Bab 15

Kelima tim pergi menyusuri hutan dengan arah yang berbeda dan saling berpencar untuk mencari keberadaan Kevin. Dan tentu saja mereka berjalan sambil terus berteriak memanggil nama Kevin.

Di tim empat, terlihat Pingkan, Roni dan Beni yang sedang berjalan melewati pepohonan yang menjulang tinggi, karena jalan terjal yang sedikit curam membuat mereka terlihat kesusahan untuk berjalan cepat, ditambah dengan kondisi kabut yang tebal, sehingga penglihatan mereka sedikit terganggu.

"Wah, aku sebenarnya cemburu sama Adam, kok bisa sih mendapatkan wanita cantik seperti kamu." canda Beni kepada Pingkan.

"Lho memangnya kenapa? Adam cukup tampan kok, dia juga pria yang baik." jawab Pingkan, dia paling tidak suka jika suaminya direndahkan seperti itu oleh orang lain.

"Iya sih aku tau, cuma aku merasa kalian kurang cocok saja. Jujur aja dulu aku naksir sama kamu." ucap Beni kembali.

Pingkan enggan menanggapi candaan dari Beni, wanita itu memang sudah cinta mati kepada suaminya, walaupun sampai kini dia tidak tahu Adam memiliki perasaan yang sama atau tidak, karena dia lah yang duluan mendekati Adam. Bahkan sampai kini Adam belum pernah bilang bahwa dia mencintainya.

Mungkin orang lain memandang rendah status Adam karena Adam berasal dari keluarga yang miskin, tapi Pingkan sangat tulus mencintai Adam, tak peduli dengan latar belakangnya, dan menerima apapun kekurangan dari Adam. Sampai dia menolak beberapa orang pria mapan yang datang ingin melamarnya.

Pingkan baru menyadari bahwa dia telah kehilangan jejak Roni yang sedari tadi berjalan di depannya. "Lho Roni kemana? Kok aku gak lihat dia?"

Beni yang posisinya di belakang Pingkan, dia pun segera berlari melewati Pingkan untuk mencari Roni, padahal tadi jarak Pingkan antara Roni hanya terpaut 10 meter saja, "Lho kemana tuh anak? Apa mungkin dia tersesat? Kabut pagi ini memang sangat menggangu pemandangan banget."

"Ya Tuhan." Pingkan pun mengeluh, padahal saat ini dia sedang mencari Kevin, tapi sekarang dia telah kehilangan jejak Roni.

Pingkan dan Beni pun segera berteriak memanggil Roni. "Roni!"

Bukan hanya satu kali, mereka memanggil nama Roni berulang kali.

"Roni!"

"Roni!"

...****************...

Ternyata bukan hanya tim empat saja yang mengalami kendala, tim yang lainnya pun ada yang mengalami hal yang serupa, karena jalan terjal yang sedikit curam dan juga banyaknya bebatuan, membuat mereka tidak bisa berjalan berdekatan. Ditambah kondisi. hutan yang dilingkupi dengan kabut yang tebal membuat pandangan mereka sedikit terganggu.

Seperti tim lima, yang anggotanya adalah Heru, Lina, dan Dicky, mereka pun mengalami hal yang serupa. Saat ini mereka malah terpencar dan tersesat.

Lina sangat ketakutan sekali, dia mencoba mencari Heru dan Dicky, memanggil nama kedua pria itu.

"Heru! Dicky! Kalian dimana?"

Langkah mereka memang terpaut cukup jauh, dan posisi Lina berada di paling belakang. Saat itu Lina harus menghentikan langkahnya begitu merasakan tali sepatunya ada yang terlepas, sehingga dia harus membenarkan dulu tali sepatunya.

Namun, rupanya setelah dia selesai membenarkan tali sepatu, dia telah kehilangan jejak kedua pria itu.

Sementara itu tim dua, yang beranggotakan Arkan, Sisil, dan Panji, mereka terlihat masih bersama-sama, mungkin karena jalan yang mereka lalui tidak separah yang dilalui oleh tim empat dan tim lima.

Panji terlihat sedang melakukan pendekatan dengan Sisil.

