Menemanimu.

Srak!

Dexter sigap dan langsung melirik ke sumber suara.

Walaupun takut itu sebuah jebakan pemburu lain, namun dia tetap menghampiri untuk melihat karena penasaran.

Berjalan dengan sangat hati-hati dan perlahan, Dexter langsung menodongkan senjatanya usai menepis semak daun itu.

Namun Dexter langsung membuang asal senjatanya karena mendapati Odette yang tengah meringkuk dengan keadaan cukup kacau.

Bahkan gadis berambut pirang itu masih mengenakan baju tidur berwarna putihnya. Rambut yang sedikit berantakan, tak memakai alas kaki apapun.

Dexter sungguh heran dengan apa yang Odette lakukan.

"Odette?"

Pria itu menghampiri Odette dan membawa gadisnya kedalam pelukan.

Hal itu juga sontak membuat Odette sedikit terkejut dan mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang menghampiri.

Namun karena Dexter yang kini sedang memeluknya, Odette kembali tenang dan malah menenggelamkan wajah cantiknya pada dada bidang pria itu.

"Odette, kenapa kau kacau sekali..."

Dexter membelai lembut rambut gadis yang tengah dia peluk.

Entah masalah apa yang membuat gadisnya sampai sekacau ini. Dexter tak tega melihatnya.

"Aku..." Odette menahan ucapannya.

"Ada apa sayang... Katakan?"

Odette tak melanjutkan lagi ucapannya. Untuk saat ini dia hanya ingin menenangkan hatinya.

"Kenapa kau harus ke hutan dalam keadaan seperti ini... Odette, jangan membuatku khawatir."

Jika saja hari ini Dexter tak pergi ke hutan, bagaimana dia tahu kalau gadisnya tengah terpuruk seperti ini?

Sakit sekali hatinya melihat Odette menangis dan tak berdaya. Rasanya seperti ada yang menusuk jantungnya dengan benda tajam.

Cukup lama mereka berpelukan. Odette benar-benar berusaha menenangkan hatinya dalam dekapan Dexter.

Ingin bicara saja sulit sekali rasanya. Semenjak kejadian siang ini, keadaan hatinya menjadi kacau.

"Dexter, kenapa harus aku yang mengalami ini..."

Akhirnya setelah sekian lama berusaha menenangkan, Odette buka suara.

"Hm? Kenapa kau bilang begitu,"

Gadis itu bergeleng pelan, menyapu sisa air mata yang membasahi wajahnya.

Odette melepaskan pelukannya, "Ayah menyebalkan, aku nggak ingin bertemu dengannya."

Dexter menangkup kedua pipi gadis dihadapannya. Dia mendekatkan wajahnya sampai kedua dahi mereka bersentuhan.

"Kamu nggak akan bertemu dengannya lagi. Setelah ini kamu tinggal denganku, bukan?"

Odette menganggukan kepalanya, setuju dengan ucapan Dexter barusan.

Setelah menikah memang seharusnya Odette ikut bersama dengan pria itu. Tinggal dan tidur satu atap dengannya.

"Dexter kau sangat baik..."

Terdengar kekehan kecil dari pria itu, "Aku hanya baik padamu saja, Odette."

hening. keduanya tak ada lagi yang bicara, hanya saling bertatapan dengan jarak yang begitu dekat.

Dexter yang menatapnya dengan sangat lekat. Sementara Odette merasa heran dengan apa yang terjadi padanya.

Ada apa ini? Kenapa jantungku berdebar begitu cepat? Sepertinya akhir-akhir ini kesehatanku terganggu.

Odette merasa karena terlalu banyak pikiran, kesehatan jantungnya mengalami masalah kesehatan.

"Odette, bolehkah?"

Dexter menatap sendu mata Odette, lalu pandangannya teralihkan pada bibir cantik Odette.

Merasa paham dengan apa yang akan pria ini lakukan, Odette menjauhkan wajahnya dengan cepat.

"Eh? Boleh apa? Kau ingin aku buatkan biskuit lagi untukmu, ya?!" ujarnya kikuk.

Dexter tersenyum padanya. Walaupun sedikit kecewa karena tak jadi berciuman dengan Odette, dia juga tak ingin memaksakan gadis itu.

"Oh ya, bagaimana dengan rasa biskuit yang aku buat?"

Sontak raut wajah Dexter menjadi panik. Seperti terkejut dengan pertanyaan yang Odette lontarkan.

Gadis itu sampai mengernyitkan dahinya karena merasa heran dengan respon yang Dexter berikan.

"Ternyata nggak enak ya..." lirih Odette kecewa.

"Bukan, Odette. Hanya saja kau nggak berbakat dalam hal itu..."

Odette menatap sinis padanya. Merasa tak senang dengan jawaban Dexter barusan.

Pernyataan itu sama saja seperti hinaan untuknya. Padahal jika memang rasanya tak enak, langsung saja bicara dengan jujur.

"Baiklah, terserah apa katamu. Nanti aku akan belajar membuat biskuit dengan koki istana."

Dexter tak kuasa menahan senyumnya. Odette ini selalu saja membuat hatinya bergetar hebat.

Dia akan belajar memasak demi aku? Astaga, Odette jelas kau ada perasaan padaku.

Dapat Dexter simpulkan, Odette sudah jatuh hati padanya. Gadis ini hanya tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan rasa itu.

"Dexter, jangan melamun!" tegur Odette.

Barulah Dexter kembali menatapnya, "Lupakan. Kau masih belum bilang padaku, kenapa bisa sampai seperti ini?" tanyanya.

Odette menarik nafasnya dalam-dalam. Lalu mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Tentang bagaimana bisa dia berada di hutan dengan keadaan kacau balau.

Saat menangis di kamarnya cukup lama, Odette memutuskan untuk berjalan mengitari hutan sendirian.

Niat hati ingin melupakan masalahnya, Odette malah meringkuk dan menangis tersedu-sedu sendirian disini.

"Kau pergi ke hutan sendirian hanya untuk menangis?"

Dexter sampai tak percaya mendengarnya. Gadis ini sungguh berbuat sesukanya saja.

Tak banyak bertanya lagi, Dexter memilih bangkit dan menggendong Odette dalam pelukannya.

Jelas Odette terkejut bukan main dengan sikap pria itu.

Aku nggak sangka, saat sedang seperti ini malah Dexter yang menenangkan aku. Padahal jelas aku begitu membencinya pada malam itu.

......................

"Tuan? Nona Odette?"

Braman menatap heran Dexter yang keluar dari hutan dengan menggendong Odette yang terlihat cukup memprihatinkan.

Banyak sekali pertanyaan yang ada dalam benaknya. Namun Braman menepis itu jauh-jauh dan menghampiri Dexter dengan tergesa-gesa .

"Ada apa dengan kalian?" tanya Braman ingin tahu.

"Braman, cepat masuk kedalam mobil."

Braman ini membuat kesal saja. Sudah jelas Dexter memberikan kode untuk cepat menyalakan kendaraan.

Pria tua itu malah menatap terus wajah Odette dan bergantian menatap padanya.

"Oke, cepat masuk ke mobil!"

Braman melajukan mobil dengan kecepatan sedang usai Dexter masuk dengan Odette pada pangkuannya.

"Apa kalian..."

"Buang pikiran kotormu itu. Fokus saja menyetir!" kecamnya.

Dexter beralih menatap wajah pucat Odette.

Apa sesakit itu? Setelah menikah denganku, aku pastikan kau nggak akan pernah merasa sedih sedikitpun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!