“ agh, sial lu am! kunci lah pintu kalau lu lagi nuntasin misi lu !” Hafidz memalingkan wajah sambil menutup pintu. Irham terkekeh sambil mengaitkan resleting celananya. Ia cuci tangannya dan segera keluar dari kamar mandi. Ada rasa kecewa karena hasratnya belum sempat tertunai. Ada rasa malu karena terciduk oleh Hafidz.
“ sorry, gue kebelet ! “ Irham yang berdiri didepan pintu toilet , mengusap tengkuk lehernya dengan wajah salah tingkah.
“ gue juga kebelet tapi kebelet gue beda sama lu ! udah minggir lu !” usir Hafidz seraya mengibaskan tangannya di udara.
Irham tak berkata apapun dan segera berlalu dari sana. Hafidz segera masuk kekamar mandi, menunaikan hajatnya yang sedari tadi membelit perutnya yang teramat sakit.
Setelah selesai, ia segera keruang tamu berukuran kecil yang hanya cukup di duduki oleh lima atau tujuh orang. Irham dan Zayn sedang mengobrol disana. Hafidz segera menghampiri keduanya.
“ udah lama nyampe lu Zayn?” Hafidz menghenyakkan bokong nya disamping Zayn.
“ baru aja “
“ eh, gue malam ini nggak ke kafe dulu ya, dirumah ada acara 40 harian nyokap gue!"
“ its okey, gapapa ! eh tapi siapa yang ngide bikin acara syukuran 40 harian nyokap lu? Kan bokap lu ..?” Irham tak melanjutkan kalimatnya agar Hafidz tak mengingat kembali luka hatinya.
“ bude gue, dia yang usulin bikin acara itu kemarin, salwa nelpon gue suruh datang kesana untuk bahas syukuran ! kalau bokap gue mana merhatiin hal – hal kayak gitu ! yang dia perhatiin kan cuma Mas Alif” sendu wajah Hafidz terpatri diwajahnya.
“yang lalu biar aja berlalu Idz, lu kan udah buka lembaran baru jadi yang kemarin nggak perlu lu ingat – ingat lagi eh btw, kalau bude lu datang, si arumi datang juga dong ya ?”
“nggak kayaknya, sejak gue bilang suka sama arumi ke bude gue, dia nggak pernah bawa anak gadisnya lagi pas kerumah. Bude gue takut kali , kalau gue lamar anak nya.”
“ mungkin karena kalian sepupuan, Idz. Jadi bude lu takut kalau kalian nikah nanti bisa ngelahirin anak yang cacat !” Irham beropini.
“ ya, bisa jadi itu salah satu alasannya bude gue nggak pernah bawa arumi kerumah !”
“emang apalagi alasan lain bude lu ?”
“ nggak tau, itu cuma dugaan gue aja, udahlah lupain aja ! ya udah gue mau siap – siap dulu ya, ntar abis sholat ashar, gue langsung gerak kerumah bokap gue!”
“ eh gue ikut deh idz, biar bisa bantu – bantu disana !” Irham mendongak, memandang Hafidz dan Zayn yang sudah berdiri. Hendak bersiap kemesjid.
“ ya udah ayok, sekalian ke mesjid ! selesai sholat kita langsung gerak dari mesjid aja jadi nggak usah pulang kesini lagi ! lu ikut kan Zayn kerumah gue?”
“ iya , gue ikut !”
" eh tapi gimana dengan kafe ntar malam" Hafidz jadi khawatir jika sang bos akan marah jika mereka kebanyakan libur.
" gampang itu, ntar kita minta tolong aja sama yang lain buat gantiin, kan cuma semalam!" Irham menenangkan Hafidz.
“ oke, ya udah ayok !” Irham bangkit dari duduknya. Mengikuti langkah kaki Hafidz dan Zayn yang telah melangkah lebih dulu.
**
Setibanya dirumah Hafidz, acara syukuran sudah dimulai sore itu, semua nya sibuk dengan aktivitasnya masing – masing. Hingga acara pun usai. Hafidz tak banyak bicara saat acara syukuran. Bapaknya pun enggan menatap bahkan enggan membalas saat Hafidz ingin menyalami tangan ayah kandung nya itu.
Selesai acara dan sedikit berbasa – basi, Hafidz , Irham dan Zayn pamit pulang.
**
Jalan cerita kehidupan Hafidz, Arumi, Zayn dan Irham dijalani dengan penuh warna. Ada pahit, manis dan asam yang terjadi.
Enam bulan berlalu, dalam buluh perindu. Zayn mulai merindukan hadirnya kekasih halal untuk menyempurnakan separuh agamanya.
Berulang kali ia istikharah tentang seorang wanita yang setiap malam hadir dalam mimpinya. Berulang kali juga wanita itu hadir dalam hasil istikharahnya. Setelah shalat istikharah dan tidur, wanita itu hadir dalam mimpinya tersenyum dan mengulurkan tangan menerima pemberian Zayn. Zayn memberikan satu set gamis dengan cadarnya.
Zayn terbangun, mengusap wajahnya dengan perlahan. Dengan gumam yang lirih ia mengucapkan Basmallah. Besok ia akan melamar gadis itu, rekan kerjanya dikantor.
Tak sabarnya rasanya menunggu besok pagi. Semoga perjalanan penantian cintanya akan segera berlabuh.
Subuh pun menyapa, selesai sholat subuh dimasjid. Zayn bersiap – siap pergi kekantor dengan wajah sumringah.
“ hm, Zayn ! bulan purnama belum abis terbit ya semalam ?” Hafidz yang sedang menuangkan air minum berusaha menggoda Zayn.
