Hari sudah semakin sore, mereka pun kembali ke rumah, begitu juga dengan Al dan Diah. Tapi Al dan Diah sudah lebih dulu sampainya.
“karena hari sudah sore , jadi kami mohon pamit ...” ucap Al pun berpamitan kepada kedua orang tua Ajeng.
“Abang Al ini gimana ..., aku mau di sini ...” Dika protes karena tiba-tiba Al mengajaknya pulang.
Cletuk
Sebuah pukulan mendarat di kepala Dika, membuat Dika segera memegangi kepalanya.
"Apaan sih bang, sakit tahu!" keluh Dika yang merasakan kelu di kepalanya.
"Jangan sembarang jadi orang!" ucap Al tegas.
“Abang kalau mau pulang, pulang aja sendiri ..., berangkatnya aja nggak barengan ....” gerutu Dika.
“Kalau nggak mau pulang ..., aku suruh kamu tidur di sawah ..., mau?” ancam Al membuat semua yang ada di ruangan itu tertawa melihat tingkah dua kakak beradik itu.
“ah ..., abang ini ...” Dika pun menyerah. Ia hanya bisa menggerutu sendiri.
“ya sudah kami permisi pulang dulu ya pak, buk ...” ucap Al lagi.
“iya nak ...., terimakasih lo ya sudah mau main ke sini ...” jawab pak Darman, bapak Ajeng.
"Sama-sama pak, assalamualaikum ...!"
"Waalaikum salam ...!"
Mereka pun mengendarai motornya sendiri-sendiri meninggalkan rumah Diah dan Ajeng.
***
Malam ini merupakan malam yang menyenangkan bagi Ajeng, karena ia bisa tidur sekamar dengan kakaknya, ini sudah begitu jarang, apalagi besok kakaknya sudah harus pergi lagi jauh, tidak hanya ke Surabaya, tapi ke Jakarta
“mbak..., mbak bakalan lama ya di Jakarta ...?” tanya Ajeng sambil duduk di lantai menghadap ke meja kecil, ya kamar mereka tidak memiliki dipan ataupun kursi karena ukuran kamar itu hanya 2x2 meter, sangat kecil dan akan sangat penuh jika di isi dengan banyak perabotan.
Di sana hanya ada spons sebagai alas tidur, sebuah lemari plastik dan sebuah meja kecil dengan kaki meja pendek.
“iyo lah dek ..., mbak kan mau cari uang di sana, mbak nggak mau kamu nggak bisa nglanjutin kuliah seperti mbak, jadi kamu harus rajin belajarnya”
“iya mbak aku jannji ...”
“jangan suka bolos-bolos lagi ...”
“iya aku tahu ...”
Mereka pun menghabiskan malamnya dengan saling berbagi cerita. Tentang sekolah Ajeng, teman-teman Ajeng, hukuman-hukuman Ajeng, dan Diah pun sama, ia juga menceritakan tentang bos baiknya, teman-teman nya yang baik dan pekerjaannya.
***
Di tempat lain, kakak beradik lain juga mengalami hal yang sama.
"Bang ....., dengerin aku bang!" teriak Dika sambil mengejar abangnya yang terus berjalan meninggalkannya.
"Kalian apa-apaan sih, pulang-pulang kok sudah ribut?" tanya mama Hanna yang melihat kedua putranya tidak bersahabat.
"Tanya tuh sama bang Al!" adu Dika pada mamanya.
"Al duduk dulu, Al ....!" mendapat intruksi dari mama Hanna, Al tak bisa mengelak, Al adalah anak yang sangat penurut pada mamanya.
Mereka pun duduk di sofa, mama Hanna bertindak sebagai wasit di sini.
"Sekarang ceritakan pada mama, apa yang terjadi!"
"Tanya aja sama bang Al tuh ma!" ucap Dika kesal.
"Al ....?" ucap mama Hanna sambil menatap putra sulungnya itu.
"Al nggak salah ma!" ucap Al sambil melipat tangannya di atas dada.
"Dik?" sekarang gantian mama Hanna menatap putra bungsunya.
"Mama ingat sama Ajeng kan?" tanya Dika.
"Ajeng yang temen kamu itu, yang kamu kenalin sama mama, ada apa dengannya?"
"Bang Al mengerjai dia habis-habisan ma!"
"Mengerjai bagaimana?" tanya mama Hanna tak mengerti.
"Dia meminta Ajeng membayar setiap bantuan yang bang Al berikan dengan magang di tempat bang Al!"
Al hanya mendengus kesal mendengar penuturan adik laki-laki nya itu.
