KEKUATAN CINTA
PoV Ajeng
“Ajeng ...., kunci pintu mu ....” suara teriakan setiap pagi selalu
mengusikku, jangan keras-keras itu suara ibu kos ku
Perkenalkan namaku Ajeng, aku tinggal di kos karena jarak sekolah
ku dengan rumah lumayan jauh, entah dapat kekuatan dari mana hingga membuat kakakku dulu menempuh perjalanan
harus pulang pergi sejauh ini tanpa kendaraan.
Oh iya aku hampir lupa, kakak ku kan punya bodyguard setia
siapa lagi kalau bukan tetangga kami, aku lebih memilih tinggal di kos karena
menurutku lebih efektif saja waktunya, ngeles sih ...., aslinya agar lebih leluasa untuk kluyuran sih. he he he (tawa jahil)
Oh iya, jika lupa, aku ingatkan lagi ya ..., kakakku namanya Diah
Wulandari, saat ini kakak ku sedang bekerja di surabaya, kakakku sangat baik
dia tak pernah lupa mengirim uang untuk biaya sekolahku.
Aku sedang menempuh pendidikan di SMA favorit di kota ku, aku
lumayan pintar sih jadi cukup mudah untuk masuk sekolah favorit.
“Ajeng ayo ...., kita sudah terlambat” gadis yang sedang menarik
tanganku ini namanya Rita, dia teman satu kos ku, kami tidak satu kamar, karena
ukuran kamar kos kami sangat kecil, aku memilih kos yang biayanya terjangkau, tapi kalau dengan si Rita aku nggak tahu sih sebabnya, nyang aku tahu dia anak orang kaya.
“Tunggu sebentar ..., aku belum pakek sepatu ....”
"Terserah kau saja, aku duluan ...” pasti itu yang terjadi, mana
mungkin Rita akan menungguku, dia itu kutu buku, dan lagi anak teladan, ya
biarlah dia duluan ..., aku mah santui.
“Tunggu sebentar ....,” aku harus segera mengejar pintu
gerbang, pintunya tak akan lari walau di
kejar, tapi sayang nya dia akan tertutup.
Tet tet tet
Itu suara ngeri yang paling tidak ingin aku dengar di pagi hari, tapi akan sangat menyenangkan jika di dengar pas siang hari.
Aku harus lebih
memacu langkahku untuk meraih pintu yang tinggal sejengkal lagi tertutup rapat.
“pak ...... tunggu ....” aku berteriak sekuat tenaga agar pintu itu
tidak tertutup.
Cklekklek
Haahhhhhhh ...., akhirnya aku terlambat lagi kan ....
"Ajeng ..., Ajeng ...., kebiasaan ya kamu ....” keluh pak satpam,
namanya pak Totok, kebetulan rumahnya bersebelahan dengan tempat kosku,
istrinya begitu baik, dia seperti pengganti ibu untukku, sering banget ngasih
makanan, tau kan kantongnya anak kos ...., tipissssss banget ...., hingga
transparan sampai nggak kelihatan ada duwitnya.
“Maaf pak ..., tadi aku harus ini, harus itu, harus ngerjain ini ,
ngerjain itu ...”
“banyak alasan ......, masuklah ....”
“bapak mengijinkan aku masuk ...., wah bapak baik hati sekali ...”
aku benar-benar memujinya, benar memujinya loh kali ini ....
“ya karena kau harus berdiri di lapangan di depan teman temanmu,
sampai upacara selesai”
Ternyata di balik kebaikan itu ada nestapa, aku membencimu pak Totok.
Ya kan ...,hukuman yang sama setiap pagi ..., tapi sayang aku lupa
kalau hari ini adalah hari senin, seharusnya aku mengingatnya, seharusnya aku menandainya kan.
Ini akan jadi
hari yang memalukan karena akau harus berdiri di tengah lapangan sampai upacara
selesai, di depan anak-anak satu sekolah
Cahaya matahari semakin menyilaukan mataku, aku harus menantang
matahari di depan sendiri...,aku tampak perkasa bukan karena aku pemberani tapi karena sebuah hukuman.
