Ajeng tampak memikirkan sesuatu supaya dia tidak sampai di tinggal di tempat itu sendiri.
“Bagaimana kalau pak Al temenin aku tinggal di sini, sebagai gantinya biarkan aku saja yang bersih-bersih rumah ini, cuma nyapu sama ngepel kan?” tanya Ajeng memastikan.
Asal jangan suruh Ngurah kolam renang aja, aku mah masih sanggul
"Beneran maunya katak gitu?" tanya Al memastikan.
"Yakin lah pak!" ucap Ajeng sambil mengangkat kedua jarinya.
"Semua ...., semua ...., semuanya ....?"
"Emang apa susahnya sih pak tinggal bilang iya doang!?"
“iya deh...!"
"Asyeeek .....!" ajeng begitu girang mendengar kesanggupan Al.
"Segitu senengnya bisa tinggal berdua sama aku!" ucap Al sambil tersenyum jahil.
"Bukan begitu pak!"
"Ya aku tahu ....., ya sudah jika maumu seperti itu, tapi nanti jika kamu kualahan, kamu bisa bilang ke aku, dan lagi, kalau di rumah kamu bisa panggil aku nama saja, nggak usah di kasih pak, kesannya aku tua sekali ...” keluh Al.
"Emang mau di panggil apa?"
"Panggil mas Al!"
"Cie ....., pakek mas lagi ....!"
"Mau apa nggak, kalau nggak mau aku nggak akan nemenin kamu, mau ....?"
"Iya deh ...., iya ....., mas Al."
"Bagus ...., jadi anak penurut!" ucap Al sambil menepuk-nepuk kepala Ajeng.
"Apaan sih pak!!!" ucap Ajeng sambil menyingkirkan tangan Al dari atas kepalanya.
"Mas ...., panggil aku mas ....!"
“Baiklah .....”
"Ayo ....!"
"Mas Al ....., puas ....!?" Ajeng begitu kesal dengan tingkah Al, membuat Al tersenyum puas karena berhasil menggoda Ajeng.
“Ya udah aku mandi dulu, setelah itu kita ke pasar ...!"
Aldevaro pun langsung beranjak dari duduknya dan menuju ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Ajeng.
Sedangkan Ajeng segera membereskan piring kotor, di bawanya piring kotor ke dapur untuk di cuci, setelah selesai ia segera kembali ke kamar untuk mengambil tas punggung kecilnya.
Ia menunggu Al di ruang tv yang bersebelahan dengan meja makan, memang tidak ada pembatas suangan di sana, semua ruang terhubung sehingga memberi kesan luas pada rumah itu.
Tak berapa lama Al pun sudah turun dengan memakai pakaian rapi, jaket hitan yang melapisi kaos memberi kesan santai dan casual
“ayo berangkat ...” ucap Al pun menyambar kunci mobil yang berada di atas meja .
"Mau ke pasar atau mau mejeng sih mas?" tanya Ajeng yang melihat penampilan Al begitu mempesona, apalagi dengan kacamata yang bertengger di matanya.
"Kenapa? kamu mulai suka ya sama aku?" pertanyaan Al malah membuat Ajeng bergidik ngeri, ia pun berlalu meninggalkan Al di belakang, tapi langkahnya tentu tak lebih lebar dari langkah Al.
"Dasar pendek ...!" ucap Al sambil mendahului langkah Ajeng.
"Menyebalkan!" ucap Ajeng saat di dahului oleh Al, ia pun berjalan di belakangnya.
"Ayo masuk!" ucap Al saat sudah sampai di dalam mobil.
"Aku di belakang saja ya!"
"Memang aku sopir kamu, sini ...!" ucap Al sambil membukakan pintu depan, di samping ia duduk.
Mau tak mau Ajeng pun duduk di samping Al yang berada di balik kemudi.
"Pakai sethbelt mu!" perintah Al lagi.
"Bagaimana?" tanya Ajeng dengan polosnya.
"Hehhh ....!" Al menghembuskan nafas kasarnya, bukannya marah atau kesal, tapi berada terlalu dekat dengannya, tidak baik bagi jantungnya. Tapi terlalu jauh juga akan lebih menghancurkannya.
Al pun mendekatkan tubuhnya pada tubuh Ajeng, tangannya sudah cukup gemetar untuk memasangnya.
"Lama sekali sih mas, bisa tidak?" tanya Ajeng yang tak sabar.
