18. Belajar meluluhkan hati.

Bang Pongge terbangun saat subuh dan melihat Bang Braga tidur sambil memeluk Syafa di sofa bed kamar rawat. Telunjuknya mencolek lengan Bang Braga.

"Ga.. bangun..!! Sholat subuh..!!" Kata Bang Pongge.

Bang Braga mengerjab lalu merebahkan kepala Syafa pelan-pelan.

"Mandi besar nggak lu??" Tanya Bang Pongge meledek.

"Apaan sih lu. Nggak lah." Bang Braga berdiri namun wajahnya bersungut kesal apalagi mengingat kejadian semalam.

Flashback Bang Braga on..

"Ngamar yuk, di hotel sebelah..!!" Ajak Bang Braga.

Syafa menggeleng yang berarti penolakan atas ajakan Bang Braga.

"Kenapa? Kamu akan lebih tenang disana." Bujuk Bang Braga.

"Om mau macam-macam ya?" Tanya Syafa penuh dengan kecurigaan.

"Nggak macam-macam dek. Satu macam saja..!!" Bang Braga ingin kembali menuntut haknya sebagai seorang suami tapi lagi-lagi Syafa kembali menolaknya. "Ada apa dek? Masa kamu nggak paham maksud saya?? Saya pengen segera punya anak." Kata Bang Braga.

"Tau sih Om? Ciuman khan?" Syafa memasang wajah polosnya membuat Bang Braga semakin tidak tahan.

"Itu kamu tau." Bang Braga kembali mendorong Syafa tapi Syafa tetap tidak mau.

"Bukannya kalau datang bulan nggak boleh ciuman ya Om??"

"Jadi kamu datang bulan??" Bang Braga sampai melotot mendengarnya.

Syafa mengangguk kecil. "Baru saja."

"Astagaaa.." Bang Braga menepuk dahinya. "Belum juga cek area, sudah main di hadang aja sama satuan pengamanan lingkungan." Gerutu Bang Braga.

"Oomm.. om marah ya?" Syafa menggoyang lengan Bang Braga, wajah suaminya itu masih terlihat masam.

"Nggak." Jawab Bang Braga singkat saja.

"Nggak ko' begitu???" Syafa memonyongkan bibirnya merespon raut wajah Bang Braga.

"Sudah yuk.. kita tidur saja..!!" Ajak Bang Braga membujuk Syafa. Ia pun merebahkan diri dan menarik Syafa ke dalam dekapannya. Nampaknya kali ini dirinya harus benar-benar kuat menahan diri hingga tiba saatnya nanti.

Flashback Bang Braga off..

"Kaga dapat ya lu. Hahaha.. rasakan." Ledek Bang Pongge.

Seketika lirikan mata Bang Braga membidik tatapan mata Bang Pongge dan itu berarti semuanya seakan membenarkan kenyataan yang ada.

"Tahan dulu lah, nanti di sono bulan madunya." Kata Bang Pongge dan itu adalah nada puas yang hanya bisa di rasakannya.

Dinara membuka matanya, ia melihat ke arah sekitar, hanya ada suara berisik dari kedua pria.

"Bang..!!" Dinara memanggil Bang Pongge yang masih ribut dengan Bang Braga.

Bang Pongge pun menoleh. Akhirnya Dinara sudah bangun dan tidak menangis lagi.

"Alhamdulillah..!!" Bang Pongge mendekati Dinara. "Mandi sama Abang yuk..!! Hari ini kita jalan-jalan ke tempat yang indah di pulau Malaya..!!" Ajak Bang Pongge.

Bang Braga memutar bola matanya, hatinya terasa gemas karena ucap Bang Pongge seakan-akan meledeknya karena perkara semalam.

"Arra malu lah Bang. Arra mandi sendiri saja..!!" Tolak Dinara.

"Hahayyy.. tertolak juga kau ya, rasakan." Ejek Bang Braga kemudian mendekati sofa bed untuk membangunkan Syafa. "Dek.. bangun sayang..!!" Bisiknya lembut.

"Buaya darat lu, sok lembut..!!'

Akhirnya kedua pria itu saling merasa kesal.

Syafa menggeliat dan Bang Braga menutup tingkah sang istri saat baru bangun tidur.