Tanpa teman yang lain..., rasanya aku ingin
menangis, apalagi saat pak kepala sekolah memberikan sambutannya, rasanya aku
ingin mengelupas kulit wajahku saja karena malu
“selamat pagi anak-anak yang sangat saya sayangi, hari ini jumlah
pelanggaran sudah berkurang, karena hanya tinggal satu ekor saja yang berdiri
di depan sini, dan itu adalah orang yang sama setiap senin, bla bla bla ...”
itu lanjutkan sendiri ya , tahu kan yang sudah langganan telat pasti pernah
ngrasain sepertiku
Kakak harusnya aku mengikuti jejakmu jadi anak yang penurut
saja..., kakakku juga alumni sekolah ini, semua guru mengenalnya karena
prestasinya yang membanggakan sekolah, tapi jangan salah, aku juga terkenal,
terkenal karena kebadunganku ..., yah aku bangga setidaknya suatu saat nanti
guruku akan tetap mengenalku sebagai Ajeng
Akhirnya setelah sekian lama aku berdiri sebagai artis yang menjadi
tontonan, acaranya di bubarkan, lega ...
Semua anak menuju ke kelasnya masing-masing, tapi aku ..., aku haus
dong ..., aku akan ke kantin,kasihan kan tenggorokanku jika harus di biarkan
kering, ini tak ada onderdilnya, ini orisinil dari sang pencipta, jadi nggak
boleh di sia siain
“mbak Ajeng ...., mau minum ya ...”
‘wah budhe tau aja aku haus ...”
“mau minum apa mbak?”
“seperti biasa aja”
“air putih?”
Mulai kan ngledek dia itu budhe juminten, ibu kantin, dia tau
banget kebiasaan ku, paling aku ke kantin Cuma minta iar putih, biasa cari gratisan
...., tau sendiri hemat pangkal kaya, itu yang jadi pegangan hidupku
“jeng ...., air putih lagi ...., kembung tau rasa ...”
“resek kau Dik....” nah ni satu lagi pengacau datang, ia itu
sebelas dua belas lah sama aku, namanya Dika, akan IPS 1 tempatnya para anak
bandel, tapi jangan salah gini-gini aku anak IPA , entah dulu kenapa ya kok
bisa aku masuk di kelas anak-anak yang bertemannya sama buku.
“kamu bolos juga ...?” tanyaku padanya
“ya ..., aku ada jam komputer, males ikutin ..., aku udah biasa main
komputer di rumah”
“sombong kali kau ...”
“ya begini lah jadi anak orang kaya ...”
Ya Dika itu emang anak orang kaya, bapaknya pemilik beberapa mini
market di kota ini, mau minta apa aja pasti di kasih sama bapaknya, dia aja
datang ke sekolah dengan motor gedenya.
“ya udah aku ke kelas dulu ...” aku harus segera pergi dari dia,
bisa-bisa aku lupa nggak masuk kelas kalau dengerin dia ngomong terus.
“weah ..., nggak asyik kamu ...., di temenin malah di tinggal
akunya”
Kami dekat walaupun beda kelas, karena saat kelas 1 kami satu
kelas, plus satu bangku, walaupun ngomongnya gede sebenernya anaknya baik dan
pastinya setia kawan.
“hausku udah ilang ...”
“aku traktir deh ...”
“ntar aja .... kalau sudah istirahat, simpan dulu uangmu ...” aku
beranjak dari dudukku dan tak lagi menghiraukan tatapan Dika yang memohon
untuk tetap tinggal.
“budhe aku ke kelas dulu ...” aku berpamitan dulu dong sama budhe
juminten, dia benar-benar murah hati karena setiap hari ngasih aku air putih
gratis
Aku menyusuri lorong kelas, menuju kelasku yang hatus melalui
begitu banyak kelas yang berjejer, bagaimana tidak jika satu tingkat itu butuh
sepuluh kelas, berarti di sekolah ini ada tiga puluh kelas, kelasku cukup jauh
jaraknya dengan kantin
Setelah sampai di depan kelasku , aku langsung menundukkan kepala
dan merapat pada dinding, karena tempat dudukku tepat di samping dinding, aku
mendongakkan kepalaku saat sudah tepat di samping bangkuku, aku masih di luyar
ya
“hetss hetss ...., Rita ...” aku memanggil Rita dengan suara yang
begitu pelan, aku duduk satu bangku dengan Rita
“astaga ...., Ajeng .....” aku tahu pasti dia terkejut
“simpan tas ku ...” aku memasukkan tas melewati cendela yang
untungnya tasku isinya nggak banyak, mau banyak bagaimana jika hampir sebagian
besar bukuku aku tinggal di laci bangkuku, jadi sangat mudah memasukkannya
melalui jendela
Untung saja pak guru sedang sibuk menulis di papan tulis, jadi
tidak tahu apa yang aku lakukan, kemudian aku menuju ke pintu
Tok tok tok
Pak Guru menghentikan kegiatannya dan menoleh ke pintu
"ada apa?” tanyanya garang ...., aku lupa kalau jam pertama
pelajaran matematika, itu pak Dadang, guru paling killer di sekolah.
