Pagi ini adalah pagi pertamanya di rumah Al, Ajeng bingung harus melakukan apa karena sekolahnya juga belum masuk, masih ada satu minggu lagi libur semesternya.
"Males banget keluar, ntar ketemu sama dia!" Ajeng enggan untuk melangkahkan kakinya, ia memainkan ponselnya yang tak ada pulsanya atau paket datanya, ia hanya bisa bermain game memecahkan balon, atau kucing lapar.
"Ahhhh ....., bosan, tapi aku harus keluar. Lebih baik aku mandi dulu aja deh!" ucap Ajeng sambil meraih handuknya yang sedari tadi tergantung di sandaran kursi.
"Kamar mandinya besar, bersih lagi!" ucap Ajeng sambil mengamati isi kamar mandinya, maklum semalem Ajeng tidak mandi dulu sebelum tidur.
"Wiiissss ....., ada bethup juga ....., ada air hangatnya nih pasti!"
Ajeng asal pencet saja tombol yang ada di sana. Ia tidak tahu jika air panas harus di campur dengan air dingin dulu biar menjadi hangat.
"Augh augh ....., panas-panas ....!" keluh Ajeng sambil mengibaskan tangannya yang terkena air panas, ia pun dengan reflek berdiri dan memutar kran yang ada di shower itu, tapi hal malang terjadi lagi padanya.
Karena ketidak tahuannya, ia memutar kram dari shower bukan kran yang ada di hadapannya, alhasil air menyiram dengan cepat ke tubuhnya dari atas.
"A ...., aaa ....., aaa ....!" Ajeng mengusap wajahnya yang tersiram air, ia berusaha untuk mematikan krannya. Akhirnya dengan susah payah kran shower bisa di matikan.
"Astaga ....., aku basah semua lagi ....!" gerutu Ajeng sambil mengelap bajunya yang sudah basah kuyup.
"Ini memalukan sekali ....! Untung pria sombong itu tidak melihatnya!"
"Tapi handukku juga basah, bagaimana ini?"
Kemudian Ajeng mengedarkan pandangannya ke seisi kamar mandi, di sudut kamar mandi ia bisa melihat ada handuk putih yang terlipat di sana, di dalam lemari transparan itu.
"Ohhh astaga ...., ternyata kamar mandi ini juga di lengkapi dengan handuk juga!"
Lagi-lagi Ajeng di buat heran dengan kamar mandi Al. Menurutnya benar-benar luar biasa, ia biasanya hanya bisa melihat kamar mandi sebagus itu di tv, atau di internet, tapi sekarang ia bisa menggunakannya langsung.
"Baiklah ...., aku akan mandi. Apa di sini juga di sediakan alat mandi?" Dan benar saja tepat seperti dugaannya, ia melihat satu set alat mandi baru, lengkap dengan lilin aroma terapinya.
"Wiiissss ....., ini benar-benar luar biasa!"
Ajeng benar-benar tertarik dengan benda-benda asing di tempat itu, ia bisa melihat merk yang tertera pada produk-produk itu, benar-benar bukan merk sembarangan, harganya bisa dua puluh kali lipat dengan harga barang-barang yang biasa ia gunakan.
Kalau biasanya ia akan mandi dengan sabun yang harganya empat ribu rupiah doang, dan sekarang yang ada di hadapannya, harganya bisa dua puluh kali lipat.
"Sayang banget nih kalau di pakek mandi, mubazir!"
"Tapi kalau nggak di pakek juga mubazir kan, mending aku pakek saja deh!"
Ajeng pun akhirnya memulai mandinya, ia memutuskan mandi menggunakan shower saja, ia tidak mau kejadian air panas kembali menimpanya.
"Pilek, pilek deh, dari pada tanganku kebakar!"
Ajeng pun menyelesaikan mandinya dengan sedikit lebih lama.
"Ternyata lebih wangi ya kalau sabunnya mahal!" gumam Ajeng setelah keluar dari dalam kamar mandi sambil menciumi aroma tubuhnya sendiri yang tercium lebih harum.
Ajeng pun segera mengenakan bajunya dan mengeringkan rambutnya. Ia duduk di depan meja rias, ia juga melihat di sana sudah banyak sekali perlengkapan untuk wanita.
"Ini sebenarnya kamar siapa sih?" ucap Ajeng sambil melihat produk-produk kecantikan yang ada di depannya, ada hand Boby, serum, pelembab, pembersih, skin care, parfum dan masih banyak lagi. Dan yang paling menjadi perhatian Ajeng adalah lipstik dan bedak.
"Aneh ....., jangan-jangan ini kamar istrinya pak Al ya!" Ajeng menduga-duga sediri.
"Aghh ...., masa bodoh, aku pakek sedikit nggak pa pa kali ya!"
Sebenarnya Ajeng tak begitu tahu apa fungsi semua barang-barang itu, ia hanya mengenakan yang biasanya ia kenakan saja, seperti bedak, hand Boby dan sedikit menyemprotkan parfum.
"Ah ...., selesai! Cantik juga aku!" ucap Ajeng sambil memutar tubuhnya di depan kaca.
Ajeng pun segera keluar dari kamar, rumah itu tampak sepi tak berpenghuni, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah.
"Tak ada siapapun! Dimana pak Al?" tanyanya pada diri sendiri saat tak menemukan siapapun di rumah itu.
Kemudian ia turun ke lantai bawah, ia menuju ke dapur. Ia berharap seperti di TV-TV yang pernah ia tonton, akan banyak pelayan di sana.
Ia salah, ia melihat dapurnya sepi, tak ada siapapun di sana, dugaannya salah, yang benar adalah jika dia hanya tinggal berdua dengan Aldevaro di rumah ini.
“Aku harus masak nih ...., aku lapar ...!” Ajeng membuka kulkas di dapur itu, tapi tak menemukan apapun di sana kecuali telur dan sedikit sayur.
“Aku harus masak apa nih ...., dia belum belanja ternyata!" Ajeng mengelus perutnya yang sudah merasa lapar karena dari kemarin datang Rendi belum mengajaknya makan.
Akhirnya Ajeng memutuskan membuat telur dadar, ia sengaja membuat dua buah karena ia yakin jika dia juga belum makan.
Saat sibuk menyiapkan makanan di atas meja makan, ia di kejutkan dengan kedatangan Aldevaro.
“Sudah bangun kamu?” tanya Al sambil menuangkan air putih ke dalam gelas dan segera meneguknya, pria itu tampak kelelahan sekali.
“Ya sudah lah pak ..., memang pak Al dari mana?” tanya Ajeng sambil memperhatikan Al yang hanya mengenakan kaos putih ketat yang memperlihatkan lekuk badan Aldevaro.
“Nggak liat ...., nih keringat ...” ucap Al sambil memperlihatkan badannya yang memang berlumuran keringan yang sudah mulai mengering.
“Siapa tahu pak Al abis ngangkat karung ...” Ajeng pun segera duduk dan mengambil makanannya.
"Kamu masak?" tanya Al yang ikut duduk di depan Ajeng.
“Iya ...., aku lapar, maaf aku cuma masak ini, soalnya kulkas pak Al kosong nggak ada apa-apa di sana!” ucap Ajeng sambil terus melahap makanannya, dan di ikuti Al yang juga duduk di hadapannya sambil memperhatikan gadis itu.
“Nanti kita belanja ...” jawab Al juga ikut melahap telur dadar yang sudah di siapkan Ajeng.
“jadi bener nih kita cuma tinggal berdua di sini?” tanya ajeng masih penasaran.
“Ya ...., tapi cuma pas malam, kalau siang, ada pekerja yang ke sini buat bersih-bersih dan beberapa karyawan percetakan yang bakal istirahat di sini”
“kalau malam cuma berdua?” tanya Ajeng memastikan.
“iya ..., tapi aku juga jarang sih tidur di sini, aku lebih sering tidur di rumah orang tua aku ..., jadi jangan khawatir ...”
“hah ...., aku sendirian di sini ...?”
Bagaimana aku bisa berlama-lama berdua denganmu ...., jantungku bisa-bisa disco!
“ya ....” jawab Al singkat, tapi Ajeng bukannya lega , ia malah bergidik ngeri, menatap seisi rumah itu.
Mana mungkin aku yang penakut ini, di rumah ini sendiri, nama besar lagi ....
Ajeng mengedarkan pandangannya sambil bergidik ngeri.
"Bisa nggak kalau kita tinggal di sini, berdua!" ucap Ajeng sambil menunjukkan dua jarinya.
"Ada apa? Kamu posesif sekali!" ucap Al sambil memiringkan wajahnya tak percaya dengan yang di katakan Ajeng.
"Aku tidak berani sendiri pak Al!"
Ha ha ha ha
Bukannya menjawab, Aldevaro malah menertawakan Ajeng, membuat Ajeng kesal.
"Kenapa tertawa seperti itu? Ada yang lucu?"
"Nggak ...., aku cuma nggak nyangka saja, anak sebadung dan sebrutal kamu bisa takut sendirian di rumah!"
"Nggak lucu ya!"
"Aneh aja ...., dan ini juga enak!" ucap Al sambil tersenyum menunjuk makanan yang ada di depannya, membuat pipi Ajeng seketika bersemu merah.
Apa sih yang di katakan pak Al, buat aku malu saja ....
**BERSAMBUNG
Jangan lupa untuk kasih dukungan ke author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
Tri.ani.5249**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sunarty Narty
ky nya SH Al g mau ngalah ne ma adeknya,soalnya Dy udh jth cnta duluan..
2021-05-05
1
Widia Putri
hati Dika apa kabar?😂
2021-02-11
0
silviaanugrah
hai thor, aku datang bawa 15like utk karyamu.
smgt up dan semoga ceritanya sukses yahh, aku sllu tunggu feedback-nya. 😉
2021-02-09
0