"Al?" tanya mama Hanna pada Al.
"Bukan seperti itu ma, Al cuma ingin membuat dia jadi anak yang lebih bertanggung jawab dan disiplin!"
"Nah sudah dengar kan dek, Abang kamu punya alasan! Atau jangan-jangan kalian sedang memperebutkan cewek yang sama?" tanya mama Hanna menyelidik.
"Mama ini apa-apaan sih!" ucap Dika kesal karena ketahuan dan langsung meninggalkan mama dan abangnya.
"Dik ...., mama belum selesai loh ...!" teriak mama Hanna tapi tak membuat Dika menghentikan langkahnya, mama Hanna pun menatap Al, Al hanya mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu.
***
Pagi ini sebelum mentari menampakkan sinarnya, Diah sudah bersiap-siap berangkat ke bandara, ia di jemput oleh orang dari atasannya di surabaya, karena atasannya di Surabaya ada hubungannya dengan calon bosnya yang baru.
Setelah kepergian Diah, Ajeng pun melakukan aktifitas paginya di rumahnya sendiri, ia menjelma menjadi anak yang rajin jika sedang di rumah tidak seperti di tempat kos.
Ia membantu semua pekerjaan ibunya, mulai dari masak, menyapu, mencuci piring hingga ikut bapak ibunya ke sawah, walau hanya sekedar mengusir burung-burng yang saling mengganggu sawah yang sudah mulai menguning.
Ia berlari kesana kemari hanya untuk mengusir burung-burung itu yang hinggap di setiap ujung daun padi.
Langkahnya terkejut saat melihat sesosok orang yang tak begitu asing berjalan menghampirinya, di tengah sawah, di jalan kecil yang memisahkan sawah yang satu dengan sawah yang lainnya.
“pak Al ....?”
Kenapa dia kesini, apa aku hanya halu?
“kenapa? Terkejut ?” tanya Al sambil berjalan mendekat ke arah Ajeng, ia menyingsingkan kedua celananya sampai ke lutut, buat jaga-jaga saja supaya tidak terkena lumpur. dengan senyum jahilnya ia menatap Ajeng saat sampai tepat di depan Ajeng.
“Bapak ngapain di sini?” tanya Ajeng, ia masih belum mengerti kenapa orang itu berada di tempatnya yang jelas-jelas jauh dari wilayah sekolah.
"Mau manen padi!" ucap Al sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Enak aja panen-panen, emang sawah siapa!"
"Nah itu tahu!" ucap Al sambil senyum yang tersungging di bibirnya.
"Lalu mau apa dong?" tanya Ajeng tak mengerti.
“Mau jemput kamu!”
“aku?”
Ajeng menunjuk dirinya sendiri tak percaya.
“ya ...!” ucap Al dengan sangat yakin.
“Dasar gila kali ya ..., apa-apaan inih ...., pasti ada yang salah ...” batin Ajeng
“nggak usah mikir aneh-aneh ..., aku sudah janji sama kakak kamu bakal ngegembleng kamu ..., jadi jangan banyak bertanya”
"Aku mau liburan pak, baru juga dua hari di rumah!" keluh Ajeng.
"Memang siapa yang ngijinin kamu buat liburan!"
"Ya aku sendiri lah ...!"
"Jangan harap ya kamu bisa enak-enakan liburan!"
“Apa-apaan sih pak, maksa banget!"
"Emang itu atuarannya!"
"Aturan dari Hongkong, pemaksaan kok dikatakan aturan!"
"Kalau nggak mau, aku bakalan menculik kamu, bagaimana? aku sudah siap!" ucap Al sambil menyingsing lengan bajunya bersiap untuk mengangkat tubuhnya.
"Nggak bisa dong pak ...!"
"Mau alasan apa lagi?"
"A-aku harus ijin dulu sama ibu dan bapak ...” Ajeng berusaha menolak.
“Bapak dan ibuk kamu sudah mengijinkan”
“hahhh...” Ajeng membulatkan mulutnya begitu terkejut
“jangan lebar-lebar, ntar belalangnya masuk ...”
Mendengar itu. Ajeng pun segera menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, walaupun tangan satunya masih memegang kayu yang ujungnya di beri kresek yang di gunakan untuk mengusir burung.
Spesial Visual Al
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sunarty Narty
Al ganteng SH tp lbH imut Dika dh visualnya
2021-05-05
1
Linggarini
mama hana ato mama rena thor ?
2021-02-13
0
Widia Putri
mampir🙃
2021-02-11
0