kamu belajar, bye Assalamu’alaikum ].
[ wa’alaikumsalam ].
Panggilan berakhir bertepatan dengan adzan yang berkumandang. Setelah melaksanakan shalat magrib. Arumi membuka tabungan yang berhasil ia kumpulkan dari hasil kerja selama jadi baby sitter dan karyawan konter pulsa. Dengan uang itu, arumi berencana membuat keripik ubi buatan mamanya ke sekolah dan di beberapa kantin sekolah.
Namun saat ia membongkar uang tabungannya yang bebentuk buah nenas, sebagian uang nya menghilang. Sedih , marah dan kecewa bercampur jadi satu. Entah kenapa feeling arumi begitu kuat mengatakan kalau tabungannya itu diambil babanya. Namun ia tak bisa berbuat apa – apa karena arumi yakin uang itu telah dipakai baba untuk hal yang bukan – bukan.
“gak apalah, segini mungkin cukup buat modal awal.. nanti kalau misalnya kurang bisa nabung lagi” sambil satu persatu arumi susun rapi uang tabungan yang masih berserakan. Kali ini ia tak boleh kecolongan lagi. Ia harus lebih berhati – hati menyimpan uangnya.
Keesokan paginya, setelah rembukan dengan mama, akhirnya kesepakatan memulai usaha keripik akan dimulai hari ini juga. Ya , memang lebih cepat lebih baik! Uangnya bisa aman , takkan dicuri lagi oleh baba.
Alhamdulillah, sepulang sekolah arumi sudah selesai membeli semua bahan baku keripik ubi. Ditentengnya belanjaan yang lumayan berat itu hingga sampai kerumah. Setibanya ,arumi langsung berganti pakaian dan mengerjakan semua bahan baku keripik hingga selesai dengan arahan sang mama.
**
Lima hari berlalu, ternyata jualan keripiknya laris manis tanjung kimpul, dagangan laris duitnya ngumpul. Meski letih , arumi puas dengan hasil jerih payahnya dan mama. Hingga beberapa hari berlalu dan Arumi mulai lupa tentang kisah cinta dalam diamnya yang akan semakin berkembang pada hafidz.
Hafidz pun sama karena ia sedang disibukkan dengan masalah panas yang sedang terjadi dirumah mereka.
“ berarti bener dugaan gue, uang tahlilan ibu, mas alif yang ambilkan? “
“ nuduh tanpa bukti itu namanya fitnah ! lo tau darimana gue yang ambil tahlilan dalam tas?”
“ cih, nggak perlu aku ungkap juga, mas alif udah bilang sendiri barusan! Darimana mas Alif tahu uang tahlilan ibu ada dalam tas? Darimana?”
Hafidz menghujani alif dengan tatapan tajam dan menusuk, sadar karena telah keceplosan. Buru – buru alif mencari alasan, mengelak agar semakin tak tertuduh.
“ ya kan emang biasanya orang naruh duit dalam tas atau dalam dompet, apalagi itu uang tahlilan, banyak !”
“ nggak! gue nggak percaya! Emang lu yang ambil ! gue liat kelebat lu keluar dari kamar ibu di malam tahlilan pertama ibu! “
Terlihat Alif ingin kembali membantah tapi hafidz tak ingin memberinya kesempatan. Ia terus mencecar Alif. Hafidz tak peduli dengan tatapan bapaknya yang menahan amarah sedari tadi melihat kelakuan hafidz. Hafidz tak peduli dengan tatapan teman – teman alif juga wanita bayaran yang sedang mabuk – mabukan dirumah mereka.
Hafidz semakin tak respek lagi dengan Alif, saat marah pada alif, memang hafidz akan menyebut lu dan gue. Seperti saat ini.
“ gue yakin tu duit lu pake buat semua hal haram ini kan?! Sekarang lu semua keluar! Keluar dari rumah ini ! gue nggak pernah ikhlas rumah nyokap gue yang baru meninggal, lo jadikan tempat berzina! Keluar lo semua!”