"Sil, lu masih jomblo kan? Gimana kalau kita jadian aja?" Panji meminta Sisil untuk menjadi kekasihnya.

"Gak ah, tipe aku tuh kayak Nicholas gitu, cakep banget." tolak Sisil dengan nada centilnya.

Panji sangat kesal mendengar penolakan dari Sisil, "Dih cowok psikopat gitu di taksir."

Sementara Arkan tak banyak bicara, dia lebih fokus terus memanggil nama Kevin, siapa tahu Kevin sedang tersesat di hutan saat ini.

"Kevin!"

"Kevin! Lu dimana?"

"Kevin!"

...****************...

Dan tim satu, yang beranggotakan David, Hilda, dan Atta. Terlihat David yang meminta Atta untuk pergi duluan, karena dia memiliki kepentingan dengan Hilda. Suasana hutan yang begitu sepi membuat pikiran mesumnya muncul, dia sangat penasaran bagaimana rasanya bercinta di tengah hutan.

"Ta, lu duluan gih. Gue ada hal yang harus gue bicarakan dengan Hilda, ini sangat penting." David mengusir Atta.

Tentu saja Atta nampak keberatan, karena dia takut jika dia akan tersesat di hutan ini. "Ta-tapi Dav..."

"Ini perintah!" ucap David dengan nada membentak.

Atta memilih mengalah, walaupun dia tidak berani pergi sendirian, tapi dia terpaksa harus pergi duluan, menjauh dari David dan Hilda.

Setelah itu, David pun mendekati Hilda, dia membisikkan sesuatu kepada wanita itu.

"Gila kamu! Masa kita melakukannya disini? Kalau ada orang yang lihat gimana?" Hilda enggan mengikuti ide gilanya David.

David pun memeluk Hilda dari belakang, dia mere-mas-re-mas kedua gunung kembar milik Hilda. "Sebentar aja, aku lagi pengen!"

Kemudian pria itu pun menciumi leher Hilda.

Dan akhirnya Hilda memilih untuk pasrah saja mengikuti keinginnya David. Kehidupan Hilda dan David memang sangat bebas, sehingga mereka sering melakukan s3x tanpa ada ikatan apapun, padahal Hilda tahu bahwa David adalah calon suami sahabatnya.

David mencari tempat yang nyaman, kebetulan disana ada sebuah batu besar, sehingga David segera duduk di batu tersebut, dia merengkuh Hilda untuk duduk dipangkuannya, mereka ingin bercinta dengan posisi duduk.

David hanya membuka resleting celana jeansnya, sementara Hilda hanya membuka cela-na dalamnya saja, karena dia memakai rok. Dan keduanya pun bercinta disana, di tengah hutan yang sepi, hanya terdengar suara dedaunan yang bergoyang terkena hembusan angin dan suara des-ahan mereka.

"Udah belum?" tanya Hilda dengan nada kesal.

David tak menjawab, dia membantu Hilda mempercepat gerakannya yang sedang duduk pangkuannya.

Namun, Hilda melihat ada seseorang yang sedang berjalan ke arah mereka berdua, tepatnya di belakang David, tatapan orang itu sangat menakutkan sekali.

"Dav! Dav!" Hilda memukul-mukul pundak David, dia terlihat panik dan ketakutan sekali.

"Apaan sih? Masih lama juga!" David sangat merasa terganggu dengan ulah Hilda.

Hilda merasa bibirnya sulit sekali untuk berucap, dia memukul-mukul pundak David dan menunjuk ke arah seseorang yang terus berjalan semakin dekat dengan mereka.

David segera menoleh ke belakang, dia pun terperanjat ketika melihat siapa yang sedang berdiri di belakangnya.

Terpopuler

Comments

Ray

Ray

David dan Hilda cocok itu, orang2x yg tak berperasaan, tak punya hati😡😡

2024-08-09

1

Eric ardy Yahya

Eric ardy Yahya

YANG SAMPAH COCOK SAMA SAMPAH . JADI YA JANGAN HARAP BERLIAN MAU MENERIMA TUMPUKAN SAMPAH YANG GAK BERNILAI ITU.

2024-04-21

1

Siti Sopiah

Siti Sopiah

mampus kau david

2024-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!