“ iya kayaknya! Lu do’ain ya biar misi gue berhasil kali ini “ Zayn menyahuti godaan Hafidz dengan meminta do’a.
“ Aamiin, gue doain berhasil! Tapi apa dulu ni misi lu , kalau kebaikan ya gue do’ain berhasil tapi kalau buruk gue tarik balik do’anya alias nggak jadi gue do’ain !”
“ eh, jangan gitulah, akhi bro! inshaAllah ini untuk kebaikan! hari ini gue mau ngelamar Zira, teman satu kantor gue” wajah Zayn makin berbinar saat menyebut nama Zira.
“ MashaAllah, semoga lancar bro! ntar kalau lu nikah gue kasih kado yang gede!” ekspresi Hafidz, ikut berbinar. Turut merasa bahagia pada apa yang dirasakan Zayn saat ini.
“ Aamin, oke, gue tunggu kado dari lu “ Zayn berseloroh setelah mengaminkan do’a Hafidz. Zayn melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya.
“ ehm, gue udah telat nih kekantor, gue cabut ya , Assalamu’alaikum “ Zayn menyeruput abis teh yang tadi dia seduh sambil duduk, setelah habis baru ia bangkit dari duduknya.
“ wa’alaikumsalam, good luck bro!” Hafidz meletakkan kedua tangannya di pinggang. Memandangi Zayn yang sedang mengacungkan ibu jarinya. Perlahan punggung Zayn pun menghilang dari pintu utama rumah kost - an mereka.
“ semoga perjuangan lu kali ini berakhir di pelaminan Zayn” Hafidz kembali mendo’akan Zayn.
“ Aamiin, dan semoga perjuangan jalur langit lu meminta arumi jadi jodoh lu, segera Allah kabulkan” Irham yang baru bangun segera mengaminkan dan mendo’akan Hafidz yang sebenarnya sedang berjuang melalui jalur langit.
“ Aamiin, thanks do’anya! Oh ya, lu mau roti? Gue olesin sekalian ni selai cokelatnya ?” Hafidz membuka tutup selai dan bungkusan sari rot*.
“ boleh lah ! ehm,kalau gitu gue bikin teh aja , gue harus cepat kekantor hari ini ada meeting “ Irham melangkah kedekat dispenser dan langsung membuat dua gelas cangkir teh.
Hafidz tak menjawab. Pikirannya sibuk dengan nama Arumi.
**
Dikantor saat jam makan siang. Zayn mendekati meja kerja Zira.
“ Zira, kamu punya waktu sebentar ? aku mau ngobrolin sesuatu yang penting sama kamu “
“ ada, kapan ?” Zira sedang mematikan komputer.
“ sekarang ! kita ngobrol dikantin kantor aja sekalian makan siang, boleh?”
“ oh boleh.. boleh. Kebetulan aku juga mau makan siang”
“ ok, aku tunggu ya disana !” Zayn segera pergi menuju kantin.
“ ya” Zira menjawab singkat tanpa menoleh pada Zayn yang sudah melesat pergi dengan cepat bak busur panah. Zira tau kenapa sikap Zayn seperti itu. ia adalah lelaki yang menjaga pandangannya, berbicara seperlunya kepada semua rekan kerja wanita dikantor ini.
Inipun Zira tau , Zayn mengajaknya bicara pasti ada hal urgen yang akan lelaki shalih itu ingin bahas dengannya.
“Seputar pekerjaan atau apa ya ? “ batin Zira menerka. Gadis berambut panjang dengan balutan pakaian formal ala wanita karir itu mengambil tas jinjingnya lalu melangkah dengan anggun menuju kantin kantor.
Setibanya disana, tatapan Zira dan Zayn beradu.
Hati Zayn berdesir begitu melihat kehadiran wanita istikharahnya yang kini telah duduk dengan sempurna dihadapannya. Zayn menunduk, menata hatinya yang sedang bergemuruh dengan istighfar.
“ ok, langsung aja .. kamu mau ngobrolin hal penting apa sama aku , Zayn?!” Zira langsung blak – blakan.
“ehm, nggak mau pesan minum dulu?”
“ nggak usah, bukannya kamu nggak suka kalau duduk berduaan lama – lama dengan yang bukan mahram ?”
Bagai mendapat lampu hijau dari kalimat yang barusan diucapkan Zira. Zayn langsung mengutarakan niatnya.
“ ehm iya, aku emang nggak suka duduk berduaan lama – lama dengan yang bukan mahram kalau bukan untuk hal yang urgent makanya.. makanya aku mau jadikan kamu wanita yang halal untuk aku cintai, aku miliki ! aku berharap kamu mau nerima lamaran aku Zira” wajah penuh harap Zayn terpatri pada wajahnya yang terhiasi dengan janggut tipis.
“ apa ? ngelamar?” Zira seketika salah tingkah, ia bingung harus menjawab apa dengan lamaran dadakan ini.
“ iya ngelamar, semi lamaran sih.. kalau kamu terima, aku akan bilang sama orangtuaku dikalimantan untuk datang besok ngelamar kamu secara resmi ke keluarga kamu !”
“ apa ?! besok ?!” Zira meneguk ludahnya berkali - kali. seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan dari mulut Zayn
“ kamu nggak lagi demam kan Zayn?” Zira memastikan ucapan Zayn.
“ nggak, aku nggak demam Zira. Aku sehat Alhamdulillah” Zayn kini agak sedikit menegakkan kepala untuk melihat reaksi gadis dihadapannya.
“ jadi gimana, kamu terima lamaran aku ?”
“ maaf Zayn , aku nggak bisa terima lamaran kamu!” dengan tegas Zira menolak lamaran Zayn.
Zayn patah arang, hatinya berkabut. Perjalanan cintanya tak berhasil lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments