Salah pak Totok

   Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya,

ajeng pasti akan selalu melewatkan jam pertamanya untuk menerima hukuman, ia

harus menyapu lapangan karena terlambat

“aku sudah

berusaha berangkat pagi ..., kenapa masih telat ...” keluh Ajeng

“jangan-jangan

pak totok sengaja menutup gerbangnya lebih awal, agar aku tetap terlambat”

Sepanjang

menjalani hukumannya bibirnya tak pernah berhenti mengeluh, membuat seseorang

menghampirinya

“jika kesalahan

sendiri, jangan dilimpahkan pada orang lain” ucap Al dingin, membuat Ajeng

sedikit terkejut. Ia tidak menyadari jika di sampingnya ada orang.

“bapak ....,

kenapa bapak bisa di sini?”

“kau lupa ya

..., saya masih guru di sini ...”

“iya ..., aku

tahu ...” ucap Ajeng dan segera melanjutkan kegiatannya menyapu, rasanya enggan

menanggapi ucapan Al, ia masih kesal dengan pria di depannya.

“jangan lupa

nanti sore ..., saya tunggu ...” ucap Al lagi sambil meninggalkan Ajeng yang

sedang menahan kesal. Ia mengepalkan tangannya, melayangkan kepalan itu ke udara.

"Ada apa?" tanya Al yang menoleh kembali ke Ajeng.

"Nggak pak, tadi ada lalat, iya lalat ....!" ucap Ajeng memberi alasan sambil mengibas-kibaskan tangannya.

Setelah Al benar-benar pergi, Ajeng bisa bernafas lega.

"Ah ...., akhirnya ....!"

***

Setelah dua jam

pelajaran akhirnya hukuman selesai, Ajeng tak berniat kembali ke kelas, seperti

biasa ia akan datang ke kantin, hanya untuk minum

“budhe ...,

minta air putihnya ya ...”

“iya .....”

sahut dari dalam,

“nih....

minum  ...” belum sempat Ajeng menuangkan

air putih ke dalam gelas, seseorang sudah lebih dulu menyodorkan sebungkus

minuman untuknya.

“kau tau aja

aku lagi haus Dik ...” Ajeng pun langsung menyambar minuman yang di sodorkan

dika dan duduk di salah satu bangku kantin.

“ya tahu lah

..., kamu telat lagi kan ...”

“iya nih ...,

padahal aku udah bela-belain bangun pagi, tapi tetap aja telat”

“sudah jangan

ngeluh ...” Dika mengacak rambut Ajeng gemas, tapi Ajeng tak terganggu dengan

apa yang di lakukan Dika, itu sudah biasa.

Tapi lain

dengan seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka, ia menampakkan wajah

dinginnya, tangannya yang membawa minuman sedikit mengepal, dia adalah Rita,

dan segera meninggalkan mereka berdua.

“bagaimana

kemarin?”

‘kemarin yang

mana?”

‘belajarmu

dengan bang Al?”

“jahat banget

pak Al”

“emangnya kamu

di apain?” tanya Dika dengan wajah khawatirnya

“nggak di

apa-apain, tapi masak dia minta upah”

“upah ...?”

“ya ..., dia minta

aku magang di percetakannya selama seminggu untuk satu kali meminta bantuan”

“mana mungkin?”

“jadi kau tak

percaya padaku”

“bukan begitu

..., sudah minumlah ..., aku tinggal dulu ...”

“kau mau

kemana?”

“ada urusan

sebentar ...” Dika langsung beranjak meninggalkan Ajeng yang masih di buat

bingung, tapi bukan Ajeng namanya kalau terlalu memikirkan sesuatu. Ia adalah biangnya cuek.

***

Ternyata Dika

menemui abangnya yang berada di peralatan olah raga

“bang ...”

“ada apa?”

seperti biasa Al hanya berucap dengan dingin.

“kenapa bang Al minta upah sama Ajeng, kan perjanjiannya nggak seperti itu”

“kenapa kau

perhatian sekali padanya?” ucap Al yang malah balik bertanya.

“bang..., Ajeng itu temanku ...”

“kau suka padanya?”

‘itu bukan urusan bang Al”

“berarti nggak ada masalah kan?”

