"Sayang kamu udah tidur?"
"Aku kesepian disini."
"Andai tadi kamu tidak pulang, sudah barang tentu ada yang menemaniku malam ini."
"Kutunggu hari esok,love u."
Dengan perasaan muak aku menghapus pesan dari perempuan itu biar mas Irwan tidak mengetahui "Dasar perempuan gatal, tak tahu malu." sungutku.
Darahku seketika mendidih sampai ke ubun - ubun. Lihat saja nanti apa yang bisa aku lakukan untuk kalian manusia durjana.
Entah sampai jam berapa Wanda baru bisa terlelap. Saat membuka mataku tak kutemukan mas Irwan ada disampingku." Apa dia sudah bangun ya?"
Kutarik selimut yang menutupi tubuhku, ku turunkan kaki dari pembaringan berniat mau ke kamar mandi, tapi langkahku terhenti saat mendengar pintu kamar terbuka dari luar.
Ternyata mas Irwan sudah rapi dengan stelan kantornya."Sayang, udah bangun ya?." ujarnya tersenyum.
"Jam berapa, mas?Aku kesiangan." ujarku menguap karna masih mengantuk.
"Jam tujuh sayang."
"Sorry aku ketiduran, kayanya nggak sempat buat sarapan untuk mas." ujarku rasa bersalah bangun kesiangan, walau bagaimana pun ia masih tetap suamiku yang sah yang wajib aku layani.
"Nggak apa apa sayang. Mas udah makan roti barusan. Mas berangkat dulu ya ,ada berkas yang mesti mas siapkan untuk meeting tar siang." ujarnya berpamitan sambil mencium kening Wanda.
Tidak ada niat sama sekali aku mengantar kepergian mas Irwan. Biasanya setiap mau berangkat aku akan selalu mengantarnya ke depan dan masuk saat mobilnya hilang dari pandangan. Rasa muak membuatku acuh.
Irwan merasa heran, kenapa istrinya tidak mengantarnya seperti biasa," ada apa gerangan?Jangan - jangan.....ah sudah lupakan saja, mungkin dia masih ngantuk." Irwan bermenolog sendiri.
Mobil yang dikendarainya melaju membelah jalanan. Tapi bukan arah kantor yang dituju, mobil berbelok kearah sebaliknya.
Lima belas menit berlalu mobil Irwan terparkir di sebuah hotel yang lumayan mewah dikota ini. Dengan wajah berseri Irwan bersenandung kecil saat memasuki lift.
Saat telah sampai di lantai yang ia tuju bergegas ia menuju kamar yang kemaren sudah disewanya. Kedatanganya disambut senyuman dari seorang perempuan yang tak lain adalah Ina kakak iparnya sendiri.
"Pagi sayang." Irwan langsung menghujani kekasihnya dengan ciuman.
"Pagi juga, sayang. Aku kira kamu lupa sama janjimu." ujar Ina membenahi rambutnya yang sedikit berantakan ulah Irwan yang mengacak rambutnya karna gemes.
"Nggak dong. Masa aku lupa. Rugi kalau aku nggak datang." kekehnya genit.
Ina mencebik." Kamu udah sarapan?" tanya Ina.
"Aku tadi udah makan roti tadi di rumah." jawabnya Irwan.
"Tadinya aku mau ngajakin kamu sarapan bareng, kalau udah nggak apa apa. Aku sarapan sendiri aja deh." ada raut kecewa dari nada suara Ina.
"Aku temanin ya." Irwan merasa tidak enak hati menolak ajakan kekasihnya.
Ina dan Irwan sarapan bareng dikamar karna makanan sudah di order Ina. Sesekali terdengar gelak tawa.
Setelah selesai sarapan, mereka berdua duduk di sofa sambil minum kopi.
"Wan, aku takut hubungan kita diketahui Wanda." ujar Ina mengungkap ketakutan hatinya.
"Nggak usah mikir kesana dulu, lebih baik kita nikmati kebersamaan kita saat ini." Irwan mencoba menangkan hati Ina, tapi sebenarnya di hatinya juga timbul rasa takut seperti yang Ina katakan.
"Tapi aku takut wan, satu sisi aku mencintai dirimu, sisi yang lain aku telah menggores luka pada adikku sendiri." Bulir bening menetes membasahi pipinya. Rasa bersalah terus menghantuinya, tapi cintanya juga begitu besar untuk Irwan sang adik ipar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
Angel wes Angel🙄🙄
2024-06-06
0
Jade Meamoure
cinta yang besar gimana itu kalo saat mau nikahan malah d tinggal lari sama laki" lain
2024-03-21
3