Mendapat restunya...

...Happy Reading !!...

...****************...

Sore hari di ruang tamu keluarga Cyrus. Dexter sudah berhadapan dengan ibunya karena wanita itu sendiri yang meminta dia untuk segera menemuinya dan bicara.

Entah apa yang ibunya ini akan bicarakan, yang jelas dia hanya ingin segera selesai karena tidak tenang meninggalkan Odette sendirian di kamar.

"Cepat... Aku masih ada urusan, jangan buang-buang waktuku." ujarnya tanpa bereaksi apapun selain menatap datar wanita itu.

Hester Berdecak pelan seraya menggelengkan kepalanya, "Rupanya kau sangat menyayangi dia sampai tak sanggup jauh darinya hanya beberapa menit saja..." sindirnya.

"Buang-buang waktuku saja." Dexter sungguh muak dengan basa-basi ibunya itu.

Kalau bukan karena Braman yang membujuknya dan sedikit dorongan dari Odette juga, Dexter mana mau berlama-lama berhadapan dengan wanita ini.

Berisik, menjengkelkan, dan sangat ingin tahu. Hidupnya hanya penuh dengan hal semacam itu, malang sekali ibunya.

"Baiklah, aku langsung saja bicara-"

"Seharusnya langsung katakan saja, banyak omong sekali." potong Dexter merasa geram.

Hester membatin dalam hatinya. Ingin marah juga tak bisa karena Dexter ini anak kandungnya. Seorang ibu hanya dapat bersabar dan lapang dada.

"Kau sungguh akan menikah dengan Odette? Kau bukan sedang bermain-main, kan?" tanyanya serius.

"Aku hanya akan menikah satu kali seumur hidup. Jangan ragukan aku, sebaiknya kau urus tanah pemakaman saja..."

Mendengarnya entah kenapa hati Hester terasa sangat sesak. Sebelumnya dia sudah banyak mendengar perkataan nyeleneh putranya, tapi kenapa yang satu ini terasa sangat menusuk?

Perlukah Hester menasihati pria di hadapannya ini? Mungkin hanya akan di anggap angin lalu saja. Biarlah anak itu berkata semaunya.

"Tuan Muda, jangan terlalu merutuki Nyonya..." timpal Braman buka suara. Hanya menyimak percakapan mereka saja sudah membuat tubuhnya bergidik ngeri.

Kasih sayang antara anak dan ibu keluarga Cyrus memang berbeda. Sepertinya salah jika Braman menimpali pembicaraan mereka.

"Paman Braman, kau tolong temani Odette-ku." ujarnya, "Tinggalkan saja kami, aku berjanji nggak akan terjadi sesuatu."

Dengan hati dan langkah yang sangat berat untuk meninggalkan kedua orang ini hanya berduaan saja, Braman akhirnya tetap mendengarkan perintah Dexter.

Barulah Dexter menarik sudut bibirnya, beralih menatap Hester dengan permusuhan. "Kau bisa langsung ke intinya saja, nggak?"

"Ayolah Nak, apa perlu bersikap begini pada ibumu?" protes Hester sudah buntu akal.

Kenapa susah sekali mendidik putra keduanya ini. Atau anak sulung dan bungsu memang mempunyai perbedaan yang sangat besar? Jika benar, maka kelainan sikap Dexter sangatlah jauh.

"Berhenti omong kosong lagi, cepat katakan atau aku pergi." Dexter tertahan saat hendak bangkit.

Di hembuskannya nafas pasrah, "Kalau kau memang ingin menikah dengan gadis itu, aku akan merestui kalian." ucap Hester.

Dexter tercengang bukan main mendengarnya. Mendapat restu dari wanita ini? Sungguh tidak penting. Pede sekali dia berkata begitu. Dexter hampir muntah mendengarnya.

Namun tetap saja dalam hati kecilnya dia merasa senang. Setidaknya ibunya ini tidak ada niatan melukai Odette. Dexter hanya perlu lebih berjaga-jaga saja.

"Apa kau sudah bicara dengan pacar tua-mu itu?" tanya Dexter.

Hester menatap nyalang pada putranya ini, "Siapa yang kau bilang tua itu?! Dia sekarang berarti ayah mertuamu."

Dexter bergeleng cepat membantah pernyataan ibunya. "Dia ayah mertuaku? Berarti sekarang dia bukan pacarmu lagi." balasnya ketus.

Hester menatap tak suka pada pria itu. Walaupun benar, tapi hatinya terasa sakit dan tidak terima. "Aku akan bicara padanya nanti..." ucap Hester.

Dexter bangkit dan hendak pergi. Namun langkahnya terhenti karena teringat sesuatu, "Kau keberatan kalau pernikahan aku adakan dua hari lagi?" ujarnya.

"Apa... Kau gila, ya?!" pekik Hester sedikit terkejut dengan kabarnya.

"Ada apa? Aku hanya ingin cepat menikah dan punya anak dengan Odette-ku." balasnya.

Sungguh memalukan. Jika Odette mendegar ucapan pria itu, mungkin akan langsung merasa jengkel. Hester tidak percaya putranya begitu bersemangat menikahi seorang gadis yang di cintainya.

"Sudah, kau kembali sana... Ibu akan bicara dengan Wilson nanti."

Dexter tersenyum penuh kemenangan melihat wanita ini tak berdaya. Entah kenapa dia tak merasa kasihan sama sekali. Mungkin memang ini saatnya memperbaiki keadaan yang sudah keruh.

Tidak ada kata terlambat. Selagi matahari masih terbit seperti biasanya, takdir apapun masih bisa di ubah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!