“aku nggak suka sama cara bang Al.”

Karena tak

mendapatkan jawaban yang di inginkan membuat Dika semakin kesal dan

meninggalkan Al dengan kemarahan, sedangkan Al hanya melengkungkan senyum

tipisnya.

***

Sore ini

sepulang sekolah seperti yang sudah di janjikan maka Ajeng pun mencari

percetakan yang ada dalam kartu nama yang di berikan oleh Al, ternyata

jaraknya tak begitu jauh dari tempat kosnya.

Ajeng meminjam

sepeda Rita, untung saja Rita tak terlalu menggunakan sepedanya, ia tidak suka

bepergian keluar, Rita lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku dan

berdiam diri di dalam kamar.

Ajeng mengayuh

sepedanya di bawah terik matahari, sambil sesekali menatap kertas kecil di

tangannya.

“akhirnya

ketemu juga ....” Ajeng berhenti di depan gedung yang lumayan luas untuk

ukuran percetakan,

Ia memarkirkan

sepedanya di halaman percetakan yang cukup luas, tempat percetakannya cukup

strategis karena dekat dengan sekolah dan kantor desa.

“permisi mbak

...” sapa ajeng pada seorang  wanita yang

sedang duduk di depan laptop di balik meja.

“ada yang bisa

saya bantu dek, mau print atau copy?” tanyanya ramah

“maaf mbak saya

di suruh ke sini sama pak Al!"

“mas Al?”

“iya ....”

wanita yang kira-kira usianya sekitar 21 tahun itu menatap Ajeng penuh tanda

tanya.

“mas Al nya

di dalam, sebentar ya aku panggilkan”

"makasih ya mbak” Ajeng pun duduk di bangku kecil biasa di gunakan pelanggannya untuk duduk.

Belum lama

Ajeng mendudukkan bokongnya, dari dalam keluar dua orang pria dan wanita,

mbak-mbak yang tadi dan Al, Ajeng pun kemudian berdiri menyambut mereka.

“kamu sudah

datang” ucap Al dingin, Al berdiri di depan Ajeng dengan kedua tangannya

yang di sakukan di celananya.

“apa yang bisa

aku kerjakan?” Ajeng tak mau berbasa-basi lagi, ia sudah terlalu capek mengayuh

sepeda, akan sangat melelahkan jika harus berdebat dengannya , pikirnya

“ikut aku ...”

Al pun berjalan kembali masuk kedalam , ajeng hanya bisa mengikutinya

berjalan di belakangnya meninggalkan mbak yang memanggilnya tadi.

Mereka masuk ke

dalam ruangan yang cukup jauh dari depan, ternyata bangunan itu memanjang ke

belakang, masih banyak ruangan di belakang, mereka juga berpapasan dengan

beberapa karyawan memang tak tampak terlalu besar dari luar, tapi jika di lihat

ke dalam, peralatan di percetakan itu cukup lengkap.

Al berhenti

di depan sebuah pintu dan membukanya.

“kamu lihat itu

...” ucap Al sambil menunjuk ke dalam ruangan yang terlihat berantakan.

“apa?”

Ajeng bingung apa yang di maksud, ia hanya melihat berbagai tumpukan kertas dengan

berbagai warna. Dan terlihat tak tertata dengan rapi.

“Masuklah ...”

“Aku ...?”

Ajeng bertambah bingung, pekerjaan seperti apa yang akan dia terima

“memang di sini

ada orang lain?” jawab Al dingin

“iya aku tahu

...” Ajeng begitu kesal dengan sikap Al, ia pun menuruti perintah Al, ia

masuk ke dalam, tapi belum sempurna ia masuk, ia sudah berbalik memegang daun

pintu.

“eits ..., tunggu dulu ...”

“apa?”

“bapak nggak akan ngunciin aku di dalam sini kan?” tanya Ajeng was-was, ia khawatir jika sampai ia di kurung di dalam ruangan itu.

“apa untungnya buatku”

“baiklah jika

begitu ....., aku masuk nih ...” Ajeng masuk ruangan dengan berjalan mundur,

jaga-jaga jika tiba-tiba pintu di tutup dan di kunci dari luar, tapi sayang

sekali kakinya malah terbentur pada tumpukan kertas di lantai membuat tubuhnya

hilang keseimbangan

“aaahhhh ...”