"Balik ke mess transit yuk, ambil barang untuk persiapan berangkat nanti sore. Kita mandi di mess saja..!!"

"Ayo Om."

Bang Pongge tertawa mendengarnya. "Kasihan amat nih cewek dapat om-om."

Bang Braja yang sudah jengkel segera membantu Syafa untuk bangkit agar mereka bisa segera kembali ke mess transit.

...

Dinara terhuyung di kamar mandi. Kepalanya masih terasa berkunang-kunang tak bisa menyeimbangkan diri di bawah guyuran shower.

ccttkk.. braaakk..

"Deek.. Arra..!!"

tok.. tok.. tok..

Bang Pongge mengetuk pintu kamar mandi. "Abang masuk ya dek..!!"

Tak ada lagi jawaban, Bang Pongge segera membuka pintu kamar mandi dan tepat saat itu Dinara ambruk ke arahnya. "Tuh khaaaann, Apa Abang bilang..!!" Bang Pongge segera masuk dan mengunci pintu kamar mandi lalu memakaikan handuk untuk sang istri, ia tau istrinya masih takut melihat sesuatu yang asing. Bang Pongge pun segera mendudukkan Dinara pada toilet yang sudah di beri alas kain.

Sudah terlanjur basah, Bang Pongge pun segera melucuti pakaiannya dan menyisakan celana pendek untuk menutupi bagian tubuhnya.

"Masih kuat berdiri atau tidak? Sini mandi sama Abang, nanti pegang bahu Abang..!!" Ajaknya, ia berharap apa yang di lakukannya bisa mengurangi rasa trauma dalam diri Dinara.

Melihat Bang Pongge mengulurkan tangannya, Dinara segera menerima nya. "Arra kotor sekali. Abang nggak geli?"

"Saya baik-baik saja. Biarkan yang mengalir tetap mengalir sebagaimana mestinya. Darahmu tetap suci. Kupastikan ini darah terakhir di tahun ini." Jawab Bang Pongge, di bawah guyuran shower, Bang Pongge menarik tengkuk Dinara. "Apapun akan saya lakukan demi kamu Arra. Kalau kamu sudah sehat, saya akan membuatmu merasakan menjadi istri yang seutuhnya."

Dinara gugup setengah mati tapi Bang Pongge berusaha menenangkannya.

~

Di luar balkon, terlihat banyaknya kain yang di jemur Bang Pongge membuat Mama Syila kaget.

"Ada apa Ge, apa Arra pendarahan?" Tanya Mama Syila yang akan menemani Arra karena para pria akan memakamkan si kecil.

"Nggak ma, memang sedikit deras tapi tidak masalah. Tadi Arra mandi tapi tidak kuat berdiri, jadi saya bantu dudukan Arra."

Mama Syila mengangguk paham. Bang Pongge pun segera berangkat namun tidak mengijinkan Dinara ikut dalam acara tersebut. Ia ingin menjaga mental sang istri.

"Tidak boleh ikut juga tidak apa-apa. Tapi ijinkan Arra melihat anaknya Arra untuk terakhir kalinya." Pinta Dinara.

~

Arra menangis melihat putri kecilnya. Tubuhnya sudah lengkap namun besarnya hanya sepanjang telapak tangan Bang Pongge. Ingin menyentuhnya tapi tidak berani.

"Sudah ya Ma. Papa harus segera membawa anak kita. Tidak baik berlama-lama begini." Kata Bang Pongge yang sebenarnya juga menahan tangis.

"Tidurkan anak kita ya Pa..!!" Pinta Dinara.

Bang Pongge mengangguk lalu mengecup kening Dinara.

"Saya titip Arra sebentar ya Ma, tolong bawa Arra kembali masuk ke kamar rawat. Nanti saya jemput untuk sekalian kembali ambil barang ke rumah Mama untuk berangkat ke bandara."

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Eka elisa

Eka elisa

😭😭😭😭😭😭iklasin ya ara...ge.... mlaikat kcil mu lbih di syang ma yg di atas mknya di ambil kmbali...

2024-01-30

2

Eka elisa

Eka elisa

jgn di ldekin gee....ksian...😁😁😁

2024-01-30

2

Eka elisa

Eka elisa

pdhl bng gee....juga sama..😁😁

2024-01-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!