“maaf pak, saya baru dari kamar mandi ...” aku beralasan dong, manamungkin aku bilang pak aku dari kantin , bisa-bisa balok penghapus melayang di jidatku.
“duduk ...”
Ah ..., akhirnya aku aman, aku segera menuju ke bangkuku, bangku
kosong di sebelah Rita
“kau dari mana saja ?” tanya Rita, dia memang mirip kakakku cerewet
...., tapi aku suka
“aku habis minum di kantin...”
“kebiasaan ..., cepat buka bukumu ....., sebelum pak Dadang menyadarinya
...”
Aku pun menggangguk dan segera menbuka buku yang dari tadi
tersimpan di laci mejaku, belum sempurna aku membuka buku tiba-tiba sebuah
suara menghentikan kegiatanku
“yang baru datang tadi, berdiri dan kerjakan soal ini di depan....”
pak Dadang memang ter the best deh
“mati aku ....” aku segera memegang kepalaku, astaga bahkan aku
belum sempat mebuka bukuku, tapi sudah ditodong dengan sebilah soal yang
tajamnya lebih tajam dari sebilah belati, menakutkan....
Aku pemberani sih..., jadi apa boleh buat, aku harus majukan ...,
semua mata menatap padaku, mata-mata yang menyerukan sebuah kebangkitan, aku
bangkit dan berjalan bak pejuang perang yang sudah siap mati..., ayo lah ....,
santai saja .....
Hiks hiks hiks
Mimpi apa aku semalem, hingga harus menhadapi dilema yang seperti
ini, aku menuliskan sebisa ku, seingatku, tak ada rumus matematika yang seperti
ini, apa aku yang salah..., atau mungkin di halaman itu aku belum pernah
membacanya, mungkin kemungkinan yang terakhir itu yang paling tepat
“ini apa ini ..., jawabannya sesuai tidak?” ucapnya , maksudku pak
Dadang
“tidak pak ...” jawabku sambil menunduk, bisa mati aku jika
berhadapan dengannya
“lalu ..., ini jawaban dari mana ?”
Dan kalian tahu apa yang bisa aku lakukan, aku hanya bisa memutah
kapur di tanganku yang tinggal sebiji jagung,
“salin soal plus jawaban sebanyak lima kali yang benar”
“hah ...., baik pak”
“duduk ...”
Pasti ujungnya seperti ini, kena karma lagi ..., tapi tak apa lah
satu soal doang kan, tapi lima kali ...., menyebalkan ...., bukan sama bapak ya
..., sama diriku sendiri
Tet tet tet tet tet tet
Enam kali berarti istirahat, akhirnya aku bisa bernafas lega
“apa kau sudah mendapatkan jawaban soal yang tadi?” tanyaku pada
Rita, karena dia yang paling jago matematika di kelas
“aku belum mendapatkan jawabannya Jeng ...”
“wah kau benar saja ...., kau kan yang paling bisa matematika” aku
sedikit memaksa sih
“maaf..., tapi benar aku tidak bisa....”
“lalu aku harus minta bantuan siapa dong ...?” aku benar-benar
sedang gundah gulana, bagaimana tidak jika besok aku belum mengerjakan makan
hukumannya akan di tambah lima kali lipat lagi, dan jika aku menjawabnya salah
aku harus menggandakannya lagi sampai jawabannya benar-benar betul
bukan apa , beliau adalah guru paling paliiiiiing killer di sekolahku.
tahu kan artinya killer ...MEMBUNUH ..., membunuh nilai-nilai para pejuang
nilai sepertiku, beliau tak segan memperi nilai empat di raport jika tak
mengumpulkan tugas , tak berlaku nilai minimum untuk pelajaran matematika
-JANGAN LUPA KASIH LIKE DAN KOMENTARNYA YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Kasi Ani
jadi keingat jama sekolah, sama guru kileeerr
2023-01-19
0
Miscia.
.
2022-08-23
0
Vina
habis dr si kakaknya...sekarang mampir di adeknya
2022-04-16
1