"Mas,aku boleh minta sesuatu ga?" tanya Ima saat duduk berdua.
"Mau minta apa?" tanya Irwan sembari menyuap nasi ke mulutnya.
"Aku mau beli tanah Pak lek yang di kampung. Mereka lagi sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi anaknya." tanya Wanda kembali.
"Boleh. Kamu atur aja nanti uangnya aku transfer." ujar Irwan tak menyadari bahwa itu adalah awal kehancuran bagi dirinya.
"Tapi aku nantinya perlu tandan tangan untuk beberpa dokumen gimana." tanya Wanda.
"Atur aja."j awab Irwan singkat.
Wanda tersenyum bahagia langkah awal segera dimulai. Ternyata Allah mempermudah jalanku. Wanda pun segera menghubungi pengacaranya.
"Pagi pak Ali,tolong siapkan dokumen yang kemaren saya pinta. Langsung kirim kerumah saja." Ujar Wanda pada pak Ali pengacara keluarganya selama ini.
"Siap,bu. Nanti kalau sudah selesai saya kirim langsung kerumah." ujar pak Ali.
"Ok ! Saya tunggu." komunikasi langsung terputus Wanda meletakkan ponselnya di meja rias. Senyum terbit di sudut bibirnya. Ia membayangkan betapa kagetnya suaminya saat semua aset - aset berubah nama menjadi nama dirinya.
"Satu lagi apakah kak Ina masih mau dengan Irwan yang sebentar lagi akan jadi miskin?" kekeh Wanda lirih. Untung suaminya sudah berangkat.
Detik berganti detik,menit berganti menit. Jarum jam serasa lambat berputar bagi Wanda. Ia sudah tidak sabar menunggu surat yang akan dikirim pengacaranya.
Tok....
Tok....
Tok....
"Permisi." suara seseorang dari arah luar. Wanda yang sudah mendapat kabar kalau ada seorang kurir yang akan datang telah menunggu dari tadi.
Clek....
"Ibu Wanda." tanya seorang laki - laki memakai seragam.
"Betul." jawab Wanda.
"Ini ada titipan dari pak Ali untuk bu Wanda." laki - laki itu menyerahkan sebuah map coklat.
"Oh ya,makasih ya mas." ujar Wanda menerima map tersebut.
"Kalau begitu saya permisi dulu,bu." ujar laki - laki itu melangkah pergi meninggalkan rumah Wanda.
Wanda menutup pintu lalu berjalan ke kamar,tak sabar mau melihat berkas - berkas yang ada didalam map tersebut.
"Perfect." ujar Wanda sesaat setelah melihat berkas - berkas yang dikirim pak Ali membuatnya cukup puas.
Wanda mengambil ponsel dan mencari kontak seseorang.
"Terimakasih pak Ali,paket sudah saya terima."
Wanda meletakkan surat tersebut didalam laci,tinggal bagaimana caranya ia meminta tanda tangan suaminya tanpa menimbulkan kecurigaan dari suaminya.
Wanda mondar mandir menunggu kedatangan suaminya,tapi tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Tiap sebentar ia lihat jam yang ada di sudut lemari,hingga magrib suaminya tak kunjung datang.
Makanan yang sudah ia siapkan untuk menunggu kedatangan suaminya sudah dingin. Wanda pun tak berselera untuk makan. Dengan perasan kecewa Wanda menyimpan lauk yang sudah ia sediakan kelemari pendingin. Mungkin besok bisa dipanaskan kembali.
Wanda berasumsi jika suaminya pasti sedang bersama kak Ina." Ponselnya tidak aktif,sebegitu dirinya tak mau ada yang ganggu mereka. Mengabari aku saja tidak sama sekali." keluh Wanda kecewa.
"Dari pada menunggu yang tidak pasti lebih baik aku istirahat. Aku harus menyimpan tenaga untuk esok." Wanda merebahkan tubuhnya dikasur ukuran size di kamarnya. Sepi itu yang Wanda rasakan.Ada yang sesuatu yang kurang. Biasanya jam segini Wanda akan tidur dalam pelukan hangat suaminya,tapi kini itu sudah tak pernah ada. Ranjang yang dulu hangat kini terasa sangat dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
Semoga sukses Wanda..
2024-06-06
0
Nurmi Nuhung
Mantap
2024-05-28
1
Himna Mohamad
good wanda,aku support utmu
2024-02-17
2