Langkahku terhenti diteras rumah kami, menatap sepasang sendal milik baba. Berarti mama masih dirumah majikannya. Aku melangkah masuk sambil berdo’a karena firasatku tiba – tiba menajadi tak enak. Kulangkahkan kaki lelahku menuju kamar ku yang sempit. Kuhenyakkan tubuhku diatas kasur, rasa kantuk mulai menyerang. Tak lama akupun tertidur.
Diambang pintu kamar ku yang terbuka, ada sepasang mata penuh nafsu sedang mindai seluruh tubuhku yang masih berbalut seragam sekolah. tatapan liarnya itu seolah hendak menuntaskan hasrat yang selama ini dia pendam. Menunggu moment yang tepat untuk melampiaskannya.
Inilah pria brengs*k pertama yang menumbuhkankan rasa kecewa dalam relung hatiku.
Baba !
Perlahan ia mendekati tubuhku. Lelaki tua bangka tak punya ot*k , begitu aku menyebutnya. Mulai berfantasi menggerayangi bagian – bagian tertentu pada tubuhku. Fantasi liarnya yang membabi buta, sukses menciptakan lenguhan kenikmatan. desahan nikmat yang berkali – kali keluar dari mulutnya yang bau alkohol membuatku terbangun. Sontak aku menjauhkan tubuhku darinya. bandot tua itu menyeringai.
“kamu tenang rum, baba nggak akan rusak mahkota berhargamu! Baba cuma ingin berfantasi menyentuhmu sedikit saja!”
“orang tua g!la ! coba aja kalau berani baba berani rusak mahkotaku! Seumur hidup nggak akan aku maafin!.
“terserah mu! Tapi ingat jangan jangan bilang – bilang ke mamamu tentang hal ini ya! Awas kalau sampai mamamu tau “ ancamannya sambil menempelkan jari telunjuknya pada leher nya sendiri.
Ku tak iyakan , tak jua kulawan lelaki brengs*k yang jadi perantara aku melihat dunia ini. Aku masih terlalu kecil untuk melawan nya saat ini. Sebab jika kulawan mungkin saja dia akan menggagahiku. Sementara dikamar sebelah, mama sedang terisak menyalahkan dirinya yang tak mampu menjagaku dengan baik.
Sayup – sayup kudengar suara tangisnya.
Hiks..
Hikks..
“ternyata mama udah pulang tapi kenapa dia nangis? Apa mama dengar percakapan baba dan aku tadi terus ngerasa bersalah karena nggak berani negur suaminya yang brengs*k itu?!”. aku menerka – menerka penyebab mama menangis. menit demi menit terus berlalu dan berganti jam, sudah satu jam ini mama terus menangis. aku lelah menunggu tangisnya, kuputuskan untuk tidur.
Ditengah malam mama berusaha menyelinap masuk kekamar ku setelah dipastikannya suaminya sudah tidur pulas. ia mengendap – ngendap hingga berhasil masuk kekamarku. Nafasnya yang tertahan membuatku kembali terbangun.aku harus waspada dan nggak boleh kecolongan lagi kali ini.
“rum, kamu belum tidurkan nak?”
“udah tadi tapi jadi kebangun.. kenapa ma?!”
“gapapa, malam ini mama temanin kamu tidur ya”
“ hem, ya!” kusahut dengan datar dan kembali merebahkan diri.
“maafin mama rum, mama sebenarnya tau kalau baba udah sering mau buat hal nggak senonoh sama kamu ! mama udah sering pergoki babamu mau nyentuh kamu tapi mama nggak berani lawan !”
Ia menghembuskan nafas sesal. Aku pun sama.
“itu makanya mama minta kamu pake celana dobel rum! mama cuma takut baba berbuat sesuatu yang nggak baik ke kamu rum!”
“udahlah ma nggak usah dibahas, rum capek! Kurebahkan kembali tubuhku kekasur dan tak lama kemudian tidur.
Sejak kejadian itu, mama sepertinya mulai membenahi sikap bucinnya , mama selalu waspada pada suaminya. Sedikit saja ada gerakan mencurigakan , mama harus segera bergerak cepat dan alasan yang selalu dilontarkan baba adalah membenarkan selimutku.