"Sudah selesai!" ucap Al sambil menjauhkan dirinya dari Ajeng.
"Kenapa wajah mas Al, kok merah, mas Al sakit ya?" tanya Ajeng yang hendak mendekatkan tangannya ke pipi Al, tapi segera di tepis oleh Al.
"Hentikan .... ,aku nggak pa pa, kita berangkat!"
"Baiklah ...!" Ajeng pun segera memalingkan wajahnya, ia tidak memperhatikan lagi apa yang di lakukan oleh Al, dia lebih memilih melihat jalanan saat mobil sudah mulai melaju.
Untung saja dia nggak curiga ...., memang wajahku kenapa? Aku cuma ngrasa panas saja
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, roda itu berputar memecah keramaian pagi di kota sejuk itu.
Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah pasar, ya Al memang sudah terbiasa berbelanja di pasar.
Ia memarkirkan mobilnya di salah satu tempat parkir di pasar, ya di kota ini memang belum banyak mall, hanya ada satu mall di dalam kota.
"Ayo turun!" ajak Al.
"Mas Al yakin mau ke sini?" tanya Ajeng.
"Memang kenapa?"
“Mas Al tidak pa pa jika masuk pasar?” tanya Ajeng khawatir, menurutnya Al cukup punya uang untuk menyuruh orang berbelanja tanpa harus turun langsung ke pasar, tidak mungkin pria itu akan belanja di pasar.
“Aku sudah biasa ..., ayo turun ...”
Akhirnya mau tak mau Ajeng pun ikut turun , dan benar saja Al ternyata lebih lihai dalam berbelanja di bandingkan dirinya, ia lebih pintar menawar.
"Ini berapa buk?" tanya Al pada penjual sayuran.
"Itu satu kilonya sepuluh ribu mas!"
"Biasanya juga tujuh ribu buk!"
"Masih belum boleh mas kalau tujuh ribu!"
.
"Aku belinya dua kilo loh buk, gimana kalau lima belas ribu dua kilo?"
"Ya sudah, mas milih aja ya!"
"Terimakasih buk!"
Al pun sibuk memilih buah tomat yang tadi ia tawar, melihat Ajeng hanya diam saja membuat Al terpancing untuk menghentikan aktifitasnya.
"Kenapa diam?"
"Mas Al pinter ya belanjanya!"
"Kamu juga harus belajar, nanti kalau sudah jadi ibu rumah tangga harus bisa!"
"Iiiih mas Al mikirnya kejauhan, lulus SMA aja belum udah mikir nikah!"
"Siapa tahu nggak nunggu lulus kamu udah nikah!"
"Nggak ada namanya belum lulus nikah, bisa di bejek-bejek aku sama mbak Diah."
"Ya udah ayo bantu aku milih tomatnya yang segar!"
"Emang yang segar yang bagaimana mas?"
"Cari ya keras dan mengkilat, jangan terlalu matang!"
"Kenapa nggak boleh terlalu matang?"
"Kalau terlalu matang, nanti nggak bisa di simpan lama, kalau milih yang seperti ini!" ucap Al sambil menunjukkan sebuah tomat di tangannya. Akhirnya Ajeng sekarang sedikit demi sedikit sudah mulai tahu.
Setelah tomat, Al juga berbelanja cabe, seperti halnya tomat Al juga memberi tahu tentang cabe, sayur bayam, bawah yang bagus bagaimana, dan masih banyak lagi.
Hingga tanpa terasa mereka di pasar sudah sampai tengah hari, semua kebutuhan dapur pun sudah berhasil masuk di kantong belanja.
"Sudah selesai mas?" tanya Ajeng.
"Sudah, kau mau sesuatu?" tanya Al.
"Sebenarnya haus sih, ada yang bisa di minum nggak?"
"Kita taruh dulu belanjaannya di mobil, lalu cari minum!"
"Baiklah ...!" mereka pun segera menuju ke mobil mereka, tapi seketika langkahnya terhenti saat tanpa sengaja mata mereka tertuju pada seseorang yang sedang berdiri di samping mobil Al.
”**BERSAMBUNG
Jangan lupa untuk kasih dukungan ke author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
Tri.ani.5249**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Widia Putri
ceritanya mantavv👍🏾😍
2021-02-12
0
IU
kak TriAni kenapa Aldevaro kadang di panggil Al...kadang Rendi....aku bingung🤔🤔
2021-01-19
1
Sri Yani
siapakah dia
2020-12-19
0