Mau tak mau, ajeng pun kembali ke mobil dengan terus menggerutu ia mengeluarkan semua barang-barang nya dari dalam mobil. Setelah mengeluarkan barang-barangnya yang memang tak terlalu banyak itu, ia membawanya satu persatu.
"Hei ....., bantu aku!" teriak Ajeng pada Al .
"Jangan manja!" ucap Al tanpa menoleh pada Ajeng.
"Menyebalkan ...., akan ku pukul kau ....!" teriak Ajeng yang sudah di tinggal oleh Al, mau tak mau dengan semua tangannya ia membawa barang-barang nya dalam satu kali berjalan.
Ia kembali berjalan mengikuti Al. Sedikit berlari ia mengimbangi langkah Al yang memang lebar.
"Bisa berhenti tidak?" teriak Ajeng lagi membuat Al menghentikan langkahnya, Al menghadap pada Ajeng dengan wajah kesalnya.
"Bisa lebih sopan? bisa tidak teriak?" tanya Al dengan nada marahnya.
"Tidak .....!"
"Berteriak sekali lagi aku akan ...!"
"Akan apa?" teriak Ajeng lagi. "Mau menamparku, atau menghukum ku lagi, ayo lakukan!" ucap Ajeng menantang, ia mendekatkan pipinya bersiap untuk di tampar.
"Aku akan menciummu ...!" ucap Al sambil mendekatkan bibirnya ke pipi Ajeng, membuat Ajeng segera menjauhi Al.
"Kenapa ? Takut?" tanya Al dengan senyum yang menurut Ajeng begitu menyebalkan, senyum yang ingin sekali ia tenggelamkan ke tanah.
"Jangan macam-macam ya pak Al. Kalau sampai bapak macam-macam aku akan teriak!" ucap Ajeng yang terlihat ketakutan, kecongkaannya yang tadi seketika menghilang.
"Memang apa yang akan aku lakukan, aneh ....!" ucap Al dengan entengnya, ia kembali berjalan. Rendi menaiki tangga, tapi saat sampai di tengah-tengah, ia kembali menghentikan langkahnya karena Ajeng tak juga beranjak dari tempatnya.
"Mau tetap berdiri di situ?" tanya Al.
Ajeng yang sedang malas untuk berdebat dengan pria di depannya itu. Mereka menuju ke lantai dua di sana ada dua buah kamar, ia yakin itu pasti salah satunya adalah kamar Al.
“ini kamar kamu ...” ucap Al membuka pintu dan menunjuk salah satu kamar yang menghadap ke jalan raya.
Ajeng mengamati seluruh isi kamar, ia terkesima, kamarnya cukup luas dengan sebuah tempat tidur dan beberapa perabotan, kamar mandinya juga langsung berhubungan dengan kamar.
Ajeng mengamati setiap jengkal kamar itu tanpa memperdulikan pria yang sedang menyandarkan sebelah pundaknya di depan pintu dengan melipak kedua tangannya di atas dada.
Dasar cewek aneh, baru saja teriak-teriak nggak mau ikut, sekarang kesenengan mendapat kamar luas.
“Inih mah lebih luas dari kamar kos aku ...” Ajeng masih terus berkeliling , menyentuh setiap benda yang ia temui.
Tapi langkahnya terhenti saat tiba-tiba tangannya diraih kasar oleh Al hingga membuat tubuhnya menabrak keras ke dada bidang Al. Ajeng yang terkejut hanya bisa terdiam di dalam pelukan pria itu.
“A-da a-pa ...?’ Ajeng begitu gugup, ia berusaha menjauhkan wajahnya dari dada al.
Walaupun Ajeng selalu brutal padanya tapi tetap saja Al tak bisa memungkirinya jika jantungnya selalu saja bergetar saat berada di dekat Ajeng, apa lagi saat sedekat ini.
Al adalah teman Diah semenjak SMP , Al sering sekali berkunjung ke rumah Anwar ataupun Diah.
Ajeng kecil begitu manis, Al adalah korban kejahilannya, walaupun begitu, Al tetap tersenyum tanpa mengeluh.
Semakin hari, Ajeng tumbuh menjadi gadis kecil yang manis, Al sering sekali mengamati Ajeng dari jauh.
Hingga tiba saat lulus SMA Al memutuskan untuk kuliah di luar kota. Tapi ternyata rasa cinta Al pada Ajeng tak pernah berkurang walaupun sudah empat tahu tak bertemu.
Rasa rindu pada gadis idamannya membawanya magang menjadi guru di sekolah Ajeng. Sebenarnya guru adalah hal yang sangat menyimpang dari pendidikannya, ia seorang pemilik percetakan dan beberapa mini market yang sudah tersebar di beberapa daerah.