Usir hafidz dengan nada menggelegar, tubuhnya sampai bergetar mengeluarkan emosi yang ia tahan berapa hari ini karena rumah mereka yang masih diselimuti duka malah dijadikan tempat mabuk – mabukan dan tempat berzina oleh Alif.
Alif tak berkutik melihat amarah hafidz yang berapi – api, baru kali alif menyaksikan adik lelaki nya semurka ini padahal sebelumnya ia selalu sabar walaupun di injak – injak harga dirinya oleh keluarganya sendiri.
“ ayok lah kita cari aja tempat lain! “ajak alif pada teman – teman dan wanita yang telah alif bayar untuk puaskan nafsunya malam ini.
“ berhenti ! “ suara pak syarif menghentikan langkah putra sulungnya.
“ Alif, kamu tetap disini ! biar anak tak tahu diri ini yang keluar dari rumah kita! Dia nggak berhak tinggal disini! Pergi kau!”
Pak Syarif mengusir hafidz dengan lantang, Alif tersenyum penuh kemenangan.
“ok, aku pergi! Tapi suatu hari bapak nggak perlu menyesal kalau anak kesayangan bapak ini , nggak akan mau urus bapak kalau nanti sakit – sakitan!” Hafidz menunjuk alif.
“ aku akan lebih menyesal pertahankan anak kur*ng aj*r kayak kau!” Pak Syarif menunjuk – nunjuk hafidz tepat di wajah hafidz.
“ mas hafidz , jangan pergi ! nanti kalau mas hafidz pergi , gimana sama salwa .. salwa takut disini !”.
Salwa memegangi lengan hafidz sambil ia menatap takut pada teman – teman alif yang sedang mabuk, gadis itu takut masa depannya akan dirusak oleh mereka.
“ kamu udah dewasa , salwa! Kamu tau mana yang baik dan benar! Kamu tau cara melindungi diri sendiri, kalau kamu merasa nggak nyaman tinggal disini, kamu boleh pergi dari rumah ini dan ngekost !”
“salwa ikut mas aja, boleh ya mas?!” salwa merengek. Tak melepaskan cengkramannya di lengan hafidz.
“maaf dek, aku mau nge kost bareng teman – teman cowokku! Kamu nggak mungkin bisa ikut tinggal dengan banyak lelaki didalamnya! Udah lepasin dek , aku mau cari kost – kostan malam ini juga.. semoga dapat !” hafidz melepas paksa cengkraman adiknya.
Salwa meraung – raung memanggil hafidz tapi hafidz telah pergi meninggalkannya bersama orang – orang bejat ini. Tubuhnya bertambah gemetar sekarang. Tak ada lagi yang melindunginya. Salwa bersimpuh, menangis sesenggukan sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“ mas, salwa takut”
Diantara isak tangis, ada satu tangan yang menyentuh lengannya, sontak ia kaget dan menjauh namun tak memandang siapa yang menyentuh lengannya. Salwa begitu takut.
“ jangan takut nak, ini bapak.. ayok bangun! Masuk kamar mu dan kunci !” suara lembut bapaknya membuat gadis itu baru berani menatap namun ia ragu, apakah bapaknya bisa dipercaya, jangan – jangan bapaknya juga salah satu dari mereka.
“ kamu tenang, salwa! Bapak akan jaga kamu nak! sekarang masuk kamar dan kunci !” Pak Syarif mengulangi titahnya.
“ bb..baik pak!”
Salwa segera bangun dan berlari menuju kamar nya kemudian mengunci pintu dengan tangan gemetar. Dia tutup kedua kuping nya dengan bantal agar tak mendengar suara apapun diluar sana namun sialnya suara menjijikkan itu terdengar jelas ditelinga salwa.
“ayo wa tidur.. tidur..”sugestinya pada diri sendiri. Sepuluh mensugesti diri, gadis belia itu berhasil tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments