Ajeng pun menampilkan senyum terpaksa ya pada Al, dan seperti biasa Al akan menepuk-nepuk kepala Ajeng seperti anak kucing yang manis dan penurut.
"Setelah ini kita ke rumah mama!" ucap Al setelah menghabiskan es cincau ya.
"Mas Al aja sendiri ya, aku di rumah aja!"
"Terserah kau saja lah!" ucap Al sambil mengedarkan pandangannya, ia seperti sedang mencari sesuatu.
"Buk ..... kenapa hari ini sepi sekali?" tanya Al pada penjual es cincau itu.
"Karena sedang libur sekolah, mungkin mereka liburan semua kali ya mas!"
"Ibuk benar ....!"
"Mas Al sering ya datang ke sini?" tanya Ajeng yang sedari tadi hanya jadi pendengar.
"Iya ...., dulu waktu sekolah kami sering nongkrong di tempat ini, dan untuk mengenang semua itu, aku sering menghabiskan waktu di sini!"
"Kasihan ....., pasti mas Al kesepian!"
"Enak aja ...., nggak ya ....!"
"Kalau lihat penampilan mas Al dulu, kayaknya iya deh, mas Al pasti nggak punya banyak teman!"
"Dasar kau ini ya ....!"
***
Sore hari, Al sudah bersiap-siap hendak berangkat ke rumah mama Renna, ia mencari-cari Ajeng yang ternyata berada di dapur.
"Jeng!"
"Iya ...?" Ajeng yang sedang sibuk dengan kegiatan nya segera mendongakkan kepalanya.
"Kau benar-benar tidak ingin ikut? Bukankah kau takut di rumah sendiri?"
"Aku di rumah saja lah ...., dari pada ikut ntar malah bikin ribet."
"Ya udah, hati-hati di rumah, kunci pintunya dari dalam, aku bawa kunci serep!"
"Siap!"
Aldevaro pun berangkat ke rumah mamanya, ia harus menjelaskan banyak hal pada mamanya itu.
Hanya dalam waktu setengah jam, Al sampai juga di depan rumah mewah itu.
"Mas Al dari mana saja?" tanya pak satpam yang membukakan pintu gerbang.
"Ada urusan pak, mama ada di rumah nggak?"
"Ada mas ...., mas Dika juga di rumah!"
"Baiklah ...., aku masuk dulu ya pak!"
Al pun berlari masuk ke dalam rumah, setidaknya sekarang papa nya sedang tidak di rumah, jadi tidak akan terlalu rumit untuknya.
"Assalamualaikum ...., ma ...., mama ....!"
"Waalaikum salam ....., sudah datang kamu?"
"Iya ma!"
Al pun segera duduk di sofa ruang keluarga, belum juga satu detik ia mendudukkan bokongnya, Dika sudah keluar dari kamarnya.
"Bang ...., kita harus bicara!" ucap Dika sambil menghampiri abangnya.
"Mama nggak mau kalian ribut-ribut ....., semuanya harus di selesaikan dengan baik-baik ...., apalagi ini cuma masalah cewek, jangan sampai hubungan persaudaraan kalian yang terganggu!" ucap mama Renna menangahi agar putra-putranya tidak sampai bertengkar.
"Cehhh ...., kami sudah dewasa ma!" ucap Al, Dika pun juga demikian.
"Sebenarnya apa maksud bang Al membawa Ajeng ke rumah bang Al?" tanya Dika.
"Aku ingin dia memperbaiki nilainya dan bisa masuk perguruan tinggi!"
"Memang harus dengan cara tinggal di rumah bang Al, itu bukan alasan yang tepat bang!"
"Terserah bagaimana kau menyikapinya, tapi yang jelas itu alasan utamanya."
"Aku mencintai Ajeng , bang!"
"Aku lebih dari mencintai, aku mengaguminya semenjak kecil dan aku ingin kelak dia jadi pendampingku!" ucap Al tak mau kalah.
"Sejak kecil?"
"Ya ...., sejak kecil ...., dia gadis pertama yang berani menantang ku, dia gadis pertama yang telah membuat hatiku luluh!"
"Apa-apaan kalian ini, bisa-bisanya mencintai gadis yang sama, seistimewa apa sih gadis itu!" ucap mama Renna sambil menggelengkan kepalanya.
"Baiklah ....., sebaiknya kita bersaing untuk itu!" ucap Dika, walaupun Al adalah abangnya, tapi dia juga mencintai Ajeng, walaupun Ajeng sudah menolaknya.
"Baiklah ...., deal ...., aku setuju ...!"
"Karena sudah tidak ada ribut-ribut lagi, kita bisa makan malam sekarang!"
Mereka pun akhirnya makan malam, walaupun adik kakak itu dalam suasana bersaing tapi tetap tidak bisa menghalangi hubungan persaudaraan mereka.
"Ma ...., aku harus segera pulang, Ajeng takut sendiri!" ucap Al berpamitan sedangkan Dika sudah lebih dulu masuk ke dalam kamarnya.
"Iya sayang ...., tapi ingat pesan mama, jangan macam-macam ...., kalian bukan muhrim ...., awas saja kalau sampai menghamili anak orang!"
"Iya ma ...., Al nggak seburuk itu ma ...., Al pulang!"
Setelah berpamitan, Al pun segera masuk ke dalam mobil dan dengan cepat mobil melaju.
****
Di rumah, Ajeng sudah begitu ketakutan. Ia sama sekali tidak meninggalkan ruang tv, ia memutar televisi dengan volume yang sangat keras. Ia hanya fokus pada layar tv walaupun ia tidak menyukai acaranya.
"Kapan sih mas Al pulangnya!?" gumam Ajeng sambil melipat lututnya dan di jadikan penyanggah dagunya.
"Awas saja kalau dia tidak pulang hari ini!"
Ia merasa ada yang mencoba membuka pintu, membuat Ajeng semakin memejamkan matanya. tak berapa lama ia mendengar langkah kaki, membuat bulu kuduknya semakin berdiri.
"Ampun ....., ampun ....., jangan ganggu aku ya ...., aku nggak bakalan nganggu kok!" ucap Ajeng memelas sambil memejamkan matanya, ia benar-benar tidak berani membuka mata.
Tiba-tiba ia merasa ada sebuah tangan memegang pundaknya, persis seperti di film-film horor.
"Ampun ...., ampun ....., ampun ....., bang, mbak, Tante, nek, engkong ...., jangan ganggu ya!"
"Jeng!"
Astaga ...., hantunya juga bisa tahu namaku ....
"Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim"
Ajeng melantunkan ayat kursi hingga beberapa kali, bukan hanya di dalam hati, tapi ia sampai melafalkannya dengan keras.
"Jeng ...., ini aku ....!"
Sepertinya suara mas Al, mas Al beneran atau gendruwo yang menyamar seperti mas Al ya ....
"Ini mas Al beneran apa bukan?" tanya Ajeng.
"Beneran!!!"
Tapi mana ada maling yang ngaku, apalagi hantu kan tukang kibul .....
"Sekarang sebutkan apa yang kamu ketahui tentang aku jika kamu benar-benar mas Al!"
"Cehhh ...., nama lengkap kamu, Diajeng Kartika, ibu kamu Bu kasih, bapak kamu pak Darman, kakak kamu Diah."
"Jadi ini benerang mas Al!"
"Iya ....!"
Ajeng pun dengan pelan mulai membuka matanya, ia memastikan jika orang yang berada di depannya itu adalah mas Al yang ia kenal, Ajeng memegang pipi Al, membuat pria itu tersentak kaget dengan apa yang di lakukan Ajeng, jantungnya bekerja lebih keras saat ini, wajahnya mulai memerah.
"Kayaknya benar nih mas Al!"
"Kenapa bisa yakin?" tanya Al.
"Soalnya cuma mas Al yang ketika aku sentuh wajahnya langsung memerah seperti itu!" mendengar ucapan dari Ajeng membuat wajah Al semakin memerah, ia pun memalingkan wajahnya karena malu ketahuan wajahnya memerah.
"Mas Al ....!" teriak Ajeng, ia pun langsung berhambur memeluk Al, membuat Al lagi-lagi tersenyum senang tapi tetap saja jantungnya benar-benar berdetak kencang.
"Hiks hiks hiks ...., aku hampir mati kaku mas Al, kenapa lama sekali?" ucap Ajeng sambil menangis di dalam pelukan Al.
BERSAMBUNG
Jangan lupa untuk kasih dukungan ke author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
Tri.ani.5249
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Widia Putri
next😌
2021-02-12
0
Ni'mah Florist
Next
2020-12-22
0
Sri Yani
Al modus tuh, besok2 pulang telat lagi biar dipeluk2 sama Ajeng 😂
2020-12-22
0