Ajeng memejamkan matanya, ia sudah pasrah jika terjengkang ke belakang , tapi saat

membuka mata, tubuhnya tetap melayang di udara dengan tangan kanannya yang di

pegang erat oleh Al.

Mata mereka

saling bertemu, jantung Ajeng rasanya bekerja lebih cepat.

“tangannya

mengalirkan aliran listrik tegangan tinggi” batin ajeng

Al menarik

tangan Ajeng hingga wajahnya mendarat tepat di dada bidang Al.

“oh ... astaga

...., jantungku ..., dada ini .....nyaman sekali ...” batin ajeng

“sekarang bisa

menjauh dari dadaku” ucap Al dingin membuat ajeng segera menggeser tubuhnya

sedikit menjauh dari Al.

“tugasmu

sekarang, rapikan tempat ini, taruh semua kertas-kertas itu pada rak yang

tersedia berdasarkan seri nomornya”

“hah ...,

semuanya ...?” itu begitu banyak pikirnya, tidak akan selesai dalam waktu satu

hari

“ya ....”

“baiklah ...”

Ajeng terpaksa menyanggupi, mau bagaimana lagi, ia terlanjur punya hutang

“besok kau bisa

membawa buku mu ke sini, aku akan membantumu belajar, nilai sungguh hancur ...”

“pintar sekali

dia mencuri kesempatan ...” gerutu Ajeng

“aku dengar...”

“aku kan

bicara, kalau bapak pintar, tapi aku tidak akan meminta bantuan bapak lagi”

“benarkah ...,

jika sampai kamu tidak lulus dan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi

seperti yang di inginkan kakakmu bagaimana ya ...., dia pasti sangat kecewa”

“pintar sekali

dia memaksa ...”gerutu Ajeng, memang benar yang di katakan oleh Al, akan sulit

baginya masuk ke perguruan tinggi seperti yang di inginkan kakaknya jika

nilainya begitu jauh di bawah rata-rata satu kelas.

Tapi tunggu dulu, bagaimana dia bisa tahu ....?

"Sudah jangan memikirkan hal-hal yang tidak penting!"

“baiklah ...,

aku akan membawa buku ku besok, tapi itu berarti aku akan tetap magang di sini

sampai aku lulus dong?”

“ya ternyata

kau faham, baguslah ..., jadilah anak yang penurut ...” ucap Al, ia mengusap rambut Ajeng

kasar lalu pergi begitu saja.

“dasar

menyebalkan ....” gerutu Ajeng saat Al sudah menghilang di balik ruangan

yang lainnya.

BERSAMBUNG

jangan lupa kasih dukungan ya ke author

dengan memberikan like dan komentarnya

serta bermurah hatilah mengiklankan beberapa vote nya

Terpopuler

Comments

Sunarty Narty

Sunarty Narty

atau jgn2 Al cowok KK nya?lanjut baca biar jls..

2021-05-05

1

Nimranah AB

Nimranah AB

msh baca

2021-02-13

0

Widia Putri

Widia Putri

jejaknya ketinggalan kak😭😂

2021-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Ajeng
2 Solusi Rita
3 Mama Renna
4 Abang Al
5 Dia memerasku
6 Salah pak Totok
7 visual tokoh
8 Aldevaro
9 Libur semester
10 Rencana Diah
11 Al vs Dika
12 Dia benar-benar pemaksa
13 Kerumahku (Al)
14 Jantungku ingin meledak
15 Ajeng yang katrok
16 Berbelanja
17 Kepergok mama
18 Saingan sehat
19 Ajeng jadi rajin
20 Aku belum mengenalnya
21 aku ragu mendapatkan hatimu
22 jadi makmum ku
23 Surat
24 Kenapa menangis?
25 Rencana sisil
26 Pengumuman kelulusan
27 Lamaran Al
28 Acara Perpisahan
29 Perpisahan Al dan Ajeng
30 Syarat Dika
31 Kebersamaan Ajeng dan Dika
32 Ku titipkan rinduku pada-Nya
33 Hati-hati Ajeng
34 Kerinduan Ajeng
35 Siapa pria itu?
36 Pernikahan Diah
37 Pernikahan Diah 2
38 Si Playboy
39 Pertemuan kembali
40 Al pecemburu
41 Lamaran Dadakan
42 akhirnya sah
43 Tamu bulanan
44 Beli pembalut
45 Tahan sebentar lagi!
46 Jalan-jalan
47 Status baru
48 Aku sangat mencemaskanmu
49 Kecemburuan Al
50 Bara menemuinya di rumah
51 Dika berpamitan
52 malam pertama yang tertunda
53 Kita coba lagi mas
54 romantisnya suamiku
55 Berkunjung ke kampong
56 Pria jawa
57 Berkunjung ke tetangga.
58 dia mengejutkanku
59 Ke sawah [mencangkul]
60 Jalan-jalan [berdua]
61 Pengalaman baru
62 Ke Rumah mertua
63 makan malam bersama mertua
64 Persiapan reoni
65 rahasia mama Renna
66 Sedikit petunjuk
67 Reoni
68 Reoni 2
69 Ada apa dengannya?
70 ada apa?
71 Siapa wanita itu?
72 Papa Adi
73 Curhatan Mama Renna
74 mas Al marah
75 Ajeng pingsan
76 Doa Al
77 Kenapa menangis?
78 kepulangan Dika
79 mas Al kenapa?
80 Dika dan Rita
81 Penjelasan papa Adi
82 Surat papa Dito
83 acara Empat bulanan penuh luka
84 kado terakhir untukmu
85 Salam perpisahan
86 ujung sendu
87 Layang pungkasan
88 Author menyapa
89 pengumuman
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog Ajeng
2
Solusi Rita
3
Mama Renna
4
Abang Al
5
Dia memerasku
6
Salah pak Totok
7
visual tokoh
8
Aldevaro
9
Libur semester
10
Rencana Diah
11
Al vs Dika
12
Dia benar-benar pemaksa
13
Kerumahku (Al)
14
Jantungku ingin meledak
15
Ajeng yang katrok
16
Berbelanja
17
Kepergok mama
18
Saingan sehat
19
Ajeng jadi rajin
20
Aku belum mengenalnya
21
aku ragu mendapatkan hatimu
22
jadi makmum ku
23
Surat
24
Kenapa menangis?
25
Rencana sisil
26
Pengumuman kelulusan
27
Lamaran Al
28
Acara Perpisahan
29
Perpisahan Al dan Ajeng
30
Syarat Dika
31
Kebersamaan Ajeng dan Dika
32
Ku titipkan rinduku pada-Nya
33
Hati-hati Ajeng
34
Kerinduan Ajeng
35
Siapa pria itu?
36
Pernikahan Diah
37
Pernikahan Diah 2
38
Si Playboy
39
Pertemuan kembali
40
Al pecemburu
41
Lamaran Dadakan
42
akhirnya sah
43
Tamu bulanan
44
Beli pembalut
45
Tahan sebentar lagi!
46
Jalan-jalan
47
Status baru
48
Aku sangat mencemaskanmu
49
Kecemburuan Al
50
Bara menemuinya di rumah
51
Dika berpamitan
52
malam pertama yang tertunda
53
Kita coba lagi mas
54
romantisnya suamiku
55
Berkunjung ke kampong
56
Pria jawa
57
Berkunjung ke tetangga.
58
dia mengejutkanku
59
Ke sawah [mencangkul]
60
Jalan-jalan [berdua]
61
Pengalaman baru
62
Ke Rumah mertua
63
makan malam bersama mertua
64
Persiapan reoni
65
rahasia mama Renna
66
Sedikit petunjuk
67
Reoni
68
Reoni 2
69
Ada apa dengannya?
70
ada apa?
71
Siapa wanita itu?
72
Papa Adi
73
Curhatan Mama Renna
74
mas Al marah
75
Ajeng pingsan
76
Doa Al
77
Kenapa menangis?
78
kepulangan Dika
79
mas Al kenapa?
80
Dika dan Rita
81
Penjelasan papa Adi
82
Surat papa Dito
83
acara Empat bulanan penuh luka
84
kado terakhir untukmu
85
Salam perpisahan
86
ujung sendu
87
Layang pungkasan
88
Author menyapa
89
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!