Secara perlahan sikap bucinnya mma juga memudar. Pagi ini pertikaian panas mereka dimulai. Aku sudah berangkat kesekolah. Mama sedang merenung di ruang tamu. Lelaki brengs*k, pengangguran dan pemalas itu baru bangun. Sambil menggaruk tubuh setengah tel*jangnya, baba membuka tudung saji. Wajahnya yang sedari tadi masih separuh sadar segera tersentak. Wajahnya merah padam, suaranya meninggi , sumpah serapah keluar dari mulutnya dan berujung penyiksaan yang mengerikan karena mama mulai melawan. Dengan brutal dia memukul mama hingga pingsan lalu ditinggalkannya begitu saja.
Aku merasakan ada sesuatu yang buruk terjadi pada mama dirumah, jantungku berdebar kencang. Berkali – kali aku melirik penunjuk waktu yang terpajang di dinding yang cat nya mulai mengelupas. Kutajamkan pendengaran ku menanti bel sekolah berbunyi.
“duh lama banget sih!”aku menggerutu karena bel tak kunjung berbunyi.
Semenit..
Dua menit..
Hingga lima menit kemudian..
Teet..
Teet..
Bel sekolah akhirnya berbunyi, sesi pelajaran usai. Gegas kubereskan buku dan pensilku kedalam tas lalu melesat dengan cepat keluar kelas. Kota depok hari ini mendung, baguslah jadi aku nggak kepanasan dan bisa cepat sampai rumah. Semakin kupercepat langkahku, kakiku ini seakan tak sabar ingin sampai kerumah dengan segera. Belum lagi debaran jantungku yang semakin tak karuan.
“Ada apa sebenarnya ? apa yang terjadi dirumah? Apa terjadi sesuatu pada mama?”batinku terus berkecamuk hingga tanpa sadar aku telah sampai diambang pintu rumah. Dengan nafas terengah kupindai seluruh ruang tamu yang tak terlalu besar, ada tangan orang dewasa yang tergeletak disana. Tangan mama. Aku berteriak dan segera masuk kedalam rumah. Melemparkan tas ku begitu saja.
“ Mama, bangun Ma!” kutepuk – tepuk pipinya berharap ia bangun.
“ Ma, bangun dong Ma.. jangan bikin arumi takut!” kurengkuh kepala mama dalam pelukanku. Aku gemetar dan merasa ketakutan, takut mama ku tiada. Kutepuk – tepuk kembali pipinya , kali ini agak kencang tapi hasillnya tetap nihil.
“ma, pasti ini perbuatan lelaki brengs*k itu kan ma? Tega banget dia bikin mama lebam kayak gini ...” aku makin terisak kuperiksa nafas nya melalui hidung, kuperiksa denyut nadinya di pergelangan tangannya yang penuh bekas luka sundutan rokok. Syukurlah semua masih ada, aku bernafas lega ternyata mama cuma pingsan.
“ arumi ambil air kompres dan kotak p3k dulu ya ma”tetap kuajak bicara walau mama belum siuman. Aku beranjak mengambil dua benda yang aku butuhkan. Setelah mengambil benda yang kubutuhkan, aku segera kembali keruang tamu dan segera kubersihkan dibagian wajahnya yang berdarah akibat dipukuli baba.
“ arumi obatin pelan – pelan ya ma biar nggak sakit , biar nggak perih” kusapukan handuk kecil ke wajah mama yang terluka, mama mengerutkan keningnya menahan rasa perih terkena air pada wajahnya yang memar dan lecet. Mama siuman.
“ kamu udah lama pulangnya rum? jam berapa sekarang?” suara mama terdengar serak saat berbicara.
“baru aja ma, ini jam setengah dua “jawabku sambil membantu mama duduk.
“jam setengah dua ? aduh, mama belum sholat rum”cemasnya dan mencoba bangkit tapi mama segera terduduk karena masih pusing.
“ duduk dulu ya ma, masih pusing kan? Arumi juga belum taruh obat merah di lukanya mama”
“ tapi mama mau sholat dulu rum”
“iya setelah ini ya, sekarang kita obatin dulu ya ma lukanya” bujukku.
Mama menggangguk dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Segera kutuang beberapa tetes obat merah ke atas kapas dan kuusap perlahan ke wajah mama. Mama meringis kesakitan.
“ tahan ya ma walau agak perih “ kutiup – tiup luka memar diwajah mama untuk mengurangi perihnya. Setelah obatnya mengering mama cuma bertayamum karena tak tahan bila lukanya terkena air lalu ia sholat.
hai, teman teman online, salam kenal.. aku baru masih dalam tahap belajar nulis.. tolong bantu support ya dengan ulasan yang baik hihi tapi kalo misalnya mau ngasih emoticon love atau senyum juga gpp kok 😊 hihi thank u🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments