14. Perpecahan keluarga.

Kamu tidak tau Arra, disaat seperti ini hati Abang terasa sangat sakit sekali. Kalau saja Alan bukan calon suami mu mungkin saja Abang menghajarnya bahkan membunuh nyaa karena sudah berani berbuat hal tidak pantas padamu.

Aku meremas kuat dadaku yang begitu nyeri. Denyutnya sampai terjadi bagai hujaman di setiap desirnya.

Tak lama Arra membuka pintu kamar itu, rambutnya acak-acakan dan aku melihat bercak noda di pakaiannya.

Ya Allah Tuhan, inikah rasanya tidak rela?? Arra menangis menatapku. Aku yang melihat Arra dalam keadaan berantakan segera berdiri.

"Arra.. kamu........!!"

"Saakiiiiiittt.. Bang Alaan..........."

Aku tidak ikhlas melihat keadaan Arra, aku pun memeluknya erat. "Maaf Arra , maafkan Abang. Mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu sama kamu." Dadaku rasanya terhantam melihat kejadian hari ini. "Jangan nangis Arra, Abang janji tidak akan meninggalkan kamu. Cari Abang jika memang kamu tidak sanggup melewatinya."

Flashback POV Bang Pongge off..

Keadaan mental Dinara yang benar-benar down membuatnya tidak mampu menguasai diri. Dinara histeris dan akhirnya kemudian pingsan.

Bang Braga dan Syafa pun ikut panik di buatnya.

"Arra gimana Ge, kenapa sampai begitu??" Tanya Bang Braga melihat Bang Pongge sibuk mengurus Dinara.

"Inilah yang selalu terjadi pada Arra, jujur aku takut sekali bayinya tidak bisa bertahan.. kondisi fisik dan mental Mamanya saja seperti ini." Jawab Bang Pongge.

Syafa terhuyung, bagaimana pun juga dirinya adalah seorang wanita, sedikit banyak ia merasakan betul apa yang di rasakan Dinara saat ini.

"Untuk sementara, lebih baik kita menghindar untuk memberikan waktu pada Pongge dan Arra, bagaimana kalau hari ini juga saya temui orang tuamu agar masalah pelik ini segera usai." Saran Bang Braga.

"Syafa takut Om.."

"Saya yang akan temui Papamu. Saya janji semua akan baik-baik saja..!!" Ucap Bang Braga meyakinkan hati dan mental Syafa yang turut melemah dengan banyaknya masalah.

Syafa mengangguk menyetujui meskipun dirinya tidak tau apa yang akan terjadi nanti.

"Kamu temui Om Rhaken dulu. Nanti saya menyusul dengan Arra, dokter mengijinkan Arra pulang dengan catatan khusus." Kata Bang Pongge.

...

"Bismillah..!!" Bang Braga menemui Pak Rhaken di sebuah ruang kerja yang memang khusus di siapkan untuk beliau.

tok.. tok.. tok..

"Selamat siang.. Letnan satu Adyaksa Lambar Braga mohon ijin menghadap..!!"

"Masuk..!!"

Bang Braga membuka pintu ruangan Pak Rhaken.

"Ono opo Ga, tumben cari saya. Baru ingat kamu sama saya?" Tegur Pak Rhaken setengah meledek.

"Siap salah.. tidak Komandan..!!"

"Cepat katakan ada masalah apa?" Perintah Pak Rhaken.

Bang Braga terdiam sejenak namun segera menguatkan batinnya yang terbolak balik.

"Ijin.. saya berniat melamar Syafa dan menikahinya." Kata Bang Braja tidak bertele-tele.

Bola mata Pak Rhaken membulat besar mendengar nya. Bagaimana tidak, Syafa sudah di jodohkan dengan Pongge dan pernikahan itu akan terjadi pada akhir bulan ini.

"Edan kamu Ga, kamu khan sudah tau Syafa mau menikah dengan Lettu Puger, littingmu." Tegur keras Pak Rhaken.

"Siap.. saya sudah tau komandan. Tapi Lettu Puger sudah menikah dengan Dinara putri Panglima." Jawab Bang Braja tidak bisa lagi membuang waktu. Masalah ini harus clear dengan segera.

Wajah Pak Rhaken terbakar amarah. Beliau berdiri tanpa banyak kata. "Saya akan temui Abang saya..!!"

...

"Saya kurang hormat apa sebagai adik Abang??? Selama ini saya juga tidak pernah menyenggol apapun yang terjadi pada diri kita termasuk masa lalu orang tua kita. Sifat ibu Abang menurun pada Arra. Dia merebut calon suami Syafa. Apa di dunia ini kurang laki-laki?????" Papa Rhaken memaki Papa Anom di rumahnya. "Aku tidak menyangka Pongge bisa kepincut anak perempuanmu."

"Tunggu Om, saya akan jelaskan duduk perkaranya..!!" Bang Pongge mencoba menengahi tapi suasana semakin panas apalagi Dinara terus menangis begitu pula dengan Syafa yang sudah ketakutan duduk di belakang punggung Bang Braga.

"Tolong Pak, masalah ini tidak bisa di selesaikan dengan emosi." Bang Braga mencoba ikut menengahi.

Di sudut sana Bang Alan hanya terdiam tanpa kata dengan wajah datar saja seolah semua kejadian ini tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.

"Puas kamu mencoreng nama Papa seperti ini Arra???" Papa Anom menatap tajam wajah Dinara dan Bang Pongge menutupi tatapan mata itu dengan punggungnya.

"Maafin Arra Pa, Arra salah.. Arra minta maaf..!!" Kata Dinara terisak-isak dan terbata.

Mama Syila menangis histeris memeluk suaminya, berharap Papa Anom bisa lebih tenang.

Istri Papa Rhaken pun tak kalah berjuang meredam emosi suaminya.

"Paaa.. tenanglah sedikit. Ingat kesehatan Papa juga..!!" Bujuk Mama Rania.

"Ibu kandungku mati karena ibunya dan sekarang anak ku menderita karena anaknya. Ternyata menjauh darimu, menjaga jarak darimu tidak menjamin keluarga ku terhindar dari malapetaka keluargamu Bang." Ucap ketus Papa Rhaken.

Dinara dan Syafa saling pandang, bahkan mereka berdua tidak pernah bertemu ataupun tau silsilah keluarga mereka hingga usia mereka kini beranjak menginjak sembilan belas tahun.

"Abang salah, bagaimana cara Abang menebusnya untukmu?" Tanya Papa Anom sudah frustasi dengan segala keadaan. Pil pahit juga harus di telannya bulat-bulat.

Nafas Dinara mulai sesak. Tubuhnya tersandar begitu saja. "Arra.. kita pulang ya dek..!!" Ajak Bang Pongge tak tahan lagi melihat sang istri begitu tertekan. Jujur ia masih bisa menahan segalanya tapi saat ini seluruh mata seakan menyalahkan Dinara.

"Apa begini caranya memecahkan masalah. Semua berasumsi dengan jalan pikiran masing-masing tanpa mendengar suara pihak lain. Apapun keadaannya, Arra sudah menjadi istri saya, apapun yang menyangkut dengan Arra seluruhnya harus melalui saya.. termasuk Papa Anom..!!!" Ucap tegas Bang Pongge.

"Saya harap Pak Rhaken juga bisa berpikir dengan kepala dingin dan tidak mendepankan emosi. Yang buruk biarlah berlalu, jadikan pelajaran..!! Sekarang kita pikirkan bagaimana menebus kesalahan dan memperbaiki keadaan."

"Apa kalian bilang??? Ulang lagi??? Kalian tidak tau apa yang terjadi di masa lalu." Bentak Papa Rhaken.

Papa Anom bersandar meremas dadanya yang terasa nyeri.

"Paaaa.. Papaaaa..!!" Mama Syila memeluk suaminya dan memeluknya untuk menenangkan sang suami.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Eka elisa

Eka elisa

ksian ara gara"....alan yg culas itu jdi kek gini.....

2024-01-30

2

bungaAaAaA

bungaAaAaA

seksek, tp kok waktu itu ortu nya Arra sm Pongge kaya mau ngejodohin mereka gt?

2024-01-13

1

Lili Suryani Yahya

Lili Suryani Yahya

Kalau sdah menyangkut keluarga pasti akan pelik

2023-12-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!