Tapi demi gadis pujaannya ia rela menjelma menjadi guru. Al tahu tentang Ajeng dari Dika, adiknya.
pertemuan pertama mereka, bukan karena Al orang yang sombong. Tapi saat melihat Ajeng datang ke rumahnya, membuatnya Al begitu gugup, untuk menyembunyikan kegugupannya. Ia bahkan tidak mau menatap wajah Ajeng. Ingin sekali menyapanya dan bilang hai Ajeng dengan ramah, tapi mulutnya begitu kaku.
“Semua ini tidak gratis ...” ucap Al pelan penuh penekanan, membuat Ajeng seketika menjauh dari tubuh Al.
"Maksud pak Al ?” Ajeng benar-benar takut.
Aghh ....., kenapa aku malah mengatakan itu, bukan itu yang ingin ku katakan ....., menyebalkan ....
“Pikirannya jangan ngeres ...” ucap Al sambil menunjuk kepala Ajeng dengan jari telunjuknya, hingga kepala Ajeng sedikit terdorong ke belakang.
“kamu harus membayarnya dengan bekerja di percetakan dan belajar setelahnya denganku, tidak boleh bolos dan melanggar peraturan sekolah , gampangkan ...?”
“banyak banget bayarnya ...” protes Ajeng, tapi tak di tanggapi oleh Al , Al pun langsung keluar dari kamar ajeng karena tak ingin berdebat dengannya.
Aldevaro ...,, apa yang kau lakukan? tinggal bilang, Ajeng aku mencintaimu ..., kenapa susah sekali sih ....
Al mengutuki kebodohannya, Al hanya bisa memukul kepalanya sendiri.
"Pak Al kenapa?" tanya Ajenga saat membuka pintu, hendak bertanya sesuatu pada Al, tapi malah melihat Al bertindak yang tidak dimengerti.
Al pun segera menetralkan ekspresinya, ia tidak mau Ajeng sampai curiga padanya.
"Eh ..., tidak, ini tadi ada nyamuk!" ucap Al sambil mengibaskan tangannya di depan wajah dan kepalanya.
"Nyamuk?" tanya Ajeng tak percaya.
"Iya ...., kau tidak percaya?"
"Bukan begitu, tapi tempat ini bukankah ber AC?"
"Ya ..., tapi AC ini tidak bisa mengusir nyamuk, kenapa kau keluar lagi?" tanya Al mengalihkan pembicaraan.
"Jika aku lapar, apa aku bisa buat makanan sendiri?" tanya Ajeng pada Al.
"Terserah kau saja!" ucap Al sambil berlalu meninggalkannya begitu saja.
"Kenapa pak Al aneh sekali?!" gumam Ajeng. "Ah ....., aku lapar ...., aku sejak siang belum makan!"
***
Al yang kesal segera masuk ke dalam kamar.
"Hampir saja ketahuan, dia benar-benar bisa membuatku gila!"
Al pun segera merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia kembali membayangkan wajah kesal Ajeng, begitu menggemaskan.
tok tok tok
"Pak pak, pak pak ....!" teriak Ajeng dari luar sambil mengetuk pintu dengan sangat keras.
Al mengucap kasar wajahnya,
"Ada apa lagi sih dia, dia benar-benar bisa membuatku gila, apa dia tidak tahu jantung ini terasa ingin meledak saat berdekatan dengannya!" gumam Al.
"Baiklah sabar ...!" teriak Al dari dalam, ia pun segera bagun dari tidurnya dan berjalan ke pintu.
"Ada apa?" tanya Al dengan ketus saat pintu sudah terbuka. Ajeng sudah tersenyum dengan manisnya, jika dia tersenyum pasti ada sesuatu yang di inginkan.
"Aku lapar!" ucap Ajeng.
"Kalau lapar makan!"
"Tapi tak ada yang bisa aku makan!"
Al baru ingat jika sudah waktunya untuk berbelanja, ia lupa jika ia jarang pulang ke rumah ini, ia biasanya selalu tinggal dengan orang tuanya.
"Kok malah bengong sih pak?"
"Baiklah ...., kita makan di luar ....!"
"Asyik .....!"
**BERSAMBUNG
JANGAN LUPA UNTUK KASIH DUKUNGAN KE AUTHOR DENGAN MEMBERIKAN LIKE DAN KOMENTARNYA YA KASIH VOTE JUGA YANG BANYAK YA
follow Ig aku juga ya
Tri.ani.5249
Happy Reading 😘😘😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sunarty Narty
tuh kn bnr dr dulu Al udh suka ma Ajeng,Diah SM ortunya udh tau mknya percayakn Ajeng am al
2021-05-05
1
Muna Fathony
hah,,,sudah kuduga,pasti ada apa2 dg pak al, ternyata benar😍😍👍👍👍
2021-04-01
1
Roroazzahra
next
2